Muncul Virus Flu Babi di Singapura, Ini Penyebaran dan Bahayanya!

May 9, 2023 - 02:00
Muncul Virus Flu Babi di Singapura, Ini Penyebaran dan Bahayanya!
Ilustrasi babi (Foto: iStock/YouTube Daud Kim)

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Pemerintah Singapura telah menutup keran impor babi asal Pulau Bulan, Batam, sejak 23 April lalu hingga saat ini. Adapun langkah ini dilakukan karena Badan Pangan Singapura/Singapore Food Agency (SFA), menemukan penyakit flu babi (African Swine Fever/ASF) pada sejumlah babi yang diterimanya.

Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan, penyakit ini telah masuk ke Indonesia sejak 2019 silam, diawali dari China. Penyakit ini terbilang cukup berbahaya lantaran daya bunuhnya terhadap babi hampir 100%, dengan radius penularannya sekitar 3 km.

"Kalau seberapa berbahayanya dalam konteks mortalitas terhadap babi sendiri hampir 100% daya bunuhnya. Kalau satu kandang itu bisa habis semua. Karena belum ada obatnya, tidak ada vaksinnya," kata Hari, kepada detikcom, Minggu (7/5/2023).

Meski cukup berbahaya, Hari menekankan flu babi ini tidak akan berdampak pada kesehatan manusia. Dengan demikian, apabila ada masyarakat yang tak sengaja mengonsumsi daging babi yang terjangkit virus tersebut, orang tersebut akan tetap aman.

Tidak hanya itu, Hari juga mengatakan, virus ASF tidak akan bertahan lama di udara terbuka. Adapun jika daging babi yang terinfeksi ASF terkena sinar matahari dalam beberapa waktu, virus di dalamnya akan mati.

Meski begitu, tetap saja memotong hewan yang tidak sehat untuk dijadikan bahan konsumsi itu dilarang. Karena itulah, menjaga kebersihan kandang dan melakukan karantina ketat tetap penting untuk dilakukan para peternak demi mencegah penularannya.

Di sisi lain, langkah penghentian impor yang dilakukan Singapura ini akan memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian, khususnya bagi para peternak babi di kawasan tersebut. Bagaimana tidak, ssetiap harinya Batam mengekspor sekitar 1.000 ekor babi dengan nilai kurang lebih sekitar Rp 2 miliar. Sehingga, kondisi ini sangat merugikan pelaku usaha bersangkutan.

"Jadi jika kita hitung saat ini sudah 14 hari keran ekspor ke Singapura ditutup. Nilai kerugian sementara ini kita perkirakan sekitar Rp 28 miliar," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid, saat dihubungi terpisah.

Namun demikian, pihaknya memaklumi langkah preventif yang dilakukan pihak Singapura demi mencegah penyebaran virus tersebut. Adapun di Batam sendiri, peternak babi yang melakukan ekspor ke Singapura hanya ada di Pulau Bulan dan dikelola oleh PT Indotirta Suaka.

Sementara itu, Head of Center of Industry, Trade and Investment INDEF, Andry Nugroho menilai, apabila tidak segera diatasi, kejadian ini juga berpotensi memberi kerugian jangka panjang bagi Indonesia dalam hal meningkatkan persaingan supplier babi di level global.

"Berbicara mengenai babi hidup, ada 2 suplier yang paling besar, di Pulau Bulan, Batam, lalu yang kedua dari Serawak Malaysia. Jadi bisa jadi nanti kebutuhan dari life pig itu akan diambil dari Serawak ketika Singapura menghentikan impor dari Batam," ujarnya saat dihubungi terpisah.

Sedangkan untuk rencana ekspor karkas babi ke Singapura, menurutnya Indonesia juga tetap perlu mempersiapkan diri. Pasalnya, Rafki mengatakan, karkas yang kerap dikirim dalam keadaan beku ini memiliki lebih banyak supplier pesaing, mulai dari China, Australia, hingga Brazil.

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah RI perlu mengambil langkah strategis secara cepat dengan melakukan serangkaian pembenahan untuk komoditas babi di Indonesia, khususnya yang terjangkit masalah ini. Harapannya pula, keran impor babi hidup asal Batam ini bisa segera dibuka kembali oleh Singapura.(eky)