Percintaan, Sebuah Diksi Dan Metafora Dalam Puisi
Tema percintaan bagi sebagian orang dianggap sebagai hal yang lumrah diungkapkan oleh remaja. Dalam banyak hal, percintaan sebagai tema universal banyak diungkapkan dalam karya sastra. Yang menarik di samping percintaan lazimnya ditinjau dari segi nilai dan perilaku tokoh. Dalam teks sastra, percintaan juga menarik dilihat dari segi pemakaian bahasa sebagaimana pencarian ungkapan dalam teks yang mencakup bagaimana diksi cinta dan gaya bahasa yang digunakan. Secara khusus, tulisan ini menampilkan dua buah kumpulan puisi yang ditulis oleh mahasiswa dan keduanya memiliki kekhasan diksi dan metafora cinta.
Oleh : Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd.
Tema percintaan bagi sebagian orang dianggap sebagai hal yang lumrah diungkapkan oleh remaja. Dalam banyak hal, percintaan sebagai tema universal banyak diungkapkan dalam karya sastra. Yang menarik di samping percintaan lazimnya ditinjau dari segi nilai dan perilaku tokoh. Dalam teks sastra, percintaan juga menarik dilihat dari segi pemakaian bahasa sebagaimana pencarian ungkapan dalam teks yang mencakup bagaimana diksi cinta dan gaya bahasa yang digunakan. Secara khusus, tulisan ini menampilkan dua buah kumpulan puisi yang ditulis oleh mahasiswa dan keduanya memiliki kekhasan diksi dan metafora cinta.
Penulis puisi dalam menghadirkan karyanya sebagai karya estetis ia diharapkan piawai dalam memilih kata dan menggayakan bahasa sehingga teks yang dihasilkan menjadi teks yang indah dan puitis. Kegiatan pemilihan kata setepat mungkin dengan tujuan untuk mengekspresikan ide disebut dengan istilah diksi. Diksi yang baik merupakan pilihan kata yang maknanya tepat dan selaras, yang penggunaanya sesuai dengan ide pembahasan atau peristiwa. Diksi dalam puisi bisa berwujud melalui gaya bahasa.
Dalam puisi diksi dan gaya bahasa mengacu pada cara ekspresi kebahasaan oleh penulis. Demikian pula pada penggunaan metafora menunjukkan bagaimana setiap pengarang mempunyai sarana sastra yang dibuat untuk menyumbangkan nilai kepuitisan atau estetik karya sastra. Cara pembandingan secara implisit itu seringkali digunakan untuk meningkatn nilai seni suatu karya sastra. Metafora yang digunakan dalam teks puisi sekaligus menjadi gaya pengungkapan dalam gaya bahasa puisi. Seni pembandingan itu seringkali mendatangkan kesulitan pembaca dalam upaya memahami isi puisi. Metafora diartikan sebagai gaya pengungkapan secara tidak langsung yang disugestikan dan menjadi gaya pengungkapan melalui ujaran yang diciptakan.
Sebagai sebuah bentuk apresiasi puisi pada dua buku kumpulan puisi yang ditulis mahasiswa tentang cinta dan percintaan. Dua buku itu, di antaranya Kumpulan Puisi Percintaan (2022) dan 365 Hari (2022). Keduanya diterbitkan oleh Penari Pena. Berikut tampilan karya Aisyah Istiqomah puisi berjudul Bagiku dan puisi berjudul Rindu. Nurina Wahyu Al Qorni dengan puisinya Menanti Malam, selanjutnya Mery Natalia Desi Ani Putri dengan puisi bertema percintaan dengan judul Kerinduan dan Cinta Pemiliki Hati.
BAGIKU
Karya. Aisyah Istiqomah
Kata siapa September itu ceria.
Kata siapa September itu bahagia.
Itu hanya sebuah syair lagu.
Tak ada ceria.
Senyum manis pun hilang.
Apalagi bahagi.
Adanya duka dan ratapan.
September bagiku
Bagai pedang yang telah mengoyak kulit ,hati, dan mataku
Kulitku perih bagai luka yang kena garam.
Hatiku hancur tak akan bisa kembali.
Mataku buta tak tahu tujuanku berikutnya.
September
Kau tinggalkan luka, derita, serta ratapan.
Pada puisi Bagiku, Aisyah Istiqomah mengekspresikan sebuah keadaan di bulan September yang dirasakan kurang baik baginya. Ia dengan personifikasinya September merupakan bulan yang tidak menunjukkan kebahagiaan dan keceriaan. September baginya bulan duka. Baginya, September bagai pedang yang telah mengoyak kulit ,hati, dan mataku. Pembandingan itu, baginya ditampakkan pada bait terakhir puisi Bagiku. Dalam puisi itu, ditunjukkan dirinya dan hatinya terluka perih dan sakit. Ia mengumpamakan hatinya hancur dan dirinya sangat sakit karena penderitaan cinta.
Berikutnya, Aisyah Istiqomah mengekspresikan keberadaan cinta pada puisi Rindu. Situasi kerinduan merupakan pertanda cinta yang biasanya ada di awal-awal situasi bercinta. Kerinduan terjadi di masa kegilaan bercinta. Utamanya, pada kategori cinta perjuangan yang bersifat erotis. Pada puisi Rindu, Aisyah Istiqomah mengawali di bait pemula dengan membuat perbandingan air. Ia membandingkan air hujan gerimis dengan air mata. Tetesan air mata yang tidak bisa terbendung karena perasaan rindu pada kehangatan kasih sayang. Di bait ketiga, ia berdoa dan secara metaforis ia berharap menjadikan kenyataan atas kerinduan akan keabadian cinta.
RINDU
Karya. Aisyah Istiqomah
Setiap kudengar rintik-rintik hujan datang
Tetes demi tetes air hujan turun
Tetes demi tetes juga air mataku berlinang
Air mata yang tak mampu ku bendung
Tangisan karena kerinduan dirimu
Rindu akan tutur katamu
Rindu akan nasihatmu
Rindu akan humormu
Serta rindu akan kasih sayangmu
Kini rinduku...
Akan kuselipkan pada setiap doa-doaku
Doa-doaku yang akan mengiringi jalanmu
Jalanmu yang menuju keabadian..
Dari berbagai acuan metafora diartikan sebagai bahasa kiasan. Metafora merupakan bagian dari majas perbandingan yang tidak menggunakan kata-kata pembanding seperti, bagai, laksana. Di satu sisi, pengertian dan pembahasan tentang metafora cukup luas. Pemahaman metafora yang ditawarkan oleh ahli bahasa dan sastra beragam. Metafora merupakan kiasan langsung, benda yang dikiaskan tidak disebutkan dan benda yang dibandingkan itu sifatnya melekat langsung pada benda yang menjadi pembanding. Oleh karena itu, metafora juga dianggap sebagai bentuk pengungkapan yang di dalamnya terdapat hubungan makna secara tersirat.
Mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna yang sebenarnya. Jadi ada semacam pergesaran makna dari yang verbal ke makna yang figuratif. Berikut perhatikan penggunaan metafora pada puisi Nurina Wahyu AL Qorny yang berjudul Menanti Malam. Secara garis besar, puisi menggambarkan sebuah situasi penantian. Perasaan cinta digambarkan dalam situasi kesendirian. Sebuah romantika cinta dihadirkan oleh Nurina dengan menguatkan penggambaran waktu dan keadaan diri yang dibandingkan secara subyektif.
MENANTI MALAM
Karya Nurina Wahyu AL Qorny
Bertemu senja menyambut malam
Sedang kunantikan dirimu dalam diam
Malam sunyi menepi
Cahaya bersengketa memasuki naluri
Teringat tali hati
Termangu di sela-sela petang
Bintang berkedip mesra
Melihat dua insan saling menjaga
Kala nanti akan datang sebuah kehidupan
Menatap langit dengan pijakan yang sama
Dari aku dan dirimu
Jika diperhatikan dengan cermat, puisi Menanti Malam yang ditulis oleh Nurina, malam sebagai penanda waktu diperbandingkan dengan seseorang. Pada baris pertama penyair membuat metafora atas pertemuannya pada senja, senja yang menyambut malam, ia sedang menantikan dirimu (senja) dalam keadaan diam. Cahayanya bersengketa memasuki naluri jiwa. Personifikasi di bait berikutnya, penyair menggambarkan dua insan yang saling menjaga hubungan perasaan bercinta. Diksi yang gunakan menyatu secara metaforis dengan perumpamaan keharmonisan cinta bagai bintang yang berkedip mesra saling menjaga diri yang terikat pada tali hati di antara keduanya.
KERINDUAN
Karya : Mery Natalia Desi Ani Putri
Kini aku meratapi
Hari-hari ku…
Penuh dengan rindu
Senja tiba dengan rona bayangamu
Semesta mataku berkaca
Bahwa ada wajah yang
Ada dalam ingat tu..
Terusik rindu yang menelusup
Di setiap kedip mataku..
Kini aku sadar
Kau tidak bersamaku lagi
Kau sudah beda alam
Dengan ku..
Kaulah sesorang yang ku rindukan
Perasaan rindu dalam bercinta juga dialami oleh Mery Natalia Desi Ani Putri. Ia menampilkan perasaan rindu dalam puisinya berjudul Kerinduan. Puisi yang hanya disusun dalam satu bait panjang ini memiliki penggambaran situasi cinta yang lugas. Metafora dalam puisi ini hanya terdapat pada semesta mataku berkaca…terusik rindu yang menelusup...Ia sadar bahwa kekasihnya tidak lagi bisa bersamanya karena dia sudah berbeda alam. Keadaan itu memiliki pertautan dengan kedua puisinya berikut ini, tampak penggambaran metaforis yang kental pada puisi Cinta Pemilik Hati dan puisi Cinta Terlarang.
CINTA PEMILIKI HATI
Karya : Mery Natalia Desi Ani Putri
Aku mengingat Dirimu
Saat Pertam Kalia Kita Bertemu
Tatapanmu Mampu Mencuri Hatiku
Tatapanmu Yang Indah Mampu Mencuri Hatiku
Jantungku Seakan Terasa Dek-Dekan Didekatmu
Engkaulah Wanita Yang Aku Cintai
Yang Mampu Menyatakna Pemiliki Hatiku
Pertemuan Itulah Yang Mampu Menukar Segalanya
Mampu Menukara Sedih ,Menjadi Bahagi
Menukar Amarah Menjadi Canda
Mampu Menukara Canda Menjadi Cinta
Seakan –Seakan Duni Ini Miliki Kita Berdua
Itulah Cinta…
Yang Mampu Merubah Segalanya..
CINTA TERLARANG
Karya : Mery Natalia Desi Ani Putri
Ijinkan aku menetapmu
Meski hati tak seharusnya
Menyapa harapan
Harapan indahuntuk bersamamu
Ijinkan aku..
Menatapmu
Meski ini
Untuk terakhirnya kalinya
Ijinkan aku bertanya
Kepada tuhan
Kenapa cinta itu harus hadir dalam hidupku
Inikah ujuan hati?
Ataukah sekedar lelucuan saja
Tuhan kenapa air mata
Yang menjadi kenangan
Dalam pertemuan kita
Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd, dosen Universitas PGRI Kanjuruhan Malang dan Pengurus bidang sastra pada PISHI. Tulisan ini disunting oleh Dr. Dewi Kencanawati, M.Pd. dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Nusantara PGRI Kediri dan Ketua 5 (Sumber Daya Manusia dan Keorganisasian) Perkumpulaan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)