Pemilu 2024 Berpotensi Menjadi Tahun Dukungan Terkecil Untuk Partai Berbasis Islam Dalam Sejarah

Survei melibatkan 1.200 responden yang datanya diambil melalui wawancara tatap muka dengan kuisioner. Margin of error survei dilaporkan +/- 2,9%

Mar 18, 2023 - 00:18
Pemilu 2024 Berpotensi Menjadi Tahun Dukungan Terkecil Untuk Partai Berbasis Islam Dalam Sejarah
Home Berita Jabodetabek Internasional detikX Kolom Blak Blakan Pro Kontra Infografis Foto Video Indeks Adsmart Terpopuler Hoax or Not Suara Pembaca Pemilu 2024 The Matchmaker ADVERTISEMENT detikNews Pemilu LSI Denny JA Prediksi Suara Partai Berbasis Islam Merosot di Pemilu 2024 Silvia - detikNews Jumat, 17 Mar 2023 16:05 WIB Foto: Peneliti LSI Denny JA, Ade Maulana (kanan) saat konferensi pers, Jumat (17/3/2023). (Silvia/detikcom)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Pemilu 2024 berpotensi menjadi tahun dukungan terkecil untuk partai berbasis Islam dalam sejarah pemilu bebas Indonesia.
Survei digelar pada periode 4 hingga 15 Januari 2023 di 34 provinsi seluruh Indonesia. Survei menggunakan metode acak bertingkat atau multistage random sampling.

Survei melibatkan 1.200 responden yang datanya diambil melalui wawancara tatap muka dengan kuisioner. Margin of error survei dilaporkan +/- 2,9%.

BACA JUGA : Selamat! Vebby Palwinta Melahirkan Anak Kedua

"Dalam Pemilu 2024, partai berbasis Islam secara keseluruhan potensial dukungannya menurun. Bahkan partai berbasis Islam potensial dukungannya paling kecil sepanjang sejarah pemilu bebas di Indonesia," kata peneliti LSI Denny JA, Ade Mulyana saat konferensi pers di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Jumat (17/3/2023).dilansir dari detik.com
Berikut hasil survei elektabilitas partai politik:

-Partai Papan Atas dengan elektabilitas di atas 10%
PDIP: 22,7 persen
Golkar: 13,8 persen
Gerindra: 11,2 persen

-Partai Papan Tengah dengan elektabilitas 4-10%
PKB: 8,0%
Demokrat: 5,0%
PKS: 4,9%
NasDem: 4,4%

-Papan Bawah dengan elektabilitas 1-4%
Perindo: 2,8%
PPP: 2,1%
PAN: 1,9%

BACA JUGA : Eko Patrio Beli Rumah Mewah Seharga Rp 150 M, Viona: Alhamdulillah...

-Partai Nol Koma
PSI: 0,5%
PBB: 0,3%
Garuda: 0,3%
Ummat: 0,3%
Hanura: 0,1%
Buruh: 0,1%
Gelora: 0,1%
PKN: 0,1%

"Jadi di kategori papan atas, tidak ada satu pun partai berbasis Islam yang mendapat dukungan di atas 10 persen. Kemudian kalau kita lihat kategori papan tengah ada PKB (8,0%) dan PKS (4,9%). Di kategori papan bawah ada PPP (2,1%) dan PAN (1.9%). Kategori berikutnya, yaitu partai nol koma ada PBB (0,3%), Ummat (0,3%), dan Gelora (0,1%)," ujar Ade.

Ade mengatakan total dukungan suara untuk partai berbasis Islam mencapai 17,6%, sementara dukungan terhadap partai terbuka/nasionalis sebesar 61,0%. Bahkan, Ade mengatakan pihaknya memprediksi dukungan atas partai berbasis Islam potensial terkecil di Pemilu 2024 sejak tahun 1955.

"Jadi memang jauh jaraknya antara perolehan gabungan partai berbasis Islam dengan partai yang dianggap terbuka/nasionalis. Dari hasil data ini, di Pemilu 2024 nanti kita prediksi bahwa total dukungan partai berbasis Islam potensial terkecil dari sepanjang sejarah partai Islam mengikuti pemilu demokratis tahun 1955 sampai dengan tahun 2019," kata Ade.


Ade lantas membeberkan alasan dukungan terhadap partai berbasis Islam kerap menurun meskipun 87% masyarakat Indonesia beragama Islam. Ada 3 alasan suara partai berbasis Islam semakin menurun atau mengecil.

Alasan pertama dukungan terhadap partai berbasis Islam menurun ialah depolitisasi Islam pada era orde baru selama 20 tahun (1978-1998). Selain itu, pendidikan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) juga ambil andil.

"Pesona partai Islam menyusut drastis dari 43% masa awal, kini terus merosot di bawah 40%, bahkan berpotensi di bawah 25%" ujar Ade.
Alasan kedua ialah tidak adanya capres yang berlatar belakang santri kuat. Padahal, menurutnya, capres berlatar santri kuat menarik partai Islam yang kuat pula.

"Sejak Pilpres pilihan langsung 204, tidak ada capres yang kuat berlatar santri. Bahkan Amien Rais di tahun 2004, tersisih di putaran pertama," tutur Ade.
Alasan terakhir ialah tidak adanya inovasi yang segar dari partai berbasis Islam yang dapat menambah dukungan dan pesona sejak reformasi. Hal serupa juga disebut terjadi pada partai terbuka/nasionalis.

"Partai terbuka/nasionalis mengalami hal yang sama tapi mereka memiliki capres yang kuat untuk mengangkat partai," kata Ade.(ris)