Petani Magetan Putar Otak di Tengah Pencabutan Pupuk Subsidi, Suwarno Janji Kawal Hingga Capai Solusi

Suwarno mengaku merasakan kesulitan para petani di Magetan saat ini. Pasalnya, selain bisa memanfaatkan pupuk kandang, sebelumnya petani bisa membeli pupuk organik bersubsidi. Namun pupuk organik pabrikan juga dicabut subsidinya.

Nov 26, 2022 - 16:58

NUSADAILY.COM - MAGETAN - Konsep bertani hemat dicetuskan oleh petani asal Desa Krajan, Kecamatan Parang, Magetan, bernama Subandi. Ia membuat resep agar pemupukan pada tanaman jagung menjadi lebih murah dengan mengkombinasikan pupuk organik dan anorganik.

Hal itu mungkin dapat menjadi harapan para petani di Indonesia di tengah pencabutan subsidi pupuk oleh pemerintah.

Subandi mengklaim bisa hemat separuh lebih dibanding menggunakan cara lama. Pria yang sebelumnya bekerja pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian ini menerapkan dalam tanaman jagung. Selain bisa hemat biaya pupuk hingga jutaan rupiah, hasil panen juga bisa maksimal.

"Dengan konsep saya, dalam satu hektar tanaman jagung hanya menghabiskan biaya Rp5 juta, jauh dari kebutuhan pupuk sebelunya yang kebutuhan pupuknya perlu Rp11 juta. Dengan biaya kecil hasilnya sama bahkan mungkin bisa lebih," kata Subandi kepada nusadaily.com, Rabu (12/10/2022).

BACA JUGA: Ketika Pupuk Subsidi Dipangkas, Akankah Harga Pangan Terkerek Naik?

Satu hektar tanaman jagung memakai resepnya diklaim hanya menghabiskan biaya pupuk Rp5,5 juta, kemudian hasil panen 11,4 ton.

"Biasanya petani menghasilkan 7 ton per-hektar dengan biaya pupuk kurang lebih Rp11 jutaan," katanya.

"Dalam menanam jagung resepnya begini, pada awal penanaman bibit jagung ditutup dengan pupuk organik, bisa memakai kohe (kotoran hewan) ayam atau sapi. Selanjutnya, pada usia 14 hari, jagung yang sudah tumbuh diberikan pupuk pabrikan dengan komposisi Phonska 150kg, Urea 50kg, Gipsum 40kg Zn 5kg dan garam grosok 40kg," jelas Subandi.

Setelah tanaman berusia 21 hari, pemupukan berikutnya menggunakan campuran 40 karung kohe ayam potong dan 14 karung kohe ayam petelur.

"Kemudian pada usia 30 hari, pemupukan kembali dilkukan, kali ini menggunakan pupuk anorganik dengan komposisi 100kg Phonska, 100kg Urea, 50kg Gipsum dan 50kg garam grosok," lanjutnya.

Sebagai pamungkas, pemupukan tanaman jagung kembali dilakukan pada usia 45 hari. Pupuk yang digunakan antara lain, 150kg Urea, 60kg Gipsum dan 60kg garam grosok.

Asumsi harga sebagai berikut:

Phonska 1 karung/50kg Rp150 ribu

Urea 1 karung/50kg Rp150 ribu

Kohe 1 karung Rp3.500

Gipsum 20kg Rp40.000

Garap Grosok 1kg Rp2.750

Estimasi pengeluaran pupuk untuk satu hektare lahan jagung kurang lebih Rp5,5 juta.

"Resep ini hanya untuk tanaman jagung, sedangkan untuk tanaman padi masih belum. Saya masih melakukan penelitian untuk sementara," tandasnya.

Wakil Ketua DPRD Magetan Suwarno yang juga meninjau lokasi di lapangan berjanji akan membawa terobosan baru tersebut ke komisi B DPRD Magetan dan komisi IV DPR RI.

"Saya akan bawa resep ini ke Komisi B DPRD Magetan yang membidangi untuk diaplikasikan di tengah kesulitan petani dalam mendapatkan pupuk subsidi. Dan akan saya teruskan kepada komisi IV DPR RI di Senayan," kata politisi Golkar tersebut.

BACA JUGA: Bantu Petani Sumenep Dapatkan Pupuk Subsidi, Ini Langkah Cepat Bupati Fauzi

Suwarno juga mengaku merasakan kesulitan para petani di Magetan saat ini. Pasalnya, selain bisa memanfaatkan pupuk kandang, sebelumnya petani bisa membeli pupuk organik bersubsidi. Namun pupuk organik pabrikan juga dicabut subsidinya.

"Ini memberatkan, pasalnya tidak semua petani memiliki ternak untuk bisa memanfaatkan pupuk organik. Mereka bisa membeli pupuk organik pabrikan dengan harga subsidi. Kini setelah dicabut harga pupuk organik tidak terbeli," tegasnya.

Ia berjanji akan mengawal dan membawa permasalahan petani soal pupuk ini ke pucuk pimpinan. Hingga akhirnya mencapai solusi.

"Jika terus begini ketahanan pangan dan suwasembada bisa terancam," pungkasnya.(***/nto/lna)