Strategi Efektif Mengubah Sampah Jadi Berkah
Dr. Franky Ariyadi., S.E., S.H., M.M.
Ide tulisan ini berawal dari Diskusi Publik #6 yang diselenggarakan oleh PISHI pada tanggal 25 Agustus 2024 lalu. Salah satu narasumbernya, yaitu Sdr. Muhammad Kamal, mempresentasikan mengenai pengelolaan sampah dengan judul “Pengolahan Sampah untuk Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat serta Kelestarian Lingkungan”. Kamal menjelaskan bahwa proses pengolahan sampah yang dilakukan yaitu sampah perumahan diangkut, kemudian dipilah di rumah opah, hasil pemilahan. Hasil pemilahan ada dua jenis, yakni sampah yang bisa didaur ulang dan sampah yang dibuang atau dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Penulis, dalam tulisan ini, ingin membahas mengapa proses pengolahan sampah dari sumbernya (seperti perumahan), langsung diangkut, dan proses seterusnya? Jika hal ini dibiarkan terus, menurut hemat penulis, hal ini belum optimal karena masyarakat diajarkan bahwa sampah yang mereka hasilkan akan diangkut dan seterusnya. Akhirnya diambil dapat disimpulkan bahwa masyarakat diajarkan dan didorong untuk menjadi produsen sampah bukan untuk mengurangi sampah dari aktifitas yang lakukan sehari-harinya.
Sekarang kita lihat bagaimana masyarakat diberdayakan untuk mengurangi sampah dari aktivitasnya. Pengurangan sampah di sumber sampah adalah upaya untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan sejak awal, sebelum sampah tersebut menjadi limbah yang perlu dikelola. Fokus utama dari pendekatan ini adalah mengubah perilaku konsumen dan produsen untuk menghasilkan lebih sedikit sampah.
Alasan pentingnya pengurangan sampah di sumber sampah adalah sebagai berikut.
1. Mencegah pencemaran. Dengan mengurangi sampah, kita dapat mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak tepat.
2. Menghemat biaya. Mengurangi produksi sampah berarti mengurangi biaya pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan sampah.
3. Melestarikan sumber daya alam. Produksi barang-barang konsumsi membutuhkan sumber daya alam yang terbatas. Dengan mengurangi konsumsi, kita dapat memperpanjang umur sumber daya alam.
4. Mendorong ekonomi sirkular. Pengurangan sampah mendorong terbentuknya ekonomi sirkular, di mana produk dirancang untuk dapat digunakan kembali, diperbaiki, atau didaur ulang.
Penulis menarik kesimpulan bahwa pemaparan dari Muhammad Kamal adalah pada point keempat atau pada tahap akhir. Dengan demikian, maka timbul pertanyaan berikutnya, apa strategi untuk mengurangi sampah dari sumbernya? Ini adalah pertanyaan penting dan utama ke-2 jika kita ingin mengurangi sampah.
Penulis menawarkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah di sumber, antara lain:
1. Mengubah pola konsumsi. Pilihlah produk yang berkualitas tinggi dan tahan lama sehingga tidak perlu sering diganti. Hindari penggunaan kantong plastik sekali pakai dengan membawa tas belanja sendiri. Membeli produk dalam kemasan besar, karena produk dalam kemasan besar umumnya memiliki kemasan yang lebih sedikit per satuan produk. Hindari penggunaan barang sekali pakai seperti sedotan plastik, peralatan makan sekali pakai, dan popok sekali pakai.
2. Membeli produk ramah lingkungan. Pilih produk dengan kemasan minimal. Pilih produk dengan kemasan yang sederhana dan mudah didaur ulang. Membeli produk local, karena dengan membeli produk lokal dapat mengurangi emisi karbon dari transportasi.
3. Edukasi, yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat: Melalui kampanye edukasi, masyarakat dapat memahami pentingnya mengurangi sampah dan cara-cara untuk melakukannya.
4. Komposting, yakni dengan cara mengolah sampah organik. Mengolah sampah organik seperti sisa makanan menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
5. Daur ulang seperti memilah sampah. Pisahkan sampah organik, kertas, plastik, dan logam untuk memudahkan proses daur ulang. Memanfaatkan kembali barang. Carilah cara kreatif untuk memanfaatkan kembali barang-barang bekas, misalnya mengubah botol bekas menjadi pot tanaman.
Contoh implementasi di Singapura telah berhasil mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke landfill secara signifikan melalui berbagai program pengurangan sampah di sumber, seperti larangan penggunaan kantong plastik. Pemerintah Singapura telah melarang penggunaan kantong plastik di semua toko ritel. Singapura juga meluncurkan program daur ulang yang komprehensif. Dalam program ini, masyarakat diwajibkan memilah sampah rumah tangga dan terdapat banyak fasilitas daur ulang yang mudah diakses. Selain itu, Singapura menerapkan program insentif untuk daur ulang. Pemerintah memberikan insentif kepada masyarakat yang aktif dalam program daur ulang.
Penulis simpulkan bahwa pengurangan sampah di sumber merupakan langkah yang paling efektif dalam pengelolaan sampah. Dengan mengubah pola konsumsi dan menerapkan berbagai strategi pengurangan sampah, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Ke-5 strategi untuk mengurangi sampah di sumber dapat menjadi berkah, tidak hanya kita yang masih hidup saat ini, melainkan juga jadi berkah untuk kehidupan di masa depan yang lebih baik, bersih, segar dan sehat. Bumi dan isinya hanyalah titipan dari anak-cucu kita. Apa jadinya jika bumi dan isinya yang diwariskan ke anak-cucu adalah kebalikannya? (****)
Dr. Franky Ariyadi., S.E., S.H., M.M., adalah dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Tangerang dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).
Artikel ini telah disunting oleh Dr. Aris Wuryantoro, M.Hum., dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas PGRI Madiun dan Dewan Pengurus Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).