Resesi Global Bisa Terjadi Karena Kebangkrutan SVB?

Perang melawan inflasi Federal Reserve atau The Fed telah membuat Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank tutup beberapa waktu lalu. Ketidakmampuan adaptasi bank tersebut dalam menghadapi agresivitas tingginya suku bunga acuan membuatnya kolaps.

Mar 17, 2023 - 00:02
Resesi Global Bisa Terjadi Karena Kebangkrutan SVB?
Foto: DW (News)

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Perang melawan inflasi Federal Reserve atau The Fed telah membuat Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank tutup beberapa waktu lalu. Ketidakmampuan adaptasi bank tersebut dalam menghadapi agresivitas tingginya suku bunga acuan membuatnya kolaps.

Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto menuturkan bahwa tidak hanya kedua bank tersebut saja yang mengalami kebangkrutan, tetapi bank-bank lain bisa saja menyusul apabila tidak melakukan antisipasi. Bahkan, tutupnya SVB ini bisa menjadi awal dari resesi global.

Kemungkinan resesi global memang sudah diperhitungkan sejak tahun lalu. Namun, akhir-akhir ini isu resesi global baru saja mendapat 'angin segar' karena China membuka pintu ekonominya lebih cepat, sehingga lembaga-lembaga internasional memangkas kemungkinan resesinya dan menaikkan sisi optimistisnya.

"Tetapi dengan kejadian ini (penutupan SVB dan Signature Bank), dan ini dipicu oleh sektor keuangan, saya rasa ini bisa memicu resesi, kalau nggak segera ditangani," tuturnya dalam Diskusi Publik INDEF yang dilakukan secara daring, Kamis (16/3/2023).

Menurutnya, dengan tingkat inflasi yang masih cukup tinggi, terutama di negara-negara maju, dan penanganan untuk pemulihan ekonomi atau pengendalian inflasinya dengan menggunakan bunga acuan, maka tidak terhindarkan terjadinya resesi.

"Kalau bank sentral-bank sentral di dunia ini terus mengerek suku bunga, ya yang terjadi lama-lama juga resesi," ungkapnya.

Sementara untuk Indonesia, menurutnya tidak akan terlalu berdampak dari tutupnya SVB dan Signature Bank. Sebab, relasi antara SVB dengan startup dan perbankan Indonesia relatif kecil, sehingga implikasinya terhadap ekonomi Indonesia tidak terlalu besar.

"Tapi jangan nggak melakukan apa-apa. Pada hari ini kita harus mereview lagi tingkat prudential kita tingkat kehati-hatian kita sehingga nanti terpetakan mana bank yang memerlukan pengawasan lebih serius," ujarnya.

Peneliti Center of Digital Economy and SME's INDEF Nur Komaria, juga mengatakan kolapsnya SVB tidak terlalu besar efeknya bagi startup Indonesia. Hal itu karena, sebagian besar pendanaan startup di Indonesia berasal dari Venture Capital serta Angel Investor.

"Untuk SVB dampak secara langsung ke startup Indonesia ini masih tidak terlalu banyak karena pendanaan kita lebih banyak dari Venture Capital kemudian ada juga dari Angel Investor. Jadi, kalau dihubungkan dengan SVB dampaknya tidak terlalu besar," tuturnya pada acara yang sama.

Meski demikian, ia menuturkan bahwa startup Indonesia harus mulai untuk berfokus pada menumbuhkan profit serta sustainability. Hal itu karena saat ini mendapatkan pendanaan atau fundraising sudah tidak semudah seperti saat terjadi pandemi COVID-19.

Selain itu, menurutnya perlu ada antisipasi dari startup Indonesia karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tutupnya perusahaan perintis yang terjadi setahun belakangan ini.

(roi)