WHO Umumkan Penggantian Nama Monkeypox untuk Menghindari Diskriminasi dan Stigma

Monkeypox atau cacar monyet telah resmi berganti nama dalam upaya untuk menghentikan rasisme. Pergantian nama penyakit tersebut telah resmi dilakukan oleh organisasi Kesehatan Dunia atau WHO .

Nov 29, 2022 - 20:57
WHO Umumkan Penggantian Nama Monkeypox untuk Menghindari Diskriminasi dan Stigma
it Monkeypox atau cacar monyet (Sumber: chinanews.com)

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Monkeypox atau cacar monyet telah resmi berganti nama dalam upaya untuk menghentikan rasisme. Pergantian nama penyakit tersebut telah resmi dilakukan oleh organisasi Kesehatan Dunia atau WHO .

Melansir chinanews.com, menurut laporan, virus monkeypox dinamai ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1958. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.

BACA JUGA : Update Kasus Covid-19 Per 28 November, Kasus Bertambah...

Sejak saat itu, penularan dari manusia ke manusia terutama terbatas di negara-negara Afrika Barat dan Tengah tertentu dan bersifat endemik.

Namun pada bulan Mei tahun ini, wabah cacar monyet terjadi di banyak negara di Eropa, Amerika, dan Pasifik Barat, dimana virus cacar monyet belum pernah ditemukan sebelumnya. Per 28 November, 110 negara dan wilayah telah melaporkan 81.107 kasus yang dikonfirmasi dan 55 kematian ke WHO.

Atasan di WHO mengatakan bahwa orang-orang telah menggunakan bahasa yang cenderung rasis dan menstigmasi di media sosial selama wabah cacar moneyt meluas secara global tahun ini. Kini, WHO mengumumkan penyakit itu akan disebut dengan “MPOX”.

BACA JUGA : 8 Virus Tertua yang Pernah Menyerang Makhluk Hidup

Lonjakan kasus cacar monyet Inggris telah berakhir, dengan hanya Sembilan infeksi baru dalam minggu terakhir, dari total 3.543 sejak Mei 2022. Sebagian orang Inggris yang tertular virus adalah pria gay yang dirawat di klinik kesehatan seksual.

Wakil dari badan aman HIV Terrence Higgins Trust, Glenda Bonde, berkata bahwa peralihan menggunakan mpox adalah hal yang tepat. Sebab, bahasa memiliki pengaruh besar dalam melanggengkan stigma dan diskriminasi.(mdr3/lal)