Puasa Rajab Bisa Digabung dengan Qada Ramadhan?

Terkadang ada kecenderungan, banyak perempuan yang membayar utang puasa Ramadhan tahun lalu mepet dengan Ramadhan tahun ini. Banyak yang biasa berpuasa qada Ramadhan di Bulan Rajab dan Syakban

Jan 23, 2023 - 21:49
Puasa Rajab Bisa Digabung dengan Qada Ramadhan?
Puasa Rajab Bisa Digabung dengan Qada Ramadhan?

NUSADAILY.COM – SURABAYA - Niat puasa Rajab bisa digabung dengan puasa qada (qadha) Ramadhan? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan berikut ini sampai habis.
Yang biasa punya utang puasa Ramadhan adalah perempuan alias kaum hawa. Sebab, perempuan memiliki siklus menstruasi alias datang bulan alias haid.

Lantas, mengapa perempuan punya utang puasa Ramadhan? Sebab, perempuan yang sedang haid tidak boleh menunaikan puasa. Lalu ada beberapa kondisi lainnya yang membolehkan perempuan tidak berpuasa wajib di Bulan Ramadhan. Seperti saat sedang hamil, nifas setelah melahirkan dan menyusui bayi.

BACA JUGA : Pria Pencuri Kabel Listrik di Rumah Kosong Surabaya Ditangkap...

Puasa Ramadhan wajib hukumnya. Sehingga perempuan yang tidak bisa berpuasa dengan alasan-alasan di atas harus menggantinya di luar Bulan Ramadhan.

Terkadang ada kecenderungan, banyak perempuan yang membayar utang puasa Ramadhan tahun lalu mepet dengan Ramadhan tahun ini. Banyak yang biasa berpuasa qada Ramadhan di Bulan Rajab dan Syakban.

Puasa Rajab X Puasa Qada Ramadhan:
Untuk diketahui, Rajab merupakan salah satu bulan yang istimewa bagi umat Islam. Maka dari itu, ada banyak amalan yang dianjurkan untuk ditunaikan selama Rajab. Salah satunya puasa sunah.

Sehingga muncul pertanyaan, puasa Rajab bisa diniatkan bayar utang puasa (saum) Ramadhan? Atau bolehkan menggabungkan niat puasa Rajab dengan niat puasa qada Ramadhan?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, detikJatim mengutip sebuah artikel di situs Resmi NU Jatim. Dalam artikel berjudul Puasa Rajab Sekalian Ganti Utang Puasa Ramadhan, Bolehkah?, dijelaskan bahwa tidak ada hadis shahih yang secara khusus menjelaskan keutamaan puasa Rajab. Namun kesunahan puasa Rajab sudah tercakup dalam dalil anjuran berpuasa secara umum dan anjuran umum berpuasa di bulan-bulan mulia.

1. Boleh menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qada Ramadhan
Lalu apakah boleh menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qada Ramadhan? Jawabannya boleh.

Puasa Rajab sebagaimana puasa sunah lainnya, sah dilakukan dengan niat berpuasa secara mutlak, tidak disyaratkan ta'yin (menentukan jenis puasanya). Misalkan dengan niat 'saya niat berpuasa karena Allah', tidak harus ditambahkan 'karena melakukan kesunahan puasa Rajab'.

BACA JUGA : Kesaksian Janggal 12 Personel Brimob Penembak Gas Air Mata...

Sementara puasa qada Ramadhan tergolong puasa wajib yang harus ditentukan jenis puasanya. Misalkan dengan niat 'saya niat berpuasa qada Ramadhan fardu karena Allah'.

Menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qada Ramadhan hukumnya diperbolehkan (sah) dan pahala keduanya bisa didapatkan. Baik pahala puasa Rajab maupun puasa qada Ramadhan.

Bahkan menurut Syekh al-Barizi, meski hanya niat mengqada puasa Ramadhan, secara otomatis pahala puasa Rajab bisa didapatkan. Kesimpulan itu berdasarkan kitab Fathul Mu'in beserta hasyiyahnya, I'anatuth Thalibin sebagai berikut:

وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد (وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى

Artinya: Dan dikecualikan dengan pensyaratan ta'yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardu, yaitu puasa sunah, maka sah berpuasa sunah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama. Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunnah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura' dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa' dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunah mutlak. Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa. Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan. Dalam kitab Al-I'ab ditambahkan, dari kesimpulan tersebut, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak. Ulama lain menyebutkan, demikian pula apabila berketepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis. (Syekh Zainuddin al-Malibari dan Syekh Abu Bakr bin Syatha, Fathul Mu'in dan Hasyiyah I'anatuth Thalibin, Surabaya, al-Haramain, tanpa tahun, juz 2, halaman 224).

2. Pahala Puasa Rajab dan Ramadhan
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya 'Ulumiddin mengutip dua hadis tentang puasa di Bulan Rajab. Satu hari berpuasa pada bulan haram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajab), lebih utama dibanding berpuasa 30 hari pada bulan selainnya. Satu hari berpuasa pada bulan Ramadhan, lebih utama dibanding 30 hari berpuasa pada bulan haram.

Kemudian dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda 'Barang siapa berpuasa selama tiga hari dalam bulan haram, hari Jumat dan Sabtu, maka Allah balas setiap satu harinya dengan pahala sebesar ibadah 900 tahun'.

Mengutip situs resmi Kementerian Agama Kabupaten Kudus, berikut beberapa pahala puasa di bulan Rajab. Sayyid Abu Bakar Syattha' dalam I'anah at-Thalibin mengutip hadis berikut ini:

"Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!" (HR Abu Dawud dan yang lainnya).

Kemudian Rasulullah SAW bersabda 'Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan'. (HR At-Thabrani).

Dari Abu Hurairah (sahabat Nabi Muhammad SAW), Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa puasa pada tanggal 27 Rajab, Allah mencatatnya sebagaimana orang yang puasa selama 60 bulan'.

Rasulullah SAW bersabda 'Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut'.(ris)