Perbuatan ‘Semau Gue’ di Kelas Bahasa Inggris
Oleh: Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.
Tepat pukul 14.30 WIB saya keluar dari lapangan parkir menuju gerbang keluar kampus. Jalan keluar satu arah tersebut sepi sekali. Hanya mobil saya saja yang melaju di jalan tersebut. Tiba-tiba muncul sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang bapak tua dari arah yang berlawanan. Saya terkejut sekali.
Setelah melewati gerbang keluar kampus, saya berada di jalan umum yang bisa dikatakan sempit. Jalan dua arah tersebut padat dengan aneka kendaraan. Sayapun mengendarai mobil agak ke tepi supaya tidak menyerempet kendaraan lain yang datang dari arah berlawanan. Tiba-tiba muncul sebuah sepeda motor yang dikendarai seorang ibu dengan mengendong bayinya dari sebelah kiri. Jelas-jelas pengendara sepeda motor tersebut melanggar aturan karena harusnya dia berkendara searah dengan saya.
Empat puluh menit kemudian saya berada di daerah perumahan elit. Saya kaget karena banyak penjual makanan dan minuman bertebaran di sepanjang jalan. Saya heran mengapa penjual liar ini dibiarkan saja berjualan di tempat yang tidak semestinya. Jika pelanggaran ini tidak segera ditindak, ada kemungkinan semakin banyak penjual liar akan berdatangan. Pada akhirnya, mereka akan sulit ditertibkan nantinya.
Dengan hanya perjalanan selama satu jam ini, saya telah menemukan banyak orang melakukan perbuatan ‘semau gue’. Mereka bertindak semau mereka sendiri dan tidak mempedulikan peraturan meskipun mereka mengetahuinya. Mereka hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, tidak kepentingan orang lain.
Semua perbuatan ‘semau gue’ yang saya sebutkan tadi dilakukan oleh orang dewasa. Mereka tidak sadar bahwa perbuatan mereka akan dicontoh oleh generasi muda. Pembiaran seperti ini tidak boleh dilakukan di Indonesia jika kita tidak ingin generasi muda terus terkontaminasi.
Apakah generasi muda sudah terkontaminasi dengan perbuatan ‘semau gue’ ini? Jawabannya ‘Ya’. Saya akan berikan contoh-contohnya di kelas bahasa Inggris. Sekaligus saya akan membagikan pemahaman saya mengapa perbuatan tersebut dapat terjadi.
Beberapa mahasiswa tidak serius mempelajari dan mematuhi aturan tata bahasa Inggris dengan baik. Mereka tidak bisa dengan rendah hati menerima semua aturan yang berbeda dari aturan bahasa Indonesia yang telah mereka kuasai. Otak mereka sulit untuk merangkul semua aturan bahasa Inggris. Contohnya, mereka membuat kalimat bahasa Inggris dengan menggunakan tata bahasa Indonesia. Mereka dengan seenaknya menyusun kalimat bahasa Inggris tanpa memperhatikan aturan.
Kesalahan berikut merupakan bukti tindakan seenaknya sendiri karena mahasiswa tidak mau berpikir atau mengingat aturan yang benar. Seorang mahasiswa mengatakan ‘I goed to school yesterday.’ Mahasiswa lainnya mengatakan ‘I have go to school.’ Mereka telah mengetahui aturan tersebut sejak SMA tetapi tidak serius mempelajarinya.
Aturan bahasa Inggris menyebutkan bahwa bentuk kata kerja akan berbeda jika dilakukan di waktu yang berbeda sehingga maknanyapun berbeda. Contoh, ‘I go to school.’ dan ‘Í will go to school.’ mempunyai makna yang berbeda sedangkan kalimat ‘I goed to school’ tidak ada dalam bahasa Inggris. Begitu juga dengan kalimat ‘I have go to school.’
Kata bahasa Indonesia ‘pergi’ diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi ‘go’. Dalam bahasa Indonesia ‘Saya pergi setiap hari.’, ‘Saya pergi kemarin.’, ‘Saya pergi besok.’ atau ‘Saya telah pergi.’, kata ‘pergi’ tidak berubah bentuknya. Dalam bahasa Inggris, kata ’go’ berubah sesuai keterangan waktunya.
Kemarin beberapa mahasiswa saya yang duduk di semester 3 juga berbuat ‘semau gue’. Mereka telah belajar bahasa Inggris selama bertahun-tahun sebelum menduduki bangku kuliah. Bahkan, saya sendiri yang mengajar mereka bahasa Inggris di awal perkuliahan.
Seorang mahasiswa mengatakan ‘Please make two group.’ Mahasiswa lainnya mengatakan ‘Every group has six member.’ Jelas sekali di sini bahwa mereka dengan seenaknya mengabaikan aturan pembentukan kata jamak. Dalam bahasa Indonesia memang kata benda tunggal dan jamak sama bentuknya, tidak ada penambahan huruf di belakangnya. Berbeda dengan bahasa Inggris.
Kemalasan untuk menaati aturan terjadi juga dengan penggunaan ‘to be’ yang tepat, seperti dalam kalimat ‘Where is your ears?’ Harusnya jika dua telinga, ‘to be’ yang dipakai adalah ‘are’. Tentu saja mereka pernah diajarkan sebelumnya, hanya mereka bertindak ‘semau gue’. Begitu juga yang terjadi dengan kesalahan dalam kalimat ‘Clap your hand.’ Karena dua tangan yang digunakan, kalimat yang benar adalah ‘Clap your hands.’
Kesalahan dalam tata Bahasa ini bukan hal yang remeh. Jika mahasiswa betul-betul mau taat pada aturan, mereka tidak akan berbuat ‘semau gue’. Jika mereka tidak taat pada aturan di kelas, mereka tentu sulit taat pada aturan di luar kelas.
Ketaatan pada aturan di luar kelas dapat berdampak positif bagi kepentingan negara. Contohnya, jika generasi muda Indonesia tidak berbuat ‘semau gue’ lagi tentu sila ketiga dari Pancasila ‘Persatuan Indonesia’ lebih cepat dapat diwujudkan. Perbedaan suku dapat ditoleransi. Pemaksaan kehendak tidak lagi dapat ditemui. Akhirnya cita-cita menuju Indonesia maju tidak lagi menjadi harapan yang hanya tergantung di langit.
Sebagai penutup, saya ingin mengajak pembaca untuk merenung. Apakah sebagai pengajar bahasa Inggris, kita akan membiarkan anak didik kita berbuat ‘semau gue’? Apa kita tidak berminat untuk menjagai mereka agar taat pada aturan?
Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd. adalah dosen tetap Prodi PGSD Universitas Kristen Petra dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).
Editor: Wadji