PKB Sebut Universitas Jember Tak Ubahnya Benteng yang Kumuh
“Kami lihat Unej ini seperti kerajaan atau negara dalam negara. Seluruh akses masuk ke Unej beberapa tahun ini ditutup dan terpusat lewat Jalan Kalimantan atau double way kampus.
NUSADAILY.COM – JEMBER – Dewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa Kabupaten Jember, Jawa Timur, memberikan catatan merah untuk peran Universitas Jember (Unej) di sektor tata kota, terutama penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima.
Catatan ini menjadi bagian dari evaluasi dan refleksi akhir tahun DPC PKB Jember yang dilansir kepada wartawan, Selasa (27/12/2022). Selain PKL, PKB menyoroti persoalan ruwetnya lalu lintas di sekitar kampus yang merupakan dampak dari kebijakan Unej.
“Kami lihat Unej ini seperti kerajaan atau negara dalam negara. Seluruh akses masuk ke Unej beberapa tahun ini ditutup dan terpusat lewat Jalan Kalimantan atau double way kampus. Padahal ada akses untuk masuk melalui Jalan Jawa untuk mahasiswa kampus Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Budaya, FISIP, dan melalui Jalan Mastrip untuk mahasiswa fakulta eksakta,” kata Ketua DPC PKB Jember Ayub Junaidi.
BACA JUGA : Polisi Gerebek Warga Desa di Jember, Tangkap 6 Pengedar...
Ditutupnya semua akses jalan itu membuat ribuan mahasiswa setiap hari masuk dan keluar kampus lewat Jalan Kalimantan. “Ini membuat kendaraan menumpuk dan bikin macet. Kenapa semua harus lewat Jalan Kalimantan,” kata Ayub.
Sementara itu di Jalan Jawa, tak hanya macet, suasana kumuh juga terlihat dengan banyaknya pedagang kaki lima yang menguasai trotoar. Mereka membangun tenda dengan memanfaatkan tembok pembatas setinggi kurang lebih tiga meter yang dibangun Unej dan membuat trotoar tak bisa dilewati pejalan kaki.
“Unej sekarang kayak benteng. Tertutup tembok semua. Masyarakat tidak bisa melihat indahnya Unej, tertutup PKL dan tembok. kumuh,. Padahal Unej itu indah. Dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah, Unej adalah kawasan hutan kota, paru-paru kota,” kata Ayub.
Ayub meminta agar Unej, pemkab, dan DPRD Jember duduk bersama mencari solusi soal PKL. “Unej ini wajah Jember, mahasiswanya mencapai 18 ribu orang. Mungkin 60 persen adalah orang luar kota. Coba ditata pakai sistem jam buka atau Unej menyediakan lahan untuk semacam pujasera, dan Pemkab Jember menghibahkan bangunannya. Semua PKL wajib masuk di situ dan tidak boleh lagi ada PKL di Jalan Jawa,” katanya.
Selain itu, PKB menyarankan agar Unej melakukan pendampingan terhadap PKL dari aspek higienitas dan pelatihan manajemen keuangan. “Konsumen PKL adalah mahasiswa Unej sendiri. Kalau tidak makanan higienis, lalu kena hepatitits, yang sakit mahasiswa Unej sendiri,” kata Ayub. Ia yakin PKL mau ditata secara manusiawi.
BACA JUGA : Bupati Jember Hendy Siswanto Kirim Peringatan ke Pelaku,...
Selain di kawasan kampus, PKB juga mengkritik penataan lalu lintas di Jalan Ahmad Yani Jember. Kemacetan selalu terjadi pada jam sibuk. Salah satu faktornya adalah keberadaan stasiun pengisian BBM di sisi kanan jalan. “Di tengah kota, apalagi di sisi kanan jalan seharusnya tidak ada pom bensin. Perlu dipertimbangkan lagi perpanjangan izinnya,” kata Ayub. PKB meminta kepada Pemkab Jember dan kepolisian untuk duduk bersama merekayasa lalu lintas sekaligus memecah pusat keramaian.(ris)