Sederet Kader PDIP Hengkang dan Dukung Prabowo-Gibran, Yuk Telisik Alasannya
Umam menyebut mundurnya Budiman Sudjatmiko, Maruarar Sirait, hingga yang terbaru Stefanus Gusma, bisa diartikan sebagai politik praktis jelang Pilpres 2024. Dia menyebut itu juga bagian dari seleksi alamiah kaderisasi PDIP.
NUSADAILY.COM – JAKARTA - Dosen Ilmu Politik dan International Studies, Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menganalisis alasan banyaknya politisi yang hengkang dari PDIP untuk mendukung paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Umam menilai itu efek domino dari keputusan PDIP berhadapan dengan pemerintahan saat ini.
"Hal ini mengindikasikan kian rontoknya sel-sel kekuatan PDIP, sebagai efek domino dari sikap politik PDIP yang kini memilih berhadap-hadapan dengan kekuasaan," kata Umam saat dihubungi, Sabtu (27/1/2024).
Umam menyebut mundurnya Budiman Sudjatmiko, Maruarar Sirait, hingga yang terbaru Stefanus Gusma, bisa diartikan sebagai politik praktis jelang Pilpres 2024. Dia menyebut itu juga bagian dari seleksi alamiah kaderisasi PDIP.
"Memang hal ini bisa dimaknai sebagai proses seleksi alamiah dalam skema kaderisasi di internal PDIP, di mana dinamika politik praktis jelang pilpres yang sangat pragmatis saat ini akan menyeleksi kadar loyalitas dan militansi para kader PDIP," ucapnya.
Meski begitu, Umam menilai mundurnya para politisi itu dari PDIP juga tidak hanya sekadar faktor pragmatisme dan oportunisme. Dia menilai ada ketidakpuasan yang dialami mereka terhadap PDIP.
"Namun langkah mundur beberapa kader utama PDIP itu tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor pragmatisme dan oportunisme, melainkan juga tampaknya ditrigger oleh ketidakpuasan sejumlah kader itu yang merasa ruang aktualisasi diri mereka terbatasi," ujar dia.
Karena itu lah, menurutnya PDIP harus segera menganitisipasi hal tersebut. "Kondisi ini harus diantisipasi oleh PDIP, dengan cepat mengonsolidasikan sel-sel kekuatannya agar tidak muncul efek domino lebih lanjut dari trend mundurnya para kader utama mereka jelang pileg dan pilpres pada 3 minggu mendatang," imbuhnya.
Gusma Pamit dari PDIP
Sebelumnya, Ketua Umum Pemuda Katolik (PK) Stefanus Gusma mengikuti jejak Maruarar Sirait untuk pamit dari PDIP. Gusma juga mundur dari pengurus Badiklatpus PDIP.
"Iya, saya sudah pamit. Saya sudah sampaikan permohonan maaf, ucapan terimakasih dan sudah pamit dengan senior-senior saya di partai. Sempat mengirim text WA, dan saya juga membuat surat pengunduran diri sebagai pengurus Badiklatpus." kata Gusma dalam keterangannya, Sabtu (27/1).
Gusma, yang juga mantan ketua DPP KNPI, mengatakan, saat ini aktif mendampingi komunitas relawan memenangkan pasangan calon presiden Prabowo-Gibran. Dia menginisiasi dan membina komunitas Solidaritas Anak Muda untuk Keberagaman dan Toleransi Indonesia (Sakti).
Sementara itu, belakangan, Gusma juga tampak kerap mendampingi Gibran saat kunjungan kampanye ke berbagai tempat. Misalnya, saat kunjungan ke NTT, kemudian saat acara kick off gerakan door to door 2 juta rumah SAKTI sebagai langkah menggaet suara untuk memenangkan paslon Prabowo dan Gibran, di Kota Solo, Kamis (11/1) yang lalu.
Gusma lantas menjelaskan alasan mundur dari PDIP. Dia mengaku punya perbedaan pandangan dengan Partai ihwal Pilpres 2024.
"Pertimbangan saya pamit karena telah berbeda dengan partai soal Pilpres 2024. Saya rasa logis dan etisnya demikian. Dulu saat masih aktivis mahasiswa di Solo saya sudah jadi relawannya Pak Jokowi saat maju walikota, lalu ikut berjuang saat beliau maju Gubernur DKI, dan saat maju Pilpres dua kali. Saya juga koordinator door to door-nya Mas Gibran saat maju walikota Solo", jelas Gusma.(han)