Tragedi Kanjuruhan di Mata IGK Manila Mantan Manajer Timnas PSSI

Tragedi Kanjuruhan dipicu oleh tembakan gas air mata yang disemprotkan aparat pukul 22.08.59 WIB atau sekitar 20 menit setelah peluit pertandingan dibunyikan, mengakhir laga yang berakhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya.

Jan 10, 2023 - 17:51
Tragedi Kanjuruhan di Mata IGK Manila Mantan Manajer Timnas PSSI

NUSADAILY.COM – MALANG – Tragedi Kanjuruhan telah menggegerkan dunia lantaran pertandingan sepak bola di Malang pada 1 Oktober 2022 itu berujung menewaskan 135 orang.

Tak ada yang menyangka ratusan nyawa melayang usai pertandingan Liga 1 Arema FC Vs Persebaya tersebut. Tragedi Kanjuruhan ini menjadi tiga besar bencana sepak bola, setelah mimpi buruk yang terjadi di Lima, Peru pada 1964 silam dan Ghana pada 2001 lalu.

Tragedi Kanjuruhan dipicu oleh tembakan gas air mata yang disemprotkan aparat pukul 22.08.59 WIB atau sekitar 20 menit setelah peluit pertandingan dibunyikan, mengakhir laga yang berakhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya.

Aparat menyemprotkan gas air mata dengan dalih untuk mengamankan penonton yang dianggap merusuh karena turun ke lapangan. Padahal, suporter Aremania turun ke lapangan untuk memberi semangat kepada para pemain klub tuan rumah yang pada malam itu dikalahkan oleh tim tamu.

Malam itu semakin kacau karena aparat tak hanya menembak pada satu titik. Mereka dengan membabi buta menembak ke berbgai arah, termasuk ke arah tribun yang masih didiami oleh para penonton.

Total tercatat 11 tembakan gas air mata yang dilepaskan oleh aparat pada malam itu.

Kepulan asap gas air mata membuat suporter semakin panik. Ribuan orang berhamburan ke arah pintu keluar.

Jangan bayangkan keluar stadion Kanjuruhan saat itu semudah dan selega keluar dari sebuah toilet.

Pintu yang terbuka sangatlah sempit, sementara suporter berjejalan memaksa segera keluar dalam waktu bersamaan. Tercatat malam itu ada sekitar 43 suporter yang menonton, melebihi kapasitas maksimum Stadion Kanjuruhan 38 ribu orang.

Syahdan ratusan suporter serentak mengalami sesak napas, mata merah kecoklatan menahan perih, jatuh pingsan, hingga satu persatu tewas dalam kondisi oksigen menipis maupun terinjak-injak.

Jasad pun bergelimpangan di enam pintu Stadion Kanjuruhan yang menjadi titik paling banyak ditemukannya korban, yakni pintu 3, 9, 10, 11, 12 dan 13.

Sumbang Korban Kanjuruhan

Tak diketahui secara pasti, peristiwa yang terjadi pada hari Sabtu, 1 Okotober 2022 lalu, sebuah kebetulan atau memang sudah digariskan. 135 nyawa Aremania-Aremanita melayang sia-sia saat menyaksikan laga Derby Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.

Pada Senin 9 Januari 2023 kemarin malam, digelar peringatan 100 hari Tragedi Kanjuruhan, bertempat di Stadion Luar Kanjuruhan. Manajer Timnas PSSI era 1990 an IGK Manila, hadir dan berkumpul dengan ratusan keluarga korban dalam rangka memberikan bantuan.

“Apa yang saya berikan dan sumbangkan ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan pemberian pemerintah, tapi ini wujud dari keinginan saya, berbagi duka terhadap sesama pecinta bola yang menjadi korban dalam Tragedi Kanjuruhan,” kata Manila ketika ditemui Nusadaily.com di tempat acara.

Nyala lilin bertuliskan peringatan 100 hari Trgedi Kanjuruhan, beradu pendar dengan Purnama penuh yang menyembul dari balik megahnya stadion kanjuruhan.

Lantunan Surat Yasin, Tahlil, Tahmid dan doa memintakan ampunan dan tempat terbaik bagi para korban, menggema seakan menembus ‘Arsy’.

Salah satu diantaranya IGK Manila, yang tak mampu menyembunyikan kesedihannya hingga terlihat dari kamera wartawan Nusadaily.com, menumpahkan air mata meski selalu disaput dengan sapu tangannya.

Dalam sesi pemberian bantuan, Manila sempat berbincang dengan salah satu istri korban.

"Anakmu umur berapa?" tanya I.G.K Manila ke Lilis Kurniawati saat pemberian bantuan secara simbolis ke keluarga korban.

"Baru 10 bulan pak," jawab perempuan 21 tahun itu lirih.

Raut muka Lilis berubah sendu. Mata mulai berkaca-kaca.

Dengan lembut Manila meraih pundak ibu muda itu. Pecah lah tangisan keduanya. Lilis meletakkan wajahnya ke bahu Opa Manila. "Sabar, ya. Kamu yang sabar," kata Bapak Wushu Indonesia itu.

Ia mengeluarkan sapu tangan dan mengusapkannya ke wajah Lilis. Perempuan asal Riau itu mengangguk. Perlahan dia mulai tenang.

Lilis adalah istri mendiang Sandi Sanjaya. Warga Desa Kalirejo, Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Ia gugur bersama 135 korban di tragedi sepakbola dunia, 1 Oktober 2022.

Lilis datang di Kanjuruhan pukul 17.00 sore sambil menggendong bayinya. Nyaris bersamaan dengan kedatangan Manila.

Dia berangkat pakai sepeda motor dari pinggiran Kabupaten Malang, perbatasan Blitar. Keluarga yang tinggal di dekat Kanjuruhan kemudian mengantarnya pakai mobil.

Lilis bercerita tentang suaminya, keluarga sempat melarang nonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya. Mengingt malam itu hujan cukup deras.

Namun, Sandi ingin sekali nonton Derby Jatim tersebut secara langsung dari stadion. Ia kangen ke tribun setelah merantau di Riau.

"Janji ini nonton terakhir. Setelah ini enggak lagi," ucap Sandi malam itu. Kalimat itu benar-benar terjadi. 

Sandi tak pulang ke rumah. Ia dilarikan ke rumah sakit. Lilis dan keluarga mendapatinya sudah tak bernyawa.

Malam itu menjadi hari terakhir Sandi mendukung Singo Edan, julukan Arema FC. Namun kecintaannya ke Arema akan abadi. Namanya dikenang sepanjang masa.

Usai acara, Manila mengatakan semua pihak yang bertanggung jawab atas tragedi itu harus mengintrospeksi diri. "Tidak perlu saling menyalahkan. Semua harus berbenah," ucap pria 81 tahun itu.

Manila memberikan bantuan sebesar Rp 135 juta untuk keluarga korban. Angkanya sama dengan jumlah korban meninggal tragedi itu: 135 jiwa.

Manila duduk bersebelahan dengan Dahlan Iskan yang memegang mikrofon saat pembacaan Tahlil dan Yasin. Didekatnya ada pula Kapolres AKBP Putu Kholis Aryana.

Ratusan orang berdoa bersama untuk para korban. Mereka mengelilingi lilin yang disusun menjadi tulisan: 100 Hari Kanjuruhan.

AKBP Putu Kholis Aryana meminta maaf sedalam-dalamnya atas insiden berdarah itu. Ia mengatakan, jajaran Polres Malang akan berupaya lebih humanis dalam melayani warga. "Kami akan berupaya sekuatnya agar bisa diterima lagi oleh masyarakat Malang," kata Kholis di hadapan Aremania dan keluarga korban.

Hingga peringatan 100 hari itu, air mata masih mengalir. Pun demikian dengan doa untuk para Pahlawan Aremania. 

Doa untuk mereka bakal terlantun kapan pun anda mengingat tragedy, Sabtu, 1 Oktober lalu.

Sekedar informasi, dalam Tragedi Kanjuruhan, ada 9 pengurus Partai NasDem yang ikut menjadi korban. Masing-masing adalah 2 orang pengurus DPC Kec. Klojen, 1 orang pengurus DPRT Kelurahan Kauman, 1 pengurus DPRT Bareng, 2 orang anggota Garda Pemuda NasDem Kota Malang.

Sementara dari Kab. Malang, 1 pengurus DPC Kec. Tajinan, 2 pengurus DPC Singosari. Sedangkan IGK Manila, selain sebagai Gubernur Akademi Bela Negara NasDem, juga sebagai Majelis Tinggi DPP NasDem.(eky)