Sekutu Dekat Putin Akui Dirinya Intervensi Pemilu AS, “Kami Akan Terus Mengintervensi”

Kami telah mengintervensi (pemilu AS), kami tengah mengintervensi dan kami akan terus mengintervensi. Dengan hati-hati, secara akurat, dengan teliti dan dengan cara kita sendiri

Nov 26, 2022 - 17:33

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Seorang pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin, yang juga sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, mengakui dirinya telah mengintervensi pemilu Amerika Serikat (AS) dan akan terus melakukannya di masa mendatang. Ini menjadi pengakuan pertama tokoh Rusia yang dituduh terlibat dalam upaya mencampuri politik Amerika.

Seperti dilansir Reuters, Selasa (8/11/2022), pengakuan Prigozhin itu diposting oleh layanan pers perusahaan katering Concord via jejaring sosial Rusia, VKontakte, yang mirip dengan Facebook pada Senin (7/11) waktu setempat.

BACA JUGA : Ini 5 Sekutu Rusia yang Bikin AS Makin Pusing

"Kami telah mengintervensi (pemilu AS), kami tengah mengintervensi dan kami akan terus mengintervensi. Dengan hati-hati, secara akurat, dengan teliti dan dengan cara kita sendiri, seperti yang kami ketahui bagaimana melakukannya," tulis Prigozhin dalam pengakuannya.

Pernyataan Prigozhin itu diposting menjelang pemilu sela AS yang akan digelar pada Selasa (8/11) waktu setempat, menanggapi permintaan komentar dari situs berita lokal Rusia.

"Selama operasi kami yang tepat, kami akan mengangkat baik ginjal dan liver sekaligus," imbuh Prigozhin, tanpa menjelaskan lebih lanjut komentar ambigu itu.

Prigozhin kerap dijuluki sebagai 'kokinya Putin' karena perusahaan katering miliknya dikontrak oleh Kremlin. Dia juga secara resmi dituduh mensponsori 'troll farm' yang berbasis di Rusia dan berupaya mencampuri politik AS.

Troll farm merujuk pada sekelompok orang yang dipekerjakan untuk membuat postingan online yang secara sengaja menyinggung atau provokatif untuk memicu konflik atau memanipulasi opini public

BACA JUGA : Jembatan Crimea Meledak, Putin Perintahkan Keamanan Diperketat

Pada Juli lalu, Departemen Luar Negeri AS menawarkan imbalan hingga sebesar US$ 10 juta untuk informasi soal Prigozhin terkait 'keterlibatan dalam intervensi pemilu AS'. Prigozhin sendiri telah dikenai sanksi-sanksi AS, Inggris dan Uni Eropa.

Sebelumnya, Prigozhin diketahui pernah mendekam di penjara selama sembilan tahun di Uni Soviet atas pidana perampokan dan kejahatan lainnya, sebelum terjun ke dunia bisnis tahun 1990-an lalu. Dia selama ini memilih tidak menonjolkan dirinya di depan umum.

Namun Prigozhin menjadi semakin blak-blakan sepanjang tahun ini, termasuk dengan mengkritik kinerja para jenderal militer Rusia di Ukraina.

Pada Oktober lalu, setelah pasukan Ukraina sukses melancarkan serangan balik pasukan Moskow di Kharkiv, Prigozhin merilis pernyataan yang menyerukan agar para komandan militer Rusia dilucuti dari medali mereka dan 'dikirimkan dengan senjata serbu sambil bertelanjang kaki ke garis depan'.(ros)