Perang Pecah Lagi di Sudan Hanya Sehari Berselang Gencatan Senjata Usai, 40 Orang Tewas

Tak hanya di Darfur, perang juga pecah di sejumlah kawasan lain, termasuk Ibu Kota Khartoum. Seorang warga bernama Sara Hassan mengatakan kehidupannya kini bak neraka.

Perang Pecah Lagi di Sudan Hanya Sehari Berselang Gencatan Senjata Usai, 40  Orang Tewas
Ilustrasi Bentrokan Antar Suku di Sudan

NUSADAILY.COM – SUDAN – Hanya berselang satu hari setelah kesepakatan genjatan senjata berakhir, tepatnya pada Minggu (4/60 kemarin, perang pecah lagi di Sudan.

Ganasnya perang usai gencatan senjata itu, korban pun kembali berjatuhan, termasuk di Darfur, di mana setidaknya 40 orang tewas.

Kelompok pemantau hak asasi manusia, Darfur Bar Association, mengonfirmasi laporan kematian itu. Menurut mereka, korban tewas dan luka juga mencakup para penghuni kamp pengungsian Kassab.

Tak hanya di Darfur, perang juga pecah di sejumlah kawasan lain, termasuk Ibu Kota Khartoum. Seorang warga bernama Sara Hassan mengatakan kehidupannya kini bak neraka.

"Di selatan Khartoum, kami hidup dalam teror kekerasan bombardir, suara senjata anti-pesawat, dan pemutusan listrik. Kami di dalam neraka sejati," ujar Hassan, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, warga di sejumlah kawasan lain, seperti Bahri dan Blue Nile, juga masuk ke dalam "neraka" yang sama dengan Hassan.

Di Omdurman, satu pesawat militer dilaporkan jatuh. Tentara Sudan sendiri hingga kini belum buka suara terkait laporan pesawat jatuh itu.

Namun selama ini, tentara Sudan memang kerap menggunakan pesawat untuk menggempur kelompok paramiliter RSF di berbagai penjuru negara.

Perang saudara di Sudan memang awalnya pecah pada 15 April lalu karena perebutan kekuasaan antara tentara Sudan dan RSF di tengah kekosongan pemerintahan.

Di tengah pertempuran itu, Arab Saudi dan Amerika Serikat turun tangan untuk memediasi perundingan antara tentara Sudan dan RSF. Setelah beberapa kali bertemu di Jeddah, mereka akhirnya menyepakati gencatan senjata yang berlaku hingga Sabtu lalu.

Kala kini perang kembali berkecamuk, Saudi dan AS pun menyatakan mereka siap menjalin komunikasi dengan delegasi tentara Sudan dan RSF yang masih berada di Jeddah.

Pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti, mengaku sudah berbincang dengan Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan Al Saud, guna membahas upaya mediasi di Jeddah.

Meski demikian, keberadaan Hemedti hingga saat ini tak diketahui pasti. Dalam sejumlah video yang tersebar di jagat maya, Hemedti terlihat sedang bersama pasukannya di medan perang Khartoum.(han)