Andai Persib Bandung Bermain Apik dan Bisa Menang Lawan Madura United

Jika Jumat (31/5) nanti Maung Bandung hanya kalah dengan selisih skor tak lebih dari dua gol atau imbang apalagi menang dari Madura United, trofi ketiga Liga Indonesia diraih.

May 27, 2024 - 09:02
Andai Persib Bandung Bermain Apik dan Bisa Menang Lawan Madura United

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Sejak era Liga Indonesia bergulir pada musim 1994/1995, setelah Perserikatan dan Galatama dilebur, Persipura Jayapura menjadi tim tersukses dengan empat kali kampiun.

Namun, Persib Bandung selangkah lagi mencatat sejarah istimewa menjadi tim kedua Indonesia yang meraih tiga gelar juara liga selama era modern.

Jika Jumat (31/5) nanti Maung Bandung hanya kalah dengan selisih skor tak lebih dari dua gol atau imbang apalagi menang dari Madura United, trofi ketiga Liga Indonesia diraih.

Situasi ini tercipta setelah Dedi Kusnandar dan kawan-kawan menang 3-0 atas Madura United pada leg pertama championship series di Stadion Si Jalak Harupat, Minggu (26/5).

Pangeran Biru, julukan lain Persib, pertama kali juara Liga Indonesia pada musim 1994/1995 dan yang kedua pada musim 2014. Jika digabung trofi era Perserikatan, ini gelar kesembilan.

Perjalanan Persib pada musim ini sejatinya tidak mudah. Pada awal musim sempat berada di jurang degradasi bersama Luis Milla. Mereka juga sempat diboikot kelompok suporternya.

Namun, kedatangan Bojan Hodak, jadi kunci. Pelatih asal Kroasia ini mengubah Persib yang pecundang menjadi tim petarung: tak mudah menyerah dan enggan kalah.

Internal tim yang kurang harmonis selama era Milla, dibenahi. Mentalitas pemain yang tercerai berai, perlahan tapi pasti dibangun dengan pendekatan persuasif dan provokatif.

Pemain-pemain yang sempat kehilangan kepercayaan diri, seperti Nick Kuipers, bisa bangkit. Dengan skuad racikan Milla, Hodak melanjutkan asa masuk posisi empat besar fase reguler.

Target itu dicapai dengan permainan stabil. Dari segi permainan tak istimewa karena cenderung pragmatis, tetapi bisa menghadirkan gol-gol indah nan menawan.

Tiga gol Persib ke gawang Madura United buktinya. Semua gol dalam laga ini tercipta dengan proses 'hafalan' yang tetap memiliki nilai 'seni' secara visual.

Saat Hugo Gomes cedera, warna permainan Madura United luntur. Ketiadaan pemain yang biasa disapa Jaja ini membuat Laskar Sapeh Kerrab kehilangan dominasi.

Inilah titik lemah yang dieksplorasi Persib. Sadar lawan kehilangan daya, Hodak mengubah gaya pragmatis menjadi setelan serang. Masuknya Ezra Walian jadi titik ubahnya.

Namun, bukan Ezra yang mengubah wajah Persib yang sendu jadi beringas. Ciro Alves-lah sosok protagonisnya. Gol Ciro mengubah perasaan bermain bola anak-anak Bandung.

Ciro yang grusa-grusu, kalah duel satu lawan satu pada babak pertama, jadi monster di babak kedua. Pergerakannya membuat Fachruddin Aryanto dan Cleberson Martins pusing.

Pemain yang mulai agak diremehkan, karena performa jelek di babak pertama, bangkit dari situasi sulit. Aksinya ini memercik api semangat bagi pemain Persib lainnya.

Rachmat Irianto sebagai pengangkut air juga prima dan matang. Pemain kelahiran Surabaya ini klinis saat duel satu lawan satu dan lugas dalam mengambil keputusan.

Beckham Putra yang tampil di pengujung babak kedua juga melejit. Assist untuk David da Silva jadi bukti potensi pemain muda 22 tahun ini terus terasah di bawah asuhan Hodak.

Begitulah tim pemenang selalu digambarkan. Sebaliknya tim yang kalah kerap digambarkan dengan kelemahan dan kekurangan, meski memang begitu faktanya.

Francisco Rivera misalnya. Mesin assist Madura United ini tak bisa dibilang main jelek. Sepanjang 90 menit, pemuda asal Meksiko ini bermain tenang dan visioner.

Hanya saja Rivera bukan dukun. Ia tak bisa mengubah daun jadi burung. Tanpa Jaja, lini tengah Madura United melemah. Adapun pengganti Jaja belum sepadan visinya.

Dengan kenyataan ini, rasanya tak akan ada keajaiban di Pulau Madura, di Stadion Gelora Bangkalan, di kandang Madura United pada leg kedua final Liga 1 2023/2024 nanti.(han)