Romo Benny Sebut Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Bawa Misi Perdamaian
Kunjungan ini menjadi momen bersejarah, mengingat Paus terakhir yang mengunjungi Indonesia adalah Paus Yohannes Paulus II pada tahun 1989. Saat itu Paus Yohannes Paulus II melakukan kunjungan yang sangat berkesan dengan mengunjungi beberapa kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Maumere.
Hal ini diungkap Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo saat diwawancari salah satu radio swasta nasional.
Dalam wawancara tersebut, pria yang akrab disapa Romo Benny itu itu menambahkan pentingnya kunjungan ini. Apalagi Indonesia adalah negara Asia pertama yang dikunjungi oleh Paus Fransiskus dalam rangkaian lawatannya ke Asia Pasifik.
"Ini merupakan tanda cinta Paus terhadap bangsa Indonesia. Dengan ideologi Pancasila, Indonesia berhasil menyatukan 714 suku dan berbagai agama yang hidup berdampingan dengan damai," ungkapnya, Selasa (3/9/2024).
Romo Benny menyebut dibeberapa kesempatan Paus Fransiskus, menekankan pentingnya persaudaraan sebagai fondasi bagi perdamaian global. Dalam ensikliknya yang berjudul Fratelli Tutti (Semua Bersaudara) Paus menggarisbawahi bahwa hanya dengan saling mengakui bahwa kita semua adalah saudara.
"Tanpa memandang perbedaan agama, budaya, atau etnis, kita dapat menciptakan dunia yang lebih damai dan adil," kata Romo Benny.
Ia juga menambahkan Indonesia, meskipun merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim, mampu menunjukkan harmoni antar umat beragama. Hal ini yang menjadi menarik perhatian Paus Fransiskus.
"Di Indonesia, meskipun ada kasus-kasus kecil yang bersifat reaktif, pada umumnya masyarakat hidup dengan damai dan tidak ada konflik besar yang memecah belah bangsa," jelasnya.
Salah satu poin menarik yang disampaikan adalah pengakuan Paus Fransiskus terhadap Indonesia sebagai contoh nyata bagaimana pluralisme bisa dijaga dengan baik. Benny menggambarkan Indonesia sebagai “Taman Sari Dunia” sebuah metafora yang menggambarkan keragaman yang harmonis.
“Dengan 714 suku dan ratusan bahasa serta agama, Indonesia adalah contoh yang langka di dunia. Kita berhasil hidup berdampingan dengan damai, dan inilah yang menjadi daya tarik bagi Paus Fransiskus untuk mengunjungi kita,” jelas Pakar Komunikasi Politik tersebut .
Benny juga menekankan bahwa keberhasilan Indonesia dalam menjaga harmoni ini tidak terlepas dari ideologi Pancasila yang menjadi dasar negara. Pancasila, yang terdiri dari lima prinsip dasar, telah menjadi perekat yang mengikat seluruh rakyat Indonesia meskipun berbeda-beda latar belakang.
Prinsip ini menurut Benny, sangat selaras dengan ajaran Katolik yang juga menekankan pentingnya keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian.Dalam konteks ini, kunjungan Paus Fransiskus menjadi sangat relevan karena ia akan berdialog dengan berbagai tokoh agama di Indonesia, termasuk dengan para pemimpin Islam, Hindu, Buddha, dan agama lainnya.
Romo Benny berharap, dialog antar tokoh agama ini dapat memperkuat ikatan persaudaraan yang sudah ada Serta memberikan inspirasi bagi negara-negara lain yang sedang berjuang menghadapi tantangan serupa.
"Paus akan berdialog dengan Presiden Joko Widodo mengenai bagaimana menciptakan perdamaian dunia, serta nilai-nilai keragaman dan kemajemukan yang dimiliki Indonesia melalui Pancasila,"kata Romo Benny
Pakar komunikasi ini menyebut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia juga akan membahas masalah lingkungan. Karena Paus Fransiskus dikenal sebagai pemimpin yang sangat peduli terhadap isu-isu lingkungan, sebagaimana tercermin dalam ensikliknya yang berjudul Laudato Si’ (Terpujilah Engkau),.
Menjelang Misa Agung yang akan dilaksanakan pada Kamis 5 September 2024 mendatang,Romo Benny menjelaskan jika persiapan sudah disiapkan dengan baik Oleh karenanya ia mengingatkan agar para peserta mengikuti aturan yang telah ditetapkan, terutama dalam hal keamanan.
Terakhir, Romo Benny menyampaikan tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah bagaimana menjaga stabilitas sosial dan politik di tengah isu-isu sensitif seperti SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).Terutama menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan datang.
“Sekarang ini, isu-isu SARA tidak lagi menjadi masalah utama seperti dulu, tetapi kita harus tetap waspada. Tantangan kita sekarang adalah bagaimana mengatasi praktek-praktek politik yang tidak sehat, seperti politik identitas dan politik dinasti, yang bisa merusak tatanan sosial kita,"ujarnya
"Semoga kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia berjalan lancar, sukses, dan memberikan dampak positif bagi hubungan antar umat beragama di dunia," imbuhnya.(sir/wan)