Perubahan Iklim Bawa Bencana, Kepala BNPB Sebut Solusinya ADEXCO dan GFSR

Sep 11, 2024 - 20:51
Perubahan Iklim Bawa Bencana, Kepala BNPB Sebut  Solusinya ADEXCO dan GFSR
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat memberikan sambutan di acara pembukaan pameran IEE Series 2024- Engineering Week Rabu (11/9/2024) di Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta Pusat Foto : IEE

NUSADAILY.COM .JAKARTA - Indonesia bersama dengan negara-negara Asia Pasifik lainnya saat ini tengah menghadapi dampak perubahan iklim. Perubahan ini tentunya sangat berpotensi ancaman bencana alam yang akan tersebut. Untuk mencegah terjadinya bencana tersebut harus dijawab dengan dengan berbagai inovasi teknologi dan pembelajaran berbagai pihak. Salah satunya  melalui ADEXCO dan GFSR  untuk mencari solusi berkelanjutan.

 

Oleh karena itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan beberapa pihak menyelenggarakan Asia Disaster Management and Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) dan Global Forum for Sustainable Resilience (GFSR) ke-2 di JIEXPO, Jakarta, pada 11 – 14 September 2024.

 

Hal tersebut diungkapkan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat memberikan sambutan di acara pembukaan  pameran IEE Series 2024- Engineering Week. Pada Rabu (11/9/2024) di Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta Pusat .

 

“Forum pameran teknologi dan konferensi ini untuk saling berbagi informasi dan praktik baik di kawasan,” kata Suharyanto.

 

Dikatakan pula, ADEXCO dan GFSR merupakan wujud nyata dari upaya membangun sistem yang kuat. Sistem tidak hanya mampu merespons saat terjadi bencana, tetapi juga berorientasi pada mitigasi risiko dan kesiapsiagaan.

 

Menurutnya, Suharyanto penyelenggaraan dua kegiatan ini menandai komitmen bersama terhadap resiliensi berkelanjutan dan penguatan strategi pengurangan risiko bencana di kawasan.Pada konteks Indonesia, resiliensi berkelanjutan ini sangat penting mengingat situasi Indonesia sangat rawan terhadap bencana.

 

"Pada tahun 2023 lalu, BNPB mencatat 5.400 kejadian bencana. Dari jumlah tersebut, 95% merupakan bencana hidrometeorologi. Angka ini naik 52% dari tahun sebelumnya,’’jelasnya .

 

Ia menggarisbawahi perubahan iklim, urbanisasi dan perubahan tata guna lahan berkontribusi dalam frekuensi bencana.Meskipun dari jumlah korban dan kerusakan infrastruktur menunjukkan tren penurunan.

 

Suharyanto  berharap dengan penyelenggaraan kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk penguatan resiliensi berkelanjutan. Ini merupakan upaya membangun sistem yang kuat.

 

“Sistem yang tidak hanya mampu merespons saat terjadi bencana tetapi juga berorientasi pada mitigasi risiko dan kesiapsiagaan,” tambahnya. 

 

Terkahir Suharyanto menegaskan  kerja sama antar negara dapat membangun kawasan yang lebih tangguh, yang tidak hanya siap menghadapi bencana, tetapi juga mampu bangkit lebih kuat setelahnya.

 

“Mari kita mulai dari sekarang karena masa depan dunia ada di tangan kita semua,” pesan Suharyanto.

 

Sebagai informasi , ADEXCO 2024  merupakan penyelenggaraan pameran dengan tema ‘Advancing Sustainable Resilience’. Menghadirkan pengalaman kepemimpinan, expertise. Serta produk inovasi dan teknologi dalam penanggulangan bencana dari pemerintah, lembaga donor, dunia usaha dan mitra lain.

.

Ajang ini dibuka untuk umum mulai hari ini (9/9), di Hall 2D, JIEXPO Kemayoran dari jam 09.00 – 17.00 WIB. Sedangkan GFSR, ini merupakan forum untuk membahas berbagai topik mengenai resiliensi berkelanjutan. Acara ini akan menghadirkan para narasumber dengan pembahasan berbagai sudut pandang, khususnya inovasi, teknologi dan industrialisasi kebencanaan.

 

Inovasi dan teknologi kebencanaan ini menjadi bagian dari empat pilar resiliensi berkelanjutan yang diusung Indonesia. Konsep ini telah disampaikan Presiden Joko Widodo pada Global Platform for Disaster Risk Reduction pada 2022 sil.

 

ASEAN juga telah menerima dan menyepakati semangat ini dalam Deklrasi Pemimpin ASEAN pada ASEAN Summit 2023 lalu. Acara pembukaan ADEXCO ke-3 dan GSFR ke-2 ini dihadiri daring dan luring tamu undangan dari Republik Fiji, SCDF, Kantor regional Asia-Pasifik PBB untuk pengurangan risiko bencana, Kementerian Perindustrian, Sekretariat ASEAN, lembaga internasional dan dunia usaha. (sir/wan)