Sepakbola, Matematika, dan Filosofi Ki Hajar Dewantara

Oleh: Taufan Hadi, M.Pd.

Sepakbola, Matematika, dan Filosofi Ki Hajar Dewantara

Beberapa waktu lalu, saya mengajar matematika di kelas XI TL SMKN 1 Purwosari yang kemampuan anaknya terbilang rendah. Selain itu, antusias siswa dalam menerima pelajaran matematika juga terlihat kurang. Mereka menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dan kurang menarik. Bagi  mereka, matematika merupakan pelajaran yang banyak hitungannya, yang akan membuat kepala mereka pusing karena kemampuan berhitung mereka memang cukup rendah.

 

Saya mulai berpikir, bagaimana menyampaikan pelajaran matematika di kelas itu bisa membuat siswa menjadi tertarik dan mau belajar matematika. Pada saat itu, materi yang akan diajarkan adalah penyajian data statistika. Suatu materi pelajaran yang tidak lepas dari menghitung data.

 

Sebagai langkah awal, saya mencoba menggali tentang minat dan kesukaan dari siswa kelas XI TL tersebut. Karakteristik kelas XI TL itu semua siswanya adalah laki-laki. Adapun minat dan kesukaan mereka adalah olahraga, terutama pada sepakbola. Akhirnya saya mencoba menghubungkan olahraga sepakbola dengan materi pelajaran matematika.

 

Pada minggu lalu, kebetulan ada pertandingan sepakbola yang selalu dibahas oleh para siswa yaitu pertandingan semifinal liga champion eropa yang mempertandingkan antara Inter Milan versus AC Milan. Ini adalah pertandingan antara dua tim sekota yang dikenal dengan derby della madonnina. Suatu pertandingan derby yang melegenda setiap tahunnya.

 

Pagi itu, ketika awal mulai masuk kelas, setelah berdoa, menyapa dan mengabsen siswa, saya menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan hari itu. Tampak wajah para siswa seperti tak acuh karena menganggap pelajaran matematika hari itu akan seperti biasanya yaitu berhitung dan berhitung lagi. Saya sampaikan bahwa untuk pelajaran matematika kali ini akan diisi dengan melihat video cuplikan pertandingan sepakbola. Mendengar hal itu, para siswa langsung kaget, terheran-heran, dan senang. Banyak celoteh suara dari siswa seakan tidak percaya kalau pelajaran matematika yang biasanya menegangkan berubah menjadi menyenangkan dengan menonton video sepakbola.

 

Sebelum menonton video cuplikan pertandingan sepakbola, saya bagi siswa kelas menjadi dua bagian. Kelompok pertama adalah siswa pendukung kesebelasan Inter Milan, dan kelompok dua adalah siswa pendukung kesebelasan AC Milan. Dari masing-masing kelaompok nanti akan diberi waktu untuk menanggapi pertandingan sepakbola yang telah mereka menonton dengan dipandu oleh guru.

 

Sesaat akan melihat video cuplikan pertandingan sepakbola, saya membacakan aturan tata cara aturan main dalam melihat video. Tidak boleh ada yang berkomentar yang tidak sopan ketika melihat video. Para siswa diperbolehkan mengeluarkan ekspresi mereka ketika melihat video.

 

Setelah melihat video, saya mempersilahkan kepada masing-masing kelompok saling menanggapitentang pertandingan sepakbola yang mereka lihat. Kelompok satu sebagai pendukung Inter merasa senang karena tim pujaannya menang dalam pertadingan tersebut. Kelompok dua, meskipun tim pujaannya, AC Milan masih mempunyai berbagai argumen bahwa dari segi permainan AC Milan menguasai pertandingan dilihat dari ball possession yang lebih besar dari Inter Milan.

 

Berbagai komentar dan argument dari siswa kedua kelompok saling beradu. Mereka menyampaikan argument berdasarkan data-data pertandingan yang saya tampilkan setelah pertandingan. Melihat data pertandingan itu, siswa bisa menganalisis hasil pertandingan kenapa Inter Milan bisa menang, dan kenapa AC Milan bisa kalah ?

 

Pada akhir diskusi, saya akhirnya menjelaskan bahwa dari suatu pertandingan sepakbola, bisa disajikan sebuah data statistika. Dengan data statistika itu kita bisa melakukan analisis hasil pertandingan sepakbola.

 

Siswa terlihat antusias mengikuti alur pembelajaran hari itu. Tanpa disadari, mereka juga sibuk menghitung data prosentase data statistic yang disajikan dari hasil pertandingan sepakbola. Mereka yang biasanya malas menghitung, akhirnya antusias menghitung untuk menganalisisnya. Siswa sudah tidak bosan lagi dengan pelajaran matematika.

 

Memperhatikan kegiatan pembelajaran di atas, mengaitkan kondisi kenyataan dengan materi pelajaran sangat efektif untuk mengajak siswa mau belajar. Hal ini telah sesuai dengan filosofi pemikiran Pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara. Terdapat enam filosofi pemikiran Ki hajar Dewantara yang  ditampilkan pada pembelajaran tersebut. Pertama, filosofi Pendidikan yang menuntun, kedua merdeka belajar dan bermain, ketiga Pendidikan sesuai kodrat alam dan zaman, keempat mendidik siswa bukan tabula rasa, kelima mendidik budi pekerti, dan keenam mendidik layaknya petani.

 

Pada filosofi pertama, pendidikan menuntun merupakan suatu usaha membimbing siswa untuk bisa menjadi manusia yang selamat dan bahagia. Pada pembelajaran ini, usaha membimbing dan menuntun siswa dimulai ketika terjadinya interaksi tanya jawab pada saat diskusi, Guru menuntun siswa untuk mengungkapkan pendapatnya terkait hasil pengamatan mereka terhadap video pertandingan sepakbola.

 

Filosofi kedua adalah merdeka belajar dan bermain diimplementasikan dengan kegiatan menonton video pertandingan sepakbola. Siswa secara bebas dan mandiri mengekspresikan diri dan mengomentari terkait pertandingan sepakbola. Siswa bermain dan merasa senang ketika melihat cuplikan pertandingan sepakboal. Pada kegiatan ini pembelajaran dilaksanakan sebagai wujud Pendidikan yang menghambakan pada siswa.

 

Filosofi ketiga, Pendidikan sesuai kodrat alam dan zaman. Pada pembelajaran ini, Pendidikan yang sesuai kodrat alam ditampilkan dengan kultur budaya saling menghormati perbedaan pendapat ketika menanggapi hasil menonton cuplikan pertandingan sepakbola. Siswa saling beradu argument dengan tetap memperhatikan sopan santun dalam menyampaikan pendapat. Adapun Pendidikan kodrat zaman dilakukan dengan pemanfaatan media pembelajaran yang menggunakan LCD proyektor untuk menampilkan video pertandingan sepakbola.

 

Filosofi keempat, Pendidikan bukan tabula rasa yang berarti menganggap semua siswa sebenarnya bukan seperti kertas kosong, melainkan sebuah kertas yang masih samar tulisannya. Kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam menyerap pelajaran matematika ini, maka pembelajaran menonton video ini disetting untuk mengakomodasi kemampuan masing-masing siswa. Siswa yang berkemampuan linguistic, akan terlihat ketika menyampaikan pendapat dan argument terhadap video yang dilihatnya. Siswa yang berkemampuan logis-matematis, akan terlihat ketika menyampaikan Analisa hasil pertandingan menggunakan data-data statistic pertandingan sepakbola. Begitu pula, siswa yang mempunyai kemampuan kinestetik, akan terlihat ketika menyampaikan pendapat disertai dengan  tampilan grafis hasil pertandingan.

 

Filisofi kelima, Pendidikan budi pekerti merupakan unsur filosofi Pendidikan yang paling penting. Budi pekerti ini merupakan perpaduan harmonis antara gerak, pikiran, perasaan, dan kemauan yang melahirkan perilaku positif. Pada pembelajaran, Pendidikan budi pekerti yang dilakukan adalah adanya aturan main ketika melihat video dan saat berdiskusi. Semua siswa harus memetuhi aturan yang telah ditetapkan. Dengan mematuhi aturan itu, siswa sudah belajar budi pekerti saling menghormati dan tanggung jawab.

 

Filosofi keenam, Pendidikan seperti petani. Dalam hal ini, seorang pendidik diibaratkan sebagai petani yang selalu menuntun tumbuhnya tanaman melalui perbaikan tanah, pemberian pupuk, hingga membasmi hama. Pada pembelajaran tersebut, guru melakukan pembimbingan kepada siswa untuk menghitung data statistic menggunakan informasi dari video pertandingan sepakbola.

 

Pembelajaran yang menerapkan filosofi Ki Hajar Dewantara merupakan pembelajaran yang menyenangkan dengan melibatkan semua siswa. Kegiatan yang dilakukan harus memperhatikan minat dan kemampuan siswa. Penggunaan video pertandingan sepakbola dalam pembelajaran matematika cukup efektif untuk melibatkan semua siswa pada kegiatan belajar mengajar. Para siswa telah melaksanakan merdeka belajar sesuai dengan intisari filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. (****)

 

Penulis adalah guru SMKN 1 Purwosari, Kab. Pasuruan dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).