Perdalam Kurikulum Merdeka, SMA SPI Gandeng JPM Kota Batu
Kemendikbudristek meluncurkan kurikulum merdeka belajar. Sebuah metode pembelajaran yang menitikberatkan pengembangan potensi diri sesuai minat dan bakat peserta didik.
NUSADAILY.COM-KOTA BATU – Kemendikbudristek meluncurkan kurikulum merdeka belajar. Sebuah metode pembelajaran yang menitikberatkan pengembangan potensi diri sesuai minat dan bakat peserta didik. Di dalam intrakulikuler tersebut terdapat projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5).
Program tersebut termasuk dalam kegiatan kokurikuler berbasis project yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter siswa. P5 melatih peserta didik untuk menggali isu nyata di lingkungan sekitar dan berkolaborasi untuk memecahkan masalah tersebut. Karena itu, butuh alokasi waktu tersendiri agar transformasi nilai yang dijalankan melalui metode kokurikuler tersebut berjalan optimal.
Penerapan P5 mulai dijalankan di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) Kota Batu. Lembaga pendidikan tersebut berkolaborasi dengan Jejaring Panca Mandala (JPM) Kota Batu. JPM merupakan mitra Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang tersebar di setiap kota/kabupaten seluruh Indonesia. Keanggotaan JPM terdiri lima unsur yakni pemerintahan, pendidikan, pengusaha, organisasi kemasyarakatan dan jurnalis.
Pemateri JPM, Samsul Huda menegaskan, P5 menjadi tujuan jangka panjang pembelajaran. Tema-temanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kontekstual dan umum. Peserta didik mengeksplorasi pengetahuan dan keterampilan di luar materi pelajaran intrakurikuler.
"Oleh karena itu, P5 ini tidak berkaitan langsung dengan konten atau capaian pembelajaran dari mapel yang sedang dipelajari," imbuh dia.
Hudha menyampaikan, JPM bertindak sebagai pemantik awal untuk mendorong pelajar mempelajarinya lebih mendalam dan nantinya diintegrasikan pada materi intrakulikuler merdeka belajar. Serta tidak lagi menempatkan peserta didik sebagai objek. Melainkan, peserta didik dapat mengeksplorasi kreativitasnya melalui proses pendidikan yang mengedepankan interaksi dialogis antara guru dan pelajar.
P5 dilakukan guna mencetak karakter peserta didik sesuai nilai-nilai Pancasila. Para pengajar pun saling berkolaborasi dan fokus pada perencanaan dan fasilitasi pelaksanaan P5. Satuan pendidikan dapat menerapkan pembelajaran inkuiri, berbasis masalah maupun metode lainnya selaras dengan tujuan membangun karakter dan kompetensi profil pelajar Pancasila.
"Satuan pendidikan yang menggunakan Kurikulum 2013 bisa melakukan project penguatan profil pelajar Pancasila. Apabila satuan pendidikan dapat menyesuaikan pengelolaan waktu dan kolaborasi antar guru," tandas dia.
Kepala SMA SPI Kota Batu, Risna Amalia Ulfa, menjelaskan jika kolaborasi akan menjadi kunci sukses atau tidaknya sebuah project. Para guru lintas disiplin ilmu berkolaborasi merencanakan, memfasilitasi serta menjalankan asesmen berkaitan implementasi P5.
Risna menuturkan, P5 dapat dipadukan dengan penguatan pendidikan karakter (PPK) berjalan sesuai kebutuhan dan pembiasaan di satuan pendidikan. P5 dan PPK diamanatkan pada kebijakan UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
"Dalam mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3)," timpal Risna. (oer)