Pembagian Sedekah di Kota Karachi Pakistan Berujung Ricuh, 9 Orang Tewas Usai Massa Berdesak-desakan

Pada hari pertama Ramadan -- ketika umat Islam secara tradisional memberikan sumbangan kepada orang miskin -- satu orang tewas dan delapan lainnya terluka di barat laut Pakistan.

Apr 1, 2023 - 18:31
Pembagian Sedekah di Kota Karachi Pakistan Berujung Ricuh, 9 Orang Tewas Usai Massa Berdesak-desakan
ILUSTRASI RICUH

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Pembagian sedekah di Kota Karachi, Pakistan, berujung ricuh. Kerumunan massa berdesak-desakan dan menyebabkan sembilan orang tewas.

Dilansir AFP, Jumat (31/3/2023), Pakistan telah dilanda gejolak ekonomi selama berbulan-bulan. Mata uang mereka jatuh dan harga makanan pokok melonjak hampir 50 persen.

Fida Janwari, seorang perwira polisi senior di lingkungan Kota Baldia di Karachi barat, mengatakan penyerbuan itu terjadi ketika wanita dengan anak-anak berbondong-bondong ke sebuah pabrik untuk menerima pembagian sedekah.

BACA JUGA : Demo di Kenya Berakhir Ricuh, 1 Pelajar Dikabarkan Tewas...

"Kepanikan melanda dan orang-orang mulai berlarian," katanya kepada AFP.

Janwari mengatakan tiga karyawan pabrik ditangkap setelah gagal memberi tahu polisi tentang acara donasi.

Dari sembilan orang yang tewas, enam di antaranya wanita dan tiga anak. Korban dibawa ke rumah sakit negara bagian Abbasi Shaheed.

Seorang pejabat LSM mengatakan dua jenazah tambahan dikirim ke rumah sakit lain di kota itu.

Salah satu warga, Asma Ahmed mengatakan nenek dan keponakannya termasuk di antara yang tewas. Dia heran dengan kekacauan saat pembagian sedekah.

"Setiap tahun kami datang ke pabrik untuk zakat. Mereka mulai memukuli para wanita dengan pentungan dan mendorong mereka. Ada kekacauan di mana-mana," ujar Ahmed.

"Mengapa mereka memanggil kita jika mereka tidak bisa mengaturnya?" sambungnya.

Pada hari pertama Ramadan -- ketika umat Islam secara tradisional memberikan sumbangan kepada orang miskin -- satu orang tewas dan delapan lainnya terluka di barat laut Pakistan.

Keuangan Pakistan telah tertatih-tatih oleh beberapa dekade salah urus keuangan dan kekacauan politik. Situasi ini diperparah oleh krisis energi global yang disebabkan oleh perang di Ukraina, dan banjir monsun tahun lalu yang menenggelamkan sepertiga wilayah negara itu.

Negara Asia Selatan ini terlilit utang dan harus memberlakukan reformasi pajak yang keras dan mendorong harga utilitas untuk membuka tahap lain dari bail-out IMF senilai USD 6,5 miliar dan menghindari gagal bayar. (ros)