Penyebab Arus Peti Kemas Pelindo Tumbuh 1,08% Selama 2022

Perusahaan operator terminal PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) mencatat arus peti kemas sepanjang 2022 sebanyak 11,16 juta Twenty-foot Equivalent Units (TEUs) atau tumbuh sekitar 1,08% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 yang tercatat sebanyak 11,04 juta teus. Capaian arus peti kemas ini sedikit di bawah target yang telah ditetapkan perusahaan sebanyak 11,65 juta yakni TEUs.

Jan 17, 2023 - 06:00
Penyebab Arus Peti Kemas Pelindo Tumbuh 1,08% Selama 2022
Arus Peti Kemas Pelindo Tumbuh 1,08% Selama 2022, Ini Sebabnya/Foto: Dok. Pelindo

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Perusahaan operator terminal PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) mencatat arus peti kemas sepanjang 2022 sebanyak 11,16 juta Twenty-foot Equivalent Units (TEUs) atau tumbuh sekitar 1,08% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2021 yang tercatat sebanyak 11,04 juta teus. Capaian arus peti kemas ini sedikit di bawah target yang telah ditetapkan perusahaan sebanyak 11,65 juta yakni TEUs.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya target arus peti kemas perusahaan. Salah satunya adalah berkaitan dengan peti kemas luar negeri yang masih dipengaruhi oleh konflik Rusia dan Ukraina. Selain itu, masalah penutupan pelabuhan akibat kebijakan lockdown di sejumlah kota di Tiongkok juga mempengaruhi arus ekspor dan impor di sejumlah terminal peti kemas di Indonesia.

"Peti kemas dalam negeri juga turun, hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor salah satunya cuaca buruk di beberapa wilayah di Indonesia," kata Widyaswendra dalam keterangan tertulis, Senin (16/1/2023).

Ia menyebutkan untuk arus peti kemas luar negeri tahun 2022 tercatat sebanyak 3,48 juta TEUs atau tercapai 94,28% dari target sebanyak 3,66 juta TEUs. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebanyak 2,04 persen dari tahun 2021 yang mencapai 3,41 juta TEUs. Sementara itu, untuk peti kemas dalam negeri pada 2022 tercatat sebanyak 7,67 juta teus atau tercapai 96,1 persen dari target 7,98 TEUs.

"Prediksi kami pada tahun 2022 kemarin akan ada kenaikan sekitar 5-7% dari tahun 2021. Namun realisasinya naik sekitar 1,08%. Untuk tahun 2023 ini target kami kurang lebih sebanyak 11,53 juta TEUs," tuturnya.

Ia mengatakan transformasi operasional terminal peti kemas masih menjadi program utama perseroan di tahun 2023. Sejumlah terminal peti kemas akan dipoles untuk meningkatkan produktivitas yang diharapkan dapat mengurangi waktu singgah kapal (port stay). Terminal peti kemas dimaksud meliputi TPK Jayapura, TPK Pantoloan, TPK Kupang, TPK Tarakan, TPK Kendari, dan TPK Bitung.

"Program lain yang akan dijalankan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas yakni digitalisasi dan sistematis operasi terminal peti kemas, optimalisasi aset, pengembangan pelabuhan melalui mitra strategis, dan beberapa program kerja lainnya," jelasnya.

Sementara itu, Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan upaya kontainerisasi muatan dapat menjadi salah satu upaya PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) untuk meningkatkan pertumbuhan arus peti kemas.

Langkah itu dilakukan untuk mendukung upaya kontainerisasi SPTP sehingga mampu melakukan pembenahan di sejumlah pelabuhan, khususnya di wilayah timur Indonesia.

"Potensi muatan peti kemas di wilayah timur Indonesia masih cukup tinggi, utamanya berkaitan dengan hasil tangkapan laut atau perikanan, namun kita juga perlu perhatikan apakah pelabuhan yang ada di daerah sudah dapat mendukung bongkar muat peti kemas ataupun fasilitas berpendingin," ungkap Siswanto.

Menurutnya, upaya untuk meningkatkan arus peti kemas luar negeri juga bisa dilakukan melalui penyediaan terminal sebagai transshipment hub. Namun hal tersebut harus dibarengi dengan kajian yang menyeluruh bersama semua pihak.

Keberadaan ekosistem yang kuat mulai dari kemudahan bunker, lokasi berlabuh, sistem keuangan dan pembayaran, pemanduan dan penundaan kapal, dan hal lainnya sangat dibutuhkan dalam mewujudkan transhipment hub internasional yang diimpikan.

"Pertarungan di sektor tersebut akan sangat berat, kita ketahui ada negara tetangga yang sudah menguasai pasar, sehingga kita perlu memperkuat diri terlebih dahulu untuk siap bersaing langsung dengan mereka di Selat Malaka," ungkapnya.

Dia menambahkan bila konsolidasi TPK Koja dan JICT kelak tuntas dilakukan, kinerja SPTP akan makin kinclong. Pasalnya, JICT merupakan terminal terbesar dan tersibuk di Indonesia.

"Dari sisi kinerja, tentulah hal tersebut akan makin mengangkat bobot perusahaan SPTP. Dan ini penting sebagai modal masuk ke pasar modal kelak," tutupnya.(eky)