Warga Banyuwangi Diajak Budi Daya Manggot Gegara Harga Pakan Ternak Mahal

Budi daya manggot itu ditularkan kelompok Pemuda Etan Gladak Anyar (PEGA). Kelompok pemuda ini diminta untuk menularkan ilmu budidaya larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) di Dusun Seloagung, Desa Siliragung, Kecamatan Siliragung.

May 15, 2023 - 20:17
Warga Banyuwangi Diajak Budi Daya Manggot Gegara Harga Pakan Ternak Mahal
manggot/ ist

NUSADAILY.COM – BANYUWANGI – Harga pakan ternak mahal, warga dan pemuda Banyuwangi diajak budi daya manggot. Budi daya maggot ini memanfaatkan sampah sisa makanan dan buah-buahan sebagai pakan. Untuk sampah, suplai terbesar dari perusahaan. Sebagian lagi sampah rumah tangga.

Budi daya manggot itu ditularkan kelompok Pemuda Etan Gladak Anyar (PEGA). Kelompok pemuda ini diminta untuk menularkan ilmu budidaya larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) di Dusun Seloagung, Desa Siliragung, Kecamatan Siliragung.

PEGA, yang kini berbentuk Persekutuan Komanditer atau CV pendamping PT Bumi Suksesindo (PT BSI) sejak tahun 2018, kerap memberikan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), atau biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR),

BACA JUGA : Pemda Banyuwangi Fasilitasi Pasar Ramadhan di 3 Titik

"Kami diminta menjadi konsultan di Negeri Kanguru Australia dengan kontrak selama 2 bulan dan tugas tersebut dapat kami selesaikan dalam sebulan," kata Ketua PEGA, Sundariyanto, Senin (15/5/2023).

Dilansir dari detik.com, Budi daya yang dilakukan PEGA ini, kata dia, berawal saat mereka menemukan larva lalat di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Pesanggaran. Kala itu Sundariyanto dan kelompoknya belum bisa membedakan antara larva lalat hijau dan lalat BSF. Ilmu tersebut baru mereka dapat setelah mendapatkan pelatihan dari Community Development atau External Affairs PT BSI.

Dia menjelaskan maggot adalah belatung atau larva yang dihasilkan dari telur lalat hitam yang sangat aktif memakan sampah organik. Larva maggot bisa menjadi sumber protein yang baik untuk pakan unggas dan ikan.

"Dengan memanfaatkan sampah organik, kami bukan hanya menghasilkan maggot, tapi juga pupuk cair organik dan pupuk kompos," ungkapnya.

"Pupuk cair organik dan pupuk kompos yang kami hasilkan dari budidaya maggot, semakin hari juga makin banyak peminat. Bahkan banyak yang pesan jauh-jauh hari," imbuhnya.

Di tengah harga pakan pabrikan yang terus melambung baik, membuat masyarakat makin melirik maggot. Apalagi harga maggot terbilang lebih ekonomis.

"Bagi yang sudah merasakan manfaatnya, mereka akan lebih memilih maggot sebagai pakan ternak dari pada pakan konsentrat, selain harganya murah hasilnya maksimal," ujarnya.

Bekal pengetahuan tersebut, tegas dia, digunakan untuk memulai budidaya maggot sampai sekarang. Berkat kesungguhan, kini PEGA sudah mampu menembus pasar maggot hingga keluar Jawa, salah satunya Kalimantan.

Makin membanggakan, ilmu dan pengalaman mereka juga banyak dibutuhkan masyarakat. Bekerjasama dengan Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan Kerja dan Industri (FKLPKI) dan Balai Latihan Vokasi dan Produktivitas (BLVP) Banyuwangi, Sundariyanto Cs banyak diundang sebagai pembicara dalam kegiatan pelatihan.

"Saat ini kami juga melakukan pendampingan budidaya maggot di Desa Licin dan Kebondalem. Rencananya akan kita kembangkan di 14 desa lain, agar bisa membantu mengatasi masalah sampah sekaligus mampu menjadi sumber penghasilan baru," bebernya. (ros)