Sekjen Demokrat Buka Suara Terkait Pertemuan Presiden Jokowi dengan Partai Demokrat

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya buka suara terkait pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyampaikan bahwa Petinggi Partai Demokrat sering ke Istana Kepresidenan.

Jun 1, 2023 - 22:44
Sekjen Demokrat Buka Suara Terkait Pertemuan Presiden Jokowi dengan Partai Demokrat
Sekjen DPP Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya. (Foto : DPP Partai Demokrat)

NUSADAILY.COM - SITUBONDO - Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya buka suara terkait pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyampaikan bahwa Petinggi Partai Demokrat sering ke Istana Kepresidenan. Hal itu disampaikan oleh Jokowi ketika bertemu dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa nasional di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 29 Mei 2023.

Teuku Riefky Harsya mengatakan, setelah berita itu tersebar di berbagai media massa, DPP Partai Demokrat langsung menyampaikan klarifikasi. "Kami mengartikan bahwa yang dimaksud Partai Demokrat adalah pimpinan Partai Demokrat yang memungkinkan untuk bertemu Presiden Joko Widodo di Istana," ujarnya, Rabu (31/5/2033).

"Karenanya, dalam kapasitas saya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, saya bertanya dan memohon penjelasan dari Bapak SBY baik dalam kapasitasnya sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat maupun sebagai Presiden RI ke 6. Saya juga bertanya dan memohon penjelasan dari Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono untuk tujuan yang sama, karena sekali lagi, dua tokoh inilah yang memungkinkan baik secara organisatoris maupun secara pribadi bertemu presiden di Istana," tambahnya.

Lebih lanjut, Teuku Riefky Harsya menyampaikan, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY dalam waktu 3,5 tahun ini tercatat 3 kali bertemu dengan Presiden Jokowi. Pertama, terjadi pada tanggal 10 Oktober 2019 di Istana Merdeka, siang hari. Pertemuan itu atas inisiatif dan undangan Presiden Joko Widodo.

Kedua, pada saat SBY menghadiri pernikahan putra bungsu Jokowi Kaesang di Solo. Pertemuan itu terjadi malam hari dan waktu itu, SBY hadir bersama AHY beserta istri dan Ibas beserta istri untuk memenuhi undangan yang waktunya juga malam hari. Tujuannya untuk mengucapkan selamat atas pernikahan putra Presiden Joko Widodo.

"Ketiga, Bapak SBY bertemu Presiden Joko Widodo di Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali pada tanggal 15 November 2022, waktunya juga malam hari karena undangan yang diterima Bapak SBY adalah menghadiri Gala Dinner G20 pada malam hari," beber Sekjen Partai Demokrat.

Teuku Riefky Harsya menegaskan, ketiga pertemuan tersebut yang menentukan tempat dan waktunya adalah Presiden Joko Widodo. "Dan Bapak SBY menghormati Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara yang sedang mengemban amanah saat ini. Artinya, ketiga pertemuan itu inisiatif datang dari Presiden Joko Widodo. Bukan atas inisiatif Bapak SBY apalagi meminta waktunya malam hari," tambahnya.

Sementara itu, kata Teuku Riefky Harsya, selama 3,5 tahun terakhir ini, Ketua Umum Partai Demokrat, AHY hanya pernah satu kali bertemu Presiden Joko Widodo tanggal 9 Maret 2021. Pertemuan itu atas permintaan pihak Istana dan tempat yang dipilih adalah Istana Bogor dan waktu yang ditentukan adalah malam hari.

"Jadi waktu pertemuan yang malam hari itu juga bukan atas permintaan Ketua Umum Partai Demokrat AHY. Namun, sebagaimana sikap Bapak SBY yang menghormati Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Negara, demikian juga sikap Ketua Umum AHY," tuturnya.

Menurutnya, pihak Istana menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo ingin bertemu dengan SBY. Tujuannya untuk memberikan klarifikasi atas apa yang dilakukan Kepala Staf Presiden Moeldoko tentang gerakannya untuk mengambilalih kepemimpinan Partai Demokrat yang sah.

"Waktu itu, Bapak SBY menjawab bahwa yang paling tepat untuk mendengarkan penjelasan Presiden Joko Widodo adalah Ketua Umum AHY. Singkat kata, AHY diundang untuk hadir di Istana Bogor tanggal 9 Maret 2021 malam hari. Dalam pertemuan dengan AHY di Istana Bogor malam itu, Presiden Joko Widodo dengan didampingi oleh Mensesneg Pratikno menjelaskan bahwa beliau tidak tahu menahu dengan apa yang dilakukan oleh KSP Moeldoko untuk mengambilalih Partai Demokrat. Begitulah pengakuan dari Presiden Joko Widodo yang disampaikan kepada Ketua Umum AHY," tambah Sekjen Partai Demokrat.

"Empat kali pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan tokoh Partai Demokrat, Bapak SBY dan Ketum AHY, terjadi 2 - 3 tahun yang lalu. Pertemuan-pertemuan itu bukan yang sering digambarkan oleh publik sebagai pertemuan politik yang lazim dilakukan Presiden Joko Widodo dengan partai-partai politik pendukung pemerintah," imbuhnya.

Teuku Riefky Harsya berharap, dengan penjelasan tersebut diharapkan masyarakat luas mengerti duduk persoalan yang sesungguhnya. "Dan tidak memiliki praduga yang tidak baik kepada Partai Demokrat seolah-olah Partai Demokrat juga ikut mencari jalan untuk bertemu Presiden Joko Widodo meminta waktunya malam hari. Kalau tidak kami klarifikasi, bisa saja Partai Demokrat dituduh "kucing-kucingan”yang semua itu tidak pernah kami lakukan," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua DPC Partai Demokrat Situbondo, Janur Sasra Ananda mendukung klarifikasi yang dilakukan Sekjen Partai Demokrat. "Sehingga masyarakat Indonesia mendapat informasi yang utuh terkait pernyataan Presiden Jokowi yang sering bertemu Petinggi Partai Demokrat di Istana Kepresidenan," ungkapnya.(fat/eky)