Oleh: Basyarat Ahmad Sanusi, M.Pd.
Pada suatu hari perkuliahan Filsafat yang saya ikuti telah dimulai 7 menit yang lalu, tiba-tiba Mrs. X mengucapkan salam dan masuk kelas dengan sedikit grogi. Sang dosen pun menyindirnya dengan kata-kata “Saudariku jangan menjadikan kelas ini sebagai latihan menuju kontes Missworld”.
Kami semua yang mengikuti kelas itu terdiam memikirkan apa hubungannya antara terlambat dan Missworld. Seakan tidak mau jokesnya tertebak, Dosen kami mengatakan “orang terlambat itu seperti Missworld karena ia menginginkan semua mata tertuju padanya”.
Seisi ruangan spontan tertawa dan hanya menyisakan Mrs. X yang tersipu malu. Rupanya keterlambatannya hari itu memberi pelajaran berharga untuknya, bahwa jika kuliah tanpa persiapan maka akan pulang tanpa kehormatan.
Banyak sekali pepatah indah yang dirangkai untuk menggambarkan pentingnya menghormati waktu, misalnya Time is Money (waktu adalah uang). Kehilangan waktu sama dengan kehilangan uang.
BACA JUGA: Naik-Turun Marwah Bahasa Indonesia
Setelah ditelusuri pepatah Time is Money tidak datang dari Eropa atau Amerika, tapi datang dari negeri Tiongkok dan pertama kali dipopulerkan oleh Pemimpin China Deng Xiaoping. Untuk menaikan popularitasnya, kemudian Deng Xiaoping mendirikan tugu peringatan dengan kata-kata “Time is Money, Efficiency is Life” di Kota Shenzhen.
Pepatahya simple tapi tidak main-main konsekwensinya, misalnya saja satu rangkaian gerbong kereta api mengalami keterlambatan sampai 30 menit ke tempat tujuan. Padahal di dalam kereta itu terdiri dari seribu orang karyawan sebuah perusahaan, jelas keterlambatan itu sangat merugikan perusahaan.