Viral Calon Pegawainya Mau Dipecat Gegara Tak Beri Salam, Ini Konglomerat Pemilik Alfamart

Baru-baru ini tengah viral sebuah video di media sosial yang memperlihatkan seorang pegawai Alfamart yang menangis meminta maaf karena tidak memberi salam ke pelanggan. Dalam narasi yang beredar, perempuan itu merupakan calon pegawai Alfamart.

Jan 18, 2023 - 12:00
Viral Calon Pegawainya Mau Dipecat Gegara Tak Beri Salam, Ini Konglomerat Pemilik Alfamart
Foto: Pendiri Alfamart, Djoko Susanto (Forbes)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Baru-baru ini tengah viral sebuah video di media sosial yang memperlihatkan seorang pegawai Alfamart yang menangis meminta maaf karena tidak memberi salam ke pelanggan. Dalam narasi yang beredar, perempuan itu merupakan calon pegawai Alfamart.

Pada video berdurasi 2 menit 20 detik tersebut, perempuan yang jilbab warna hitam dan pakaian serba hitam direkam sambil menangis tersedu-sedu. Dia meminta maaf pada pria yang merekamnya karena tidak menyapa pelanggan dalam Alfamart.

Di sisi lain, pihak Alfamart menegaskan telah memberikan sanksi bagi si perekam video. Sedangkan calon pegawai Alfamart yang menangis itu tetap melanjutkan masa pelatihan dan kerjanya di Alfamart.

Di luar permasalahan itu, diketahui bahwa jaringan retail bernuansa merah yang tersebar di berbagai wilayah hingga pelosok Indonesia ini dimiliki oleh salah seorang konglomerat ternama, Djoko Susanto.

Meski demikian, Alfamart yang berada di bawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk itu kini berada di bawah pengawasan kedua anak Djoko yakni Feny Djoko Susanto sebagai Presiden Komisaris, dan Budi Djoko Susanto sebagai Komisaris.

Nama Djoko Susanto sendiri masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Berdasarkan laporan Forbes Real Time Billionaire, Selasa (17/1/2023) mencatat harta kekayaannya mencapai US$ 4,1 miliar atau setara Rp 62,32 triliun.

Perlu diketahui bahwa Djoko merupakan anak ke-6 dari 10 bersaudara. Di balik kesuksesannya sebagai bos ritel Alfamart, ia hanya mengenyam pendidikan dasar saja karena memilih menjaga kios keluarganya di Pasar Arjuna, Jakarta.

Pada umur 17 tahun, Djoko mulai mengelola warung-warung makanan. Dia juga menjajakan rokok dan membuka beberapa warung kelontongan lagi. Usaha dalam bisnis kelontong berjalan baik, hingga sukses membuka 560 gerai yang tersebar di berbagai pasar tradisional.

Namun apa daya usahanya tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Pada 1976 musibah kebakaran membuat kios Djoko di wilayah pasar Arjuna terbakar, hingga modal 80-90% miliknya habis begitu saja.

Pengalaman itu lantas tidak menghentikan langkah Djoko, ia mulai bangkit dari keterpurukan di waktu yang relatif singkat. Hingga usaha balik seperti keadaan awal dan mengembangkan inovasi lain yaitu, dengan berjualan rokok. Menurutnya kala itu rokok menjadi barang yang selalu laku dan banyak peminatnya.

Keberhasilan Djoko merangkul banyak pelanggan menarik perhatian Putera Sampoerna yang memiliki perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di tanah air kala itu. Mereka bertemu tahun 1980 dan 5 tahun kemudian mereka sepakat untuk bekerja sama. Akhirnya 15 kios rokok berhasil dibuka di Jakarta.

Kesuksesannya membuka beberapa jaringan warung ini menarik perhatian taipan pengusaha rokok Putera Sampoerna. Keduanya akhirnya bekerja sama membuka beberapa toko dan supermarket seperti Alfamart. Ketika Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris, Djoko fokus mengembangkan bisnis ritelnya.(eky)