Soal Dendam Antara Jokowi dan Paloh, Willy Aditya: Seharusnya Bang Panda Ngademkan Suasana

"Saya terus terang jujur ya, saya khawatir hubungan mereka berdua nih nggak berjalan baik, antara Jokowi sama Surya, saya khawatir," kata Panda di Total Politik, Sabtu (19/11). "Karena kalau itu terjadi, Jokowi nih jelek, kelakuannya jelek. Dia bisa membikin gerakan-gerakan yang kita nggak duga. Semacam suatu untuk membalaskan," tambahnya. Menanggapi hal ini, NasDem mengaku pernyataan NasDem bagaikan sebuah gorengan. Ketua DPP NasDem Willy Aditya menilai hal itu hanyalah sebuah persepsi.

Nov 26, 2022 - 17:51

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Muncul kekhawatiran Politikus Senior PDIP Panda Nababan soal hubungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketum NasDem Surya Paloh.

Pasalnya, Jokowi disebut memiliki strategi dendam yang tak biasa.

Panda mengatakan Jokowi bisa membuat gerakan yang tak diduga. Gerakan yang dimaksud yakni untuk membuat semacam pembalasan.

"Saya terus terang jujur ya, saya khawatir hubungan mereka berdua nih nggak berjalan baik, antara Jokowi sama Surya, saya khawatir," kata Panda di Total Politik, Sabtu (19/11).

"Karena kalau itu terjadi, Jokowi nih jelek, kelakuannya jelek. Dia bisa membikin gerakan-gerakan yang kita nggak duga. Semacam suatu untuk membalaskan," tambahnya.

Menanggapi hal ini, NasDem mengaku pernyataan NasDem bagaikan sebuah gorengan. Ketua DPP NasDem Willy Aditya menilai hal itu hanyalah sebuah persepsi.

"Sebagai senior dan sebagai sahabat Surya Paloh dia harus mengademkan suasana, tidak mengompori, nah gitu bilang sama Bang Panda," kata Willy saat dihubungi.

"Jadi ini gorengan memang enak, tapi kolesterol tinggi, jadi ini biasa saja. Dinamika politik itu up and down, iman aja kadang-kadang up and down," imbuhnya.

Panda Ungkit Dendam Jokowi ke Gatot
Panda menceritakan pengalaman yang ia alami perihal sifat Jokowi. Dia menyebut Jokowi kala itu memiliki hubungan yang kurang baik dengan Panglima gegara salah satu acara HUT TNI di Cilegon pada tahun 2017.

Saat itu, Jokowi harus jalan kaki menuju acara HUT tersebut lantaran lalu lintas macet. Bahkan Iriana, sang istri, sampai di lokasi saat acara telah selesai. Jokowi saat itu merasa tak dihargai dan menyuruh bawahannya untuk mengecek keterlibatan dalam pengaturan lalu lintas.

"Itu yang saya cerita di buku saya mengenai Gatot, Panglima. Artinya dia merasa dipermalukan, merasa tidak dihargai, waktu ulang tahun TNI di Cilegon, jalan kaki dia, naik taxi, istrinya sudah apa, kemudian disuruh Pramono, Pratikno cek Kapolda Banten, nggak dilibatkan, dicek Korlantas nggak dilibatkan, tapi Gatot ngomong ke presiden 'Mohon maaf Bapak Presiden, rakyat begitu membludak karena mencintai TNI', nggak diatur aja itu lalu lintas," katanya.

Lalu, Panda mengungkap bahwa Jokowi saat itu memiliki niat dendam terhadap Gatot. Dendam itu awalnya dilakukan di ulang tahun perkawinan anaknya Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution. Gatot saat itu diperlakukan tidak spesial, kata Panda.

"Yang aku bilang aku dia jelek, 'one day akan kubalas kau'. Dibalas lah itu waktu itu di ulang tahun perkawinan anaknya, yang si Bobby siapa itu, Tito pakai mawar merah, Pratikno, Luhut segala macam jadi panitia, dia duduk sama istrinya di pojok-pojok itu, salam juga nggak ada karpet merah, Panglima, masih Panglima, dibikin dia keleleran begitu, nggak dianggap," katanya.

"Tiba-tiba dimunculkan yang tak diduga, Moeldoko, kasih kata sambutan, Moeldoko cerita sama aku dia pun mesti latihan di kamar lagi. Di Solo, artinya play-nya si apa ini dibikinnya pajangan Moeldoko bekas panglima," sambungnya.

Bahkan kala itu, kata Panda, Gatot sempat berbincang dengan Prabowo Subianto dan juga Luhut Binsar Pandjaitan dan meminta agar tidak membantu Jokowi sebagai presiden. Gatot disebut kala itu menganggap Jokowi sebagai tukang andong.

"Itu aku bisa baca, sama dengan Prabowo ngomong sama Luhut 'Bang, nggak usah bantu tukang andong itu, mana bisa dibantu', 'Jangan sembarang kau ngomong, lebih pintar itu dari kau,' kata Luhut sama Prabowo," ujarnya.

Namun, Jokowi saat itu mengetahui percakapan itu dan akhirnya membuat acara andong selama 3,5 jam. Panda pun menyebut Jokowi memiliki kemampuan dendam seperti itu.

'"Aduh, tukang andong mau jadi presiden'. Tahu apa yang terjadi? Dia (Jokowi) bikin acara andong, di Bundaran HI dia bikin andong, keliling-keliling 3,5 jam. Jadi 3,5 jam Tv dia lihat tukang andong. Dia punya kemampuan itu," katanya.

Alasan Jokowi Tak Ucapkan HUT NasDem
Ketua Umum Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi mengungkap alasan Presiden Jokowi tidak mengucapkan ulang tahun terhadap Partai NasDem.

"Waktu ulang tahun NasDem kan Pak Jokowi ada di Kamboja. Pak Jokowi lagi di KTT ASEAN di Kamboja," kata Budi dalam diskusi Adu Perspektif yang ditayangkan detikcom, Rabu (16/11).

Ketika ditanya adakah kaitan dengan NasDem yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres, sehingga membuat Jokowi marah, Budi menyatakan tidak ada komunikasi terkait hal itu ke Jokowi.

"Yang pasti dalam unggah-ungguh Jawa ini kan kalau melakukan sesuatu harus ngomong dulu lah, itu aja. Selanjutnya terserah anda tafsirkan sendirilah," ujarnya.

Tepis Keretakan
Ketum Partai NasDem Surya Paloh mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memberikan ucapan selamat ulang tahun ke-11 NasDem. PDIP menilai belum ada ucapan dari Jokowi dikarenakan kesibukan Jokowi di acara internasional belakangan ini.

"Bapak Presiden tidak mengucapkan selamat atas ulang tahun NasDem, karena memang kalau melihat kesibukan Bapak Presiden. Ke Kamboja satu minggu, habis itu memimpin presidensi G20," kata Ketua DPP PDIP Said Abdullah kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/11).

Said mengatakan selama ini Jokowi menghormati para ketum partai dan politikus. Said yakin dengan cara Jokowi, akan ada ucapan HUT kepada NasDem dari Jokowi.

"Jadi, tidak mengucapkan selamat itu tidak berarti Bapak Presiden tiba-tiba ada miskomunikasi dengan NasDem. Pastilah Bapak Presiden itu pada waktunya nanti, dengan cara Bapak Presiden, dengan gesture Bapak Presiden yang selama ini selalu menghormati para ketua umum partai, dan para stakeholder dan para politisi kita," kata Said.

"Itu bukan tipikal Presiden tidak mengucapkan apapun, tapi dimaklumi juga," imbuh dia.(han)