Pemerintah Harus Perkuat Ekonomi Domestik, Hadapi 2023

Pada tahun depan, kata Teguh, tantangan bukan saja datang dari global namun juga target defisit APBN maksimal 3 persen dari PDB.

Dec 15, 2022 - 19:38
Pemerintah Harus Perkuat Ekonomi Domestik, Hadapi 2023
Hadapi 2023, Pemerintah Harus Perkuat Ekonomi Domestik

NUSADAILY.COM – JAKARTA -  Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto, mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga perekonomian nasional. Tetapi, dia mengingatkan tantangan di tahun depan berbeda sehingga pemerintah harus melakukan sejumlah antisipasi dan mitigasi.

“Kita perlu mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga berbagai indikator makroekonomi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar yang relatif aman dan terkendali di tengah gejolak perekonomian global dan kenaikan harga BBM,” tegas Teguh.

BACA JUGA : DKI Jakarta Ganti Slogan 'Maju Kotanya Bahagia Warganya'...

Pada tahun depan, kata Teguh, tantangan bukan saja datang dari global namun juga target defisit APBN maksimal 3 persen dari PDB. “Pemerintah harus melakukan antisipasi dan mitigasi melalui penguatan perekonomian domestik,” jelas Teguh.

Saat ini perekonomian domestik menjadi tulang punggung terbesar dari Indonesia. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang 54,42 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk itu tugas besar pemerintah untuk menjaga belanja masyarakat tetap tumbuh.

“Di antaranya dengan bantuan UMKM, Bansos, perlindungan tenaga kerja dari PHK, dan peningkatan Dana Desa perlu dilakukan untuk menggerakkan perekonomian domestik,” ungkap Teguh.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai kinerja dari tim ekonomi pemerintah sudah dalam level yang baik. Meski ada beberapa yang patut diperbaiki.

“Saya kira memang pencapaian dari target-target relatif lebih baik namun belum optimal,” kata Tauhid.

Menurutnya, kinerja tim dalam merealisasi masih belum mencapai target yang sudah ditetapkan di awal. Tauhid mencontohkan tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi, dan nilai tukar rupiah.

Tauhid juga menyinggung soal pengurangan kemiskinan dan pengangguran yang masih meleset dari target yang ditetapkan pemerintah.

“Target pemerintah kan diperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, kami melihat akan di bawah itu, 5,1 persen,” tambahnya.

Tauhid menerangkan meski target tersebut tidak tercapai, namun kinerja tim ekonomi pemerintah di bawah Menko Airlangga Ahartarto patut dipreasiasi. “Jadi target-targetnya saya kira berdampak ya. Sudah mulai tapi belum optimal,” tegasnya.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga menorehkan kinerja apik dengan mencatatkan angka defisit yang lebih kecil dari seharusnya. Indonesia menikmati keuntungan dari kenaikan harga komoditas di pasar global.

BACA JUGA : Super Tajir, Ini Daftar Pemilik Mal Mewah di Jakarta!

“Pencapaian tentu saja di APBN, karena terjadi defisit-nya lebih kecil dari yang sudah ditetapkan karena ada boom (lonjakan) harga komoditas,” katanya.

Tauhid memproyeksikan tahun 2023, tim ekonomi Indonesia akan mendapati tantangan yang lebih berat dengan adanya ancaman krisis global. Tim ekonomi Indonesia perlu bekerja lebih keras untuk mengejar realisasi target pertumbuhan ekonomi yang sudah ditetapkan.

“Akan berat karena target pemerintah masih terlalu tinggi kan 5,3 persen juga. Sementara riil-nya, banyak lembaga memperkirakan di bawah 5 persen. Jauh lebih berat dibanding tahun 2022. Perlu ada kerja keras. Jangan sampai realisasi jauh dari pada target,” pungkas Tauhid.(ris)