Panglima TNI-Kapolri dan 3 Kepala Staf Main Wayang Orang

Dalam pagelaran itu, Yudo berperan sebagai Bima Sena, Kapolri Jenderal Listyo Sigit berperan sebagai Prabu Puntadewa. Kemudian, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman sebagai Bathara Guru, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana M Ali sebagai Batara Baruna dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo sebagai Eyang Abiyasa.

Jan 16, 2023 - 04:43
Panglima TNI-Kapolri dan 3 Kepala Staf Main Wayang Orang

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Panglima TNI Laksamana Yudo Margono bersama para Kepala Staf TNI dan Kapolri memainkan teater wayang orang dengan lakon Pandawa Boyong di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Minggu (15/1) malam.

Dalam pagelaran itu, Yudo berperan sebagai Bima Sena, Kapolri Jenderal Listyo Sigit berperan sebagai Prabu Puntadewa.

Kemudian, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman sebagai Bathara Guru, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana M Ali sebagai Batara Baruna dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo sebagai Eyang Abiyasa.

Sedangkan istri Yudo Margono, Vero Yudo Margono, berperan sebagai Dewi Nagagini. Sejumlah pejabat tinggi TNI juga bermain dalam gelaran tersebut.

Yudo menyatakan gelaran itu menunjukkan sinergitas TNI/Polri bukan hanya dalam menjaga kedaulatan dan keamanan, tapi juga dalam melestarikan budaya asli Indonesia.

"Ini tentunya kita bersama-sama melestarikan budaya asli Indonesia. Sekaligus ini adalah sinergitas TNI/Polri selain menjaga kedaulatan, keamanan dan melindungi tumpah darah Indonesia, juga untuk melestarikan budaya asli Indonesia," kata Yudo sebelum gelaran.

Lakon ini mengisahkan perjuangan lima orang ksatria bersaudara untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa.

Perjalanan yang tidak mudah harus dilalui oleh para Pandawa ketika berhadapan dengan Kurawa di Hastinapura, yang memiliki jumlah pasukan dan persenjataan jauh lebih banyak.

Berkat kesungguhan yang dilandasi dengan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang Bharatayudha. Di balik kemenangan yang terjadi, kerja keras dan gotong royong tetap dibutuhkan untuk membangun kembali Hastinapura yang hancur setelah peperangan.

Banyaknya jumlah korban meninggalkan luka kehilangan bagi sanak keluarga yang ditinggalkan, dan bagi para Pandawa.(sir)