Sejarah dan Kiprah Alkhairaat, Cerita Guru Tua Lawan Belanda

Sosok SIS Al-Jufri atau Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri tak bisa dilepaskan dari Alkhairaat. Organisasi ini awalnya berbentuk lembaga pendidikan Islam yang didirikan pada tahun 1930 di Palu, Sulawesi Tengah.

Apr 24, 2023 - 16:24
Sejarah dan Kiprah Alkhairaat, Cerita Guru Tua Lawan Belanda

NUSADAILY.COM – JAKARTA – Gubernur Sulawesi Tengah Rusdy Mastura, yang kala itu menjabat Wali Kota Palu, berbicara di hadapan jemaah Alkhairaat di Kota Palu bahwa Bandara Mutiara Palu akan berganti nama menjadi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu.

Rusdy mengatakan pihak Kementerian Perhubungan telah menyetujui pergantian nama tersebut.

"Saya jelaskan kepada pejabat Kementerian Perhubungan tadi, mutiara yang dimaksud adalah SIS Al-Jufri yang merupakan tokoh agama dan sudah dianggap pahlawan di Kota Palu," kata Rusdy pada Januari 2014.

Kabar dibawa Rusdy itu pada akhirnya benar terealisasi. Sebulan setelahnya atau 28 Februari 2014, Menteri Perhubungan saat itu Evert Ernest Mangindaan meneken Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 178 tahun 2014 sebagai tanda bandara terbesar di Sulawesi Tengah ini resmi berganti nama menjadi Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufri Palu.

Sosok SIS Al-Jufri atau Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri tak bisa dilepaskan dari Alkhairaat. Organisasi ini awalnya berbentuk lembaga pendidikan Islam yang didirikan pada tahun 1930 di Palu, Sulawesi Tengah.

Alkhairaat berasal dari kata bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak (plural). Adapun bentuk mufrad (singular) adalah Al-Khair. Secara umum diartikan dengan sesuatu yang disukai.

SIS Al-Jufri merupakan ulama yang lahir di Taris, Hadramaut, Yaman pada 15 Maret 1892. Pria yang akrab disapa 'Guru Tua' ini mendirikan Lembaga Pendidikan Alkhairaat untuk menyebarkan ilmu pengetahuan dan mengembangkan pendidikan Islam. Model lembaga pendidikan yang dicetuskan kala itu sudah memadukan antara sistem pendidikan klasik tradisional dan modern.

SIS Al-Jufri bersama Alkhairaat tidak hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi juga sebagai alat dan basis perlawanan terhadap penjajah di kala itu.

Idrus M Said dkk dalam tulisannya di jurnal ICIIS berjudul 'The Impact Of Sis Aljufri's Movement And His Contribution To Seeking Indonesian Independence' (2022) menjelaskan SIS Al-Jufri bersama murid-muridnya di Alkhairaat berkonsolidasi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Mereka bergerak secara terbuka dan di bawah tanah melawan tentara Belanda yang kembali ke Indonesia untuk menjajah.

Pemimpin dan santri Alkhairaat kala itu tergabung dalam kelompok revolusioner di Sulawesi Tengah bernama "Gerilya Kilat" untuk mempertahankan kemerdekaan. Tokoh Alkhairaat seperti Bachrain Thayeb, Hasbullah, dan Asnawi tergabung di dalamnya.

Alkhairaat juga mengeluarkan seruan terhadap setiap ancaman yang meruntuhkan pemerintahan Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta kala itu.

Sikap nasionalisme SIS Al-Jufri juga mampu mengkonsolidasi tokoh-tokoh politik dan raja-raja untuk menyatakan sikap bersatu menjaga keutuhan NKRI di kawasan Indonesia Timur.

Atas jasa-jasanya itu, Pemerintah Indonesia telah menganugerahkan Bintang Maha Putra Adipradana bagi SIS Al-Jufri pada tahun 2010 lalu.

Alkhairaat tetap memposisikan lembaga pendidikan sebagai wadah mencerdaskan bangsa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia sampai saat ini.

Pada tahun 1958 madrasah Alkhairaat secara resmi didirikan sebagai sebuah yayasan dengan nama Yayasan Pendidikan Alkhairaat. Alkhairaat didirikan berasaskan Pancasila, berakidah Islamiyyah berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah menurut paham Asy'ariyah.

Dalam laman resminya, yayasan atau lembaga Alkhairaat merinci telah berdiri lebih dari 1.500 sekolah, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Sekolah itu tersebar di kawasan timur Indonesia. Alkhairaat juga memiliki 34 pondok pesantren, lima panti asuhan, serta usaha-usaha lainnya yang tersebar di kawasan Timur Indonesia.

Cendikiawan Muslim Indonesia almarhum Azyumardi Azra bahkan mengakui Alkhairaat sebagai organisasi Islam terbesar di kawasan timur Indonesia. Kini, Habib Sayyid Alwi bin Saggaf Al-Jufri menjabat sebagai Ketua Utama Alkhairaat.(cnn/han)