Ratusan Warga Kembali ke Rumah Usai Banjir di Wilayah Solo Mulai Surut

Menurutnya, Sabtu (18/2) sekitar pukul 05.00 WIB ketinggian air di Joyotakan masih setinggi sekitar satu meter. Namun setelah air Sungai Bengawan Solo turun, banjir sudah mulai surut sekitar pukul 11.00 WIB.

Feb 19, 2023 - 16:37
Ratusan Warga Kembali ke Rumah Usai Banjir di Wilayah Solo Mulai Surut
Ribuan warga Solo terpaksa mengungsi karena rumahnya tergenang air Sungai Bengawan Solo.(Google)

NUSADAILY.COM - SOLO - Banjir di Solo, Jawa Tengah perlahan mulai surut sejak Kamis (16/2) petang, khususnya di Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan. Ratusan warga yang terdampak juga dilaporkan sudah mulai kembali ke rumah masing-masing.

Sebelumnya, warga Joyotakan mengungsi di sekolahan negeri setempat. Setelah kondisi air surut, mereka kembali ke rumah masing-masing untuk bergotong-royong membersihkan jalan dan rumahnya dari sisa sampah yang terbawa banjir.

Salah satu warga Joyotakan, Prasetyo, mengatakan warga Joyotakan sudah mulai kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan sampah yang terbawa air banjir.

Menurutnya, Sabtu (18/2) sekitar pukul 05.00 WIB ketinggian air di Joyotakan masih setinggi sekitar satu meter. Namun setelah air Sungai Bengawan Solo turun, banjir sudah mulai surut sekitar pukul 11.00 WIB.

"Air banjir di Joyotakan surutnya cepat sekali, sekitar empat jam. Karena pintu air yang ke Bengawan Solo sudah dibuka dan dibantu pompa Joyotakan sehingga air mengalir hingga surut," katanya, Sabtu (18/2), mengutip Antara.

BACA JUGA : Lima Kota/Kabupaten Terendam Banjir Imbas Bengawan Solo...

Menurut catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, ada 16 kelurahan di empat kecamatan yang tergenang banjir. Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Nico Agus Putranto mengatakan saat ini tinggal dua kelurahan yang masih tergenang banjir.

"Genangannya hanya di dua RT di Joyotakan. Itu kurang lebih 30 cm. Dan masih ada satu lagi di Pucangsawit itu ya 30-50 cm. Itu yang (permukaan tanahnya) paling rendah terkena luapan Kali Kopi," katanya, Sabtu (18/2).

Hampir semua pengungsi dilaporkan sudah kembali ke kediaman masing-masing. Menurut Nico, tinggal 750-an warga yang masih bertahan di pos pengungsian. Mereka tersebar di kelurahan Joyotakan, Pucangsawit, dan Gandekan.

"Di Gandekan tinggal 141 orang. Di Pucangsawit itu masih 400-an. Agak banyak karena masih menunggu bersih-bersih rumah dulu. Joyotakan masin 200-an," lanjutnya.

Jumlah ini jauh menurun dari total pengungsi banjir Solo yaitu 4.440 warga. Sedangkan total warga terdampak banjir mencapai 21.846.

Meski kondisi mulai membaik, Nico memastikan pos-pos siaga bencana terus disiagakan di kelurahan. Mengingat dalam beberapa hari ke depan diperkirakan Kota Solo dan sekitarnya masih berpotensi terjadi cuaca ekstrem. Hal itu berpotensi menimbulkan banjir susulan di Kota Solo.

"Aktif terus. Tetap kita siagakan. Antisipasi banjir susulan," kata Nico.

Pantauan di pos pengungsian Gandekan, masih banyak warga yang bertahan di pos pengungsian. Salah satu pengungsi, Cindy (32) mengatakan rumahnya sudah tidak lagi tergenang banjir. Namun ia berencana pulang besok karena kondisi rumahnya saat ini belum layak ditinggali.

"Tempatnya masih lembab belum bisa dipakai istirahat," katanya.

Data Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (18/2) pagi, mengungkap banjir ini berdampak terhadap 21.864 orang.

Sebanyak 4.440 warga harus mengungsi di 12 titik yang tersebar di Joyotakan, Gendekan, Semanggi, Pucang Sawit, Kedunglumbu, Sudiro Prajan dan Pasar Kliwon.

Modifikasi cuaca

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi cuaca ekstrem di Kota Solo dan sekitarnya. Tingginya curah hujan di kawasan tersebut menyebabkan banjir di Kota Solo dan Kabupaten Sukoharjo beberapa hari terakhir.

BACA JUGA : Jadi Pengungsian Korban Banjir, 9 Sekolah di Solo Diliburkan...

Kepala BNPB, Letjend TNI Suharyanto mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Meski saat ini banjir di Solo dan Sukoharjo sudah surut, curah hujan di Jawa Tengah masih tinggi hingga 19 Februari 2023. Hal itu berpotensi mengakibatkan banjir susulan di Solo dan sekitarnya.

"Mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, besok mudah-mudahan sudah bisa kita gelar TMC yang terbukti bisa mengurangi dampak curah hujan deras," katanya di Balai Kota Solo, Sabtu (18/2).

Hanya saja BNPB masih menunggu penetapan status tanggap darurat dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Mengingat ancaman cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di satu kabupaten atau kota.

"BNPB sedang menunggu. Mudah-mudahan hari ini sudah bisa keluar status tanggap darurat atau status darurat dari provinsi Jawa Tengah," katanya.

TMC sudah sering digunakan untuk mengurangi dampak cuaca buruk. Terakhir, BNPB menerapkan TMC saat sebagian besar wilayah Jawa Tengah dilanda hujan deras bulan Januari lalu. Hampir 20 kabupaten dan kota di Jawa Tengah terendam banjir termasuk Semarang.

"Belajar dari pengalaman di Jawa Tengah awal Januari itu kita laksanakan TMC juga," katanya.

Di kesempatan yang sama, BNPB juga menyalurkan bantuan dengan nilai total Rp 1,1 miliar. Bantuan tersebut disalurkan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo.

BACA JUGA : Duh! Ibu Hamil Hendak Melahirkan Dievakuasi saat Banjir...

Masing-masing mendapat bantuan berupa dana siap pakai Rp 500 juta, 2.500 selimut, 2.500 matras, 2.000 paket sembako, 1.000 hygiene kits, 1.000 alat kebersihan, 200 tenda keluarga, 5 tenda ukuran 6x12 meter, dan dua perahu polietilen.

"Tentu saja setelah tanggap darurat ini selesai kegiatan tidak berhenti sampai di sini saja . Kita pun harus memikirkan langkah langkah ke depan. Khususnya di tahap rehabilitasi dan rekonstruksi," katanya.

Seorang warga RT 1 RW 2 Kelurahan Gandekan yang mengungsi, Cindy (32) mengaku senang dengan bantuan paket sembako yang ia terima. Setidaknya bahan makanan itu bisa memenuhi kebutuhan hariannya untuk beberapa waktu ke depan.

"Alhamdulillah terbantu. Apalagi ada susu balita. Saya kan punya balita juga," katanya.

Single parent itu mengatakan rumahnya terendam air hingga 1,5 meter saat banjir kemarin. Akibatnya ia tidak bisa berjualan makanan seperti biasanya.

"Saya bikin gorengan di rumah. Kalau banjir ya nggak bisa jualan," katanya.(lal)