Psikolog Ubaya Ingatkan Pentingnya Pola Asuh, Bocah 6 Tahun Diperkosa

Mary berpendapat, perilaku ketiga korban besar kemungkinan karena faktor pengasuhan keluarga yang salah. Ia mengingatkan lagi kepada orangtua tentang tanggung jawab memahami dan mengenal anak secara utuh.

Jan 20, 2023 - 23:09
Psikolog Ubaya Ingatkan Pentingnya Pola Asuh, Bocah 6 Tahun Diperkosa
Psikolog Ubaya Ingatkan Pentingnya Pola Asuh, Bocah 6 Tahun Diperkosa

NUSADAILY.COM – SURABAYA – Bocah 6 tahun diperkosa tiga teman bermain di Mojokerto mengundang keprihatinan publik. Terlebih, para pelakunya ternyata masih berusia 8 tahun.

Atas kasus ini, Psikolog Universitas Surabaya (Ubaya), Dr. Mary Philia Elisabeth, S. Psi., M.Psi, mengingatkan para orangtua akan pentingnya pola asuh. Mary menjelaskan, sebenarnya kasus seperti ini bukanlah kasus pertama.

Mary mengungkapkan tindakan pencabulan hingga perkosaan oleh anak di bawah umur terhadap teman sebaya kerap terjadi. Ia pun sempat mempertanyakan, apa sistem hukum di Indonesia sudah berhasil mengatasi permasalahan seperti kasus pemerkosaan bocah 6 tahun di Mojokerto oleh ketiga teman mainnya.

BACA JUGA : DPRD Surabaya Ajukan Raperda Toleransi, ini Alasannya

Mary berpendapat, perilaku ketiga korban besar kemungkinan karena faktor pengasuhan keluarga yang salah. Ia mengingatkan lagi kepada orangtua tentang tanggung jawab memahami dan mengenal anak secara utuh.

“Saya selalu mengatakan kepada orang tua tentang pentingnya kompas moral dan kompas spiritual. Bagaimana anak-anak ini perlu diaktifkan, kalau di psikologi itu namanya superego, normanya dia seperti apa, bagaimana anak mulai belajar melihat dari sudut pandang orang lain di luar dari dirinya kalau ada orang lain,” kata Mary, Jumat (20/1/2023).

Mary mengatakan, dalam menjadi pendidik anak, orangtua seharusnya tak melulu menasehati anak. Perlu benteng pendidikan dari keluarga untuk membuat pengembangan karakter yang positif pada anak.

Sayangnya, hal yang paling penting dalam mendidik anak tersebut masih sering dilupakan oleh para orang tua dan keluarga. Menurut Mary, kendala terbesar masyarakat saat ini adalah ketiadaan waktu untuk memberikan pendidikan karakter di rumah.

“Jadi orangtua itu perlu membentengi anak dengan membekali mereka pendidikan karakter dari keluarga. Jadi tidak hanya dari segi nasihat, tapi perilaku orang tua juga perlu jadi contoh,” imbuhnya.

Mary menjelaskan, jika isu pendidikan karakter positif anak merupakan isu yang penting. Sama pentingnya dengan isu mental health.

Namun, isu penting pendidikan karakter anak sering tak mendapatkan perhatian dari orangtua. Untuk itu, dalam mendidik anak, Mary mengimbau agar para orang tua dan keluarga bisa kompak.

BACA JUGA : Satpol PP Jatim Segera Cek Izin Diskotik Ibiza Surabaya

“Di perkotaan ini kan kita (masyarakat Indonesia) terbiasa dengan budaya kolektif. Jadi tidak hanya orangtua yang bertanggung jawab dengan anak, tapi juga ada extended family (kakek, nenek, om, tante). Mereka ini harus kompak dalam pengasuhan anak, apalagi dalam pembentukan karakternya dia,” jelasnya.

Mary mengingatkan jika saat ini telah memasuki era baru di mana anak banyak belajar dari gadget dan game. Bahayanya, dalam teknologi itu tidak ada filter empati dan moralnya, sehingga anak melakukan uji coba sendiri.

Karena itu, orangtua dituntut agar bisa memberikan contoh yang baik kepada anak agar bisa mengembangkan karakter positifnya.

Selain mengajarkan tentang pendidikan karakter, Mary juga berpesan agar para orangtua memberikan edukasi terkait seks sedini mungkin. Langkah ini guna mencegah anak jadi pelaku maupun korban.

Ia berpesan agar orangtua bisa menjadi contoh bagi anaknya. Setidaknya hingga usia 15 tahun. Karena, menurut Mary, dalam mendidik anak tidak cukup hanya nasehat. Anak akan cenderung belajar dari apa yang ia lihat hingga usia 15 tahun.

“Ajarkan pada anak bagian tubuh mana saja yang boleh disentuh dan tidak itu sejak usia dini. Saya paham insting orang tua itu melindungi anak, dalam hal ini melindunginya harus benar. Jangan sampai merugikan yang lain. Apa yang terjadi pada anak orang lain itu juga bisa terjadi pada anak kita. Jadi tolong mulai memperhatikan pengembangan karakter pada anak-anak, terutama kompas moralnya harus dibentuk dari kecil,” pungkasnya.(ris)