Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh di Teheran IranPagi Ini

Sebuah pernyataan dari Departemen Hubungan Masyarakat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan itu terjadi pagi hari. Penyebab insiden juga masih diselidiki. Pernyataan Hamas mengatakan "serangan Israel" menewaskan pemimpin kelompok Palestina itu di kediamannya di Teheran.

Jul 31, 2024 - 11:42
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh di Teheran IranPagi Ini

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan tewas terbunuh di tempat menginap di Teheran Iran, Rabu (31/7) waktu setempat.

Sehari sebelumnya, Haniyeh bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

Pasukah Garda Nasional Iran (IRGC) menyatakan serangan dilakukan pada Rabu (31/7) subuh dan saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan.

IRGC juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Haniyeh, seperti dikutip dari Iran International.

Sementara itu, Hamas menyatakan Haniyeh meninggal dunia karena serangan dari agen "Israel" di tempat menginapnya di Teheran.

Hamas Tuduh Israel Pembunuh Ismail Haniyeh

Sebuah pernyataan dari Departemen Hubungan Masyarakat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan itu terjadi pagi hari. Penyebab insiden juga masih diselidiki.

Pernyataan Hamas mengatakan "serangan Israel" menewaskan pemimpin kelompok Palestina itu di kediamannya di Teheran.

Sebelumnya pada Selasa (30/7), Haniyeh disebut menghadiri pelantikan presiden baru Iran dan bertemu dengan Pemimpin tertinggi Iran.

Ismail Haniyeh merupakan politikus Palestina dan pemimpin Hamas yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) pada tahun 2006-2007 setelah Hamas menang pemilu parlemen.

Haniyeh menjabat sebagai pemimpin pemerintahan de facto di Jalur Gaza pada 2007 sampai 2014. Pada tahun 2017, dia dipilih untuk menggantikan Khaled Meshaal sebagai kepala biro politik Hamas.

Dilansir dari Britannica, Haniyeh menghabiskan masa kecilnya di kamp pengungsi Al Shati di Jalur Gaza, tempat dia dilahirkan.

Seperti anak-anak pengungsi Palestina pada umumnya, Haniyeh dididik di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA).

Pada tahun 1981, Haniyeh mendaftar di Universitas Islam Gaza, tempatnya belajar sastra Arab. Dia juga aktif dalam politik mahasiswa, memimpin perkumpulan mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Ketika kelompok Hamas terbentuk pada 1988, Haniyeh adalah salah satu anggota pendiri termuda. Dia ditangkap oleh Israel pada 1988 dan dipenjara selama enam bulan karena terlibat dalam intifada pertama.

Dia ditangkap lagi pada 1989 dan dipenjara hingga dideportasi ke Lebanon selatan pada 1992. Haniyeh kembali ke Gaza pada 1993 setelah Perjanjian Oslo.

Peran kepemimpinan Haniyeh di Hamas dimulai pada 1997, ketika ia menjadi sekretaris pemimpin spiritual kelompok itu, Sheikh Ahmed Yassin.

Pada 2019, Haniyeh meninggalkan Jalur Gaza dan mulai tinggal di Turki dan Qatar, mewakili Hamas di luar negeri.

Selama perang Israel-Hamas, Haniyeh memimpin delegasi Hamas dalam negosiasi yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir. April 2024 lalu, tiga anak Haniyeh dan empat cucunya tewas dalam serangan Israel.(han)