Percintaan, Sebuah Diksi Dan Metafora Dalam Puisi

Tema percintaan bagi sebagian orang dianggap sebagai hal yang lumrah diungkapkan oleh remaja. Dalam banyak hal, percintaan sebagai tema universal banyak diungkapkan dalam karya sastra. Yang menarik di samping percintaan lazimnya ditinjau dari segi nilai dan perilaku tokoh. Dalam teks sastra, percintaan juga menarik dilihat dari segi pemakaian bahasa sebagaimana pencarian ungkapan dalam teks yang mencakup bagaimana diksi cinta dan gaya bahasa yang digunakan. Secara khusus, tulisan ini menampilkan dua buah kumpulan puisi yang ditulis oleh mahasiswa dan keduanya memiliki kekhasan diksi dan metafora cinta.

Dec 28, 2022 - 01:54
Percintaan, Sebuah Diksi Dan Metafora Dalam Puisi
Ilustrasi (Foto : Istimewa)

Oleh : Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd.

Tema percintaan bagi sebagian orang dianggap sebagai hal yang lumrah diungkapkan oleh remaja. Dalam banyak hal, percintaan sebagai tema universal banyak diungkapkan dalam karya sastra. Yang menarik di samping percintaan lazimnya ditinjau dari segi nilai dan perilaku tokoh. Dalam teks sastra, percintaan juga menarik dilihat dari segi pemakaian bahasa sebagaimana pencarian ungkapan dalam teks yang mencakup bagaimana diksi cinta dan gaya bahasa yang digunakan. Secara khusus, tulisan ini menampilkan dua buah kumpulan puisi yang ditulis oleh mahasiswa dan keduanya memiliki kekhasan diksi dan metafora cinta.

Penulis puisi dalam menghadirkan karyanya sebagai karya estetis ia diharapkan piawai dalam memilih kata dan menggayakan bahasa sehingga teks yang dihasilkan menjadi teks yang indah dan puitis. Kegiatan pemilihan kata setepat mungkin dengan tujuan untuk mengekspresikan ide disebut dengan istilah diksi. Diksi yang baik merupakan pilihan kata yang maknanya tepat dan selaras, yang penggunaanya sesuai dengan ide pembahasan atau peristiwa. Diksi dalam puisi bisa berwujud melalui gaya bahasa.

Dalam puisi diksi dan gaya bahasa mengacu pada cara ekspresi kebahasaan oleh penulis. Demikian pula pada penggunaan metafora menunjukkan bagaimana setiap pengarang mempunyai sarana sastra yang dibuat untuk menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra. Cara pembandingan secara implisit itu seringkali digunakan untuk meningkatn nilai seni suatu karya sastra. Metafora yang digunakan dalam teks puisi sekaligus menjadi gaya pengungkapan dalam gaya bahasa puisi. Seni pembandingan itu seringkali mendatangkan kesulitan pembaca dalam upaya memahami isi puisi. Metafora diartikan sebagai gaya pengungkapan secara tidak langsung yang disugestikan dan menjadi gaya pengungkapan melalui ujaran yang diciptakan.

Sebagai sebuah bentuk apresiasi puisi pada dua buku kumpulan puisi yang ditulis mahasiswa tentang cinta dan percintaan. Dua buku itu, di antaranya Kumpulan Puisi Percintaan (2022) dan 365 Hari (2022). Keduanya diterbitkan oleh Penari Pena. Berikut tampilan karya Aisyah Istiqomah puisi berjudul Bagiku dan puisi berjudul Rindu. Nurina Wahyu Al Qorni dengan puisinya Menanti Malam, selanjutnya Mery Natalia Desi Ani Putri dengan puisi bertema percintaan dengan judul Kerinduan dan Cinta Pemiliki Hati.

                         BAGIKU

  Karya. Aisyah Istiqomah

Kata siapa September itu ceria.

Kata siapa September itu bahagia.

 Itu hanya sebuah syair lagu.

Tak ada ceria.

Senyum manis pun hilang.

 Apalagi bahagi.

Adanya duka dan ratapan.

September bagiku

Bagai pedang yang telah mengoyak kulit ,hati, dan mataku

Kulitku perih bagai luka yang kena garam.

Hatiku hancur tak akan bisa kembali.

Mataku buta tak tahu tujuanku berikutnya.

September

Kau tinggalkan luka, derita, serta ratapan.

Pada puisi Bagiku, Aisyah Istiqomah mengekspresikan sebuah keadaan di bulan September yang dirasakan kurang baik baginya. Ia dengan personifikasinya September merupakan bulan yang tidak menunjukkan kebahagiaan dan keceriaan. September baginya bulan duka. Baginya, September bagai pedang yang telah mengoyak kulit ,hati, dan mataku. Pembandingan itu, baginya ditampakkan pada bait terakhir puisi Bagiku. Dalam puisi itu, ditunjukkan dirinya dan hatinya terluka perih dan sakit. Ia mengumpamakan hatinya hancur dan dirinya sangat sakit karena penderitaan cinta.

Berikutnya, Aisyah Istiqomah mengekspresikan keberadaan cinta pada puisi Rindu. Situasi kerinduan merupakan pertanda cinta yang biasanya ada di awal-awal situasi bercinta. Kerinduan terjadi di masa kegilaan bercinta. Utamanya, pada kategori cinta perjuangan yang bersifat erotis. Pada puisi Rindu, Aisyah Istiqomah mengawali di bait pemula dengan membuat perbandingan air. Ia membandingkan air hujan gerimis dengan air mata. Tetesan air mata yang tidak bisa terbendung karena perasaan rindu pada kehangatan kasih sayang. Di bait ketiga, ia berdoa dan secara metaforis ia berharap menjadikan kenyataan atas kerinduan akan keabadian cinta.

RINDU

Karya. Aisyah Istiqomah

Setiap kudengar rintik-rintik hujan datang

Tetes demi tetes air hujan turun

Tetes demi tetes juga air mataku berlinang

Air mata yang tak mampu ku bendung

Tangisan karena kerinduan dirimu

Rindu akan tutur katamu

Rindu akan nasihatmu

Rindu akan humormu

Serta rindu akan kasih sayangmu

Kini rinduku...

Akan kuselipkan pada setiap doa-doaku

Doa-doaku yang akan mengiringi jalanmu

Jalanmu yang menuju keabadian..

Dari berbagai acuan metafora diartikan sebagai bahasa kiasan. Metafora merupakan bagian dari majas perbandingan yang tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, laksana. Di satu sisi, pengertian dan pembahasan tentang metafora cukup luas. Pemahaman metafora yang ditawarkan oleh ahli bahasa dan sastra beragam. Metafora merupakan kiasan langsung, benda yang dikiaskan tidak disebutkan dan benda yang dibandingkan itu sifatnya melekat langsung pada benda yang menjadi pembanding. Oleh karena itu, metafora juga dianggap sebagai bentuk pengungkapan yang di dalamnya terdapat hubungan makna secara tersirat.

Mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna yang sebenarnya. Jadi ada semacam pergesaran makna dari yang verbal ke makna yang figuratif. Berikut perhatikan penggunaan metafora pada puisi Nurina Wahyu AL Qorny yang berjudul Menanti Malam. Secara garis besar, puisi menggambarkan sebuah situasi penantian. Perasaan cinta digambarkan dalam situasi kesendirian. Sebuah romantika cinta dihadirkan oleh Nurina dengan menguatkan penggambaran waktu dan keadaan diri yang dibandingkan secara subyektif.

MENANTI MALAM

Karya Nurina Wahyu AL Qorny

Bertemu senja menyambut malam

Sedang kunantikan dirimu dalam diam

Malam sunyi menepi

Cahaya bersengketa memasuki naluri

Teringat tali hati

Termangu di sela-sela petang

Bintang berkedip mesra

Melihat dua insan saling menjaga

Kala nanti akan datang sebuah kehidupan

Menatap langit dengan pijakan yang sama

Dari aku dan dirimu

Jika diperhatikan dengan cermat, puisi Menanti Malam yang ditulis oleh Nurina, malam sebagai penanda waktu diperbandingkan dengan seseorang. Pada baris pertama penyair membuat metafora atas pertemuannya pada senja, senja yang menyambut malam, ia sedang menantikan dirimu (senja) dalam keadaan diam. Cahayanya bersengketa memasuki naluri jiwa. Personifikasi di bait berikutnya, penyair menggambarkan dua insan yang saling menjaga hubungan perasaan bercinta. Diksi yang gunakan menyatu secara metaforis dengan perumpamaan keharmonisan cinta bagai bintang yang berkedip mesra saling menjaga diri yang terikat pada tali hati di antara keduanya.

KERINDUAN

Karya : Mery Natalia Desi Ani Putri

Kini aku meratapi

Hari-hari ku…

Penuh dengan rindu

Senja tiba dengan rona bayangamu

Semesta mataku berkaca

Bahwa ada wajah yang

Ada dalam ingat tu..

Terusik rindu yang menelusup

Di setiap kedip mataku..

Kini aku sadar

Kau tidak bersamaku lagi

Kau sudah beda alam

Dengan ku..

Kaulah sesorang yang ku rindukan

Perasaan rindu dalam bercinta juga dialami oleh Mery Natalia Desi Ani Putri. Ia menampilkan perasaan rindu dalam puisinya berjudul Kerinduan. Puisi yang hanya disusun dalam satu bait panjang ini memiliki penggambaran situasi cinta yang lugas. Metafora dalam puisi ini hanya terdapat pada semesta mataku berkaca…terusik rindu yang menelusup...Ia sadar bahwa kekasihnya tidak lagi bisa bersamanya karena dia sudah berbeda alam. Keadaan itu memiliki pertautan dengan kedua puisinya berikut ini, tampak penggambaran metaforis yang kental pada puisi Cinta Pemilik Hati dan puisi Cinta Terlarang.

CINTA PEMILIKI HATI

Karya : Mery Natalia Desi Ani Putri

Aku mengingat Dirimu

Saat Pertam Kalia Kita Bertemu

Tatapanmu Mampu Mencuri Hatiku

Tatapanmu Yang Indah Mampu Mencuri Hatiku

Jantungku Seakan Terasa Dek-Dekan Didekatmu

Engkaulah Wanita Yang Aku Cintai

Yang Mampu Menyatakna Pemiliki Hatiku

Pertemuan Itulah Yang Mampu Menukar Segalanya

Mampu Menukara Sedih ,Menjadi Bahagi

Menukar Amarah Menjadi Canda

Mampu Menukara Canda Menjadi Cinta

Seakan –Seakan Duni Ini Miliki Kita Berdua

Itulah Cinta…

Yang Mampu Merubah Segalanya..

CINTA TERLARANG

Karya : Mery Natalia Desi Ani Putri

Ijinkan aku menetapmu

Meski hati tak seharusnya

Menyapa harapan

Harapan indahuntuk bersamamu

Ijinkan aku..

Menatapmu

Meski ini

Untuk terakhirnya kalinya

Ijinkan aku bertanya

Kepada tuhan

Kenapa cinta itu harus hadir dalam hidupku

Inikah ujuan hati?

Ataukah sekedar lelucuan saja

Tuhan kenapa air mata

Yang menjadi kenangan

Dalam pertemuan kita

Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd, dosen Universitas PGRI Kanjuruhan Malang dan Pengurus bidang sastra pada PISHI. Tulisan ini disunting oleh Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd. dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Ketua 5 (Sumber Daya Manusia dan Keorganisasian) Perkumpulaan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)