Menulis dan Mendendangkan Puisi dengan Artificial Intelligence
Oleh: Dr. Umi Salamah, M.Pd.
Masifnya penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam pembelajaran, sangat membantu guru dan murid dalam mengembangkan kreativitas. Dengan bantuan AI, guru dapat menyiapkan modul ajar dan materi pembelajaran dengan sangat mudah dan cepat. Demikian juga, murid dapat menyelesaikan tugas belajar dan mengembangkan kreativitas tanpa bersusah payah. Menulis puisi tidak lagi menjadi keluhan dan memerlukan waktu berhari-hari, cukup menulis beberapa kata kunci dalam platform AI, dalam sekejap puisi yang diinginkan sudah selesai. Bahkan mengubah puisi menjadi lagu favorit hanya dibutuhkan waktu dalam hitungan detik. Meski demikian, AI tetaplah alat untuk mempermudah mengembangkan kreativitas. Hasil akhir yang menentukan kualitas dan tanggung jawab, tetaplah pada penulis. Artikel ini akan membantu pembaca untuk mengekspresikan pikiran, imajinasi, dan perasaan ke dalam puisi dan mendendangkan menjadi lagu favorit dengan AI tanpa terkena plagiasi.
Menulis Puisi dengan AI Gemini secara Bijak tanpa Plagiasi
Sebelum AI berkembang pesat menjarah dunia pendidikan, khususnya pembelajaran, tugas menulis puisi menjadi sangat sulit bagi murid. Murid sering kesulitan menemukan dan mengungkapkan ide untuk menulis puisi dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Akibatnya, tugas harus diselesaikan di rumah. Tidak semua guru bahasa Indonesia pandai memberikan contoh puisi dari hasil karyanya. Namun, dengan adanya AI, menulis puisi menjadi sangat mudah dan menyenangkan. Guru dapat menugasi murid untuk menulis puisi tematis dengan mudah, misalnya menulis puisi dengan tema besar seperti gastronomi nusantara, tarian nusantara, cinta tanah air, cinta flora nusantara, dan sebagainya.
Dengan bantuan aplikasi AI Gemini, siswa dapat menulis puisi dengan cepat. Aplikasi ini mudah diakses dan tidak berbayar sehingga mudah digunakan oleh guru dan murid di dalam kelas. Perlu disadari bahwa data yang diberikan oleh AI juga disediakan oleh manusia yang belum tentu sesuai dengan pikiran, imajinasi, dan perasaan kita. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, diperlukan pengetahuan esensial dan pengalaman yang luas untuk menyunting puisi yang disediakan AI. Pengetahuan tentang diksi, rima/sajak, kias, citra/imagery, simbol, ikon, bunyi euphony dan cacophony tetaplah diperlukan. Bunyi euphony (eufoni) merupakan bunyi yang menuansakan suasana batin suka cita, optimis, energik, kasih sayang, dan merdeka. Bunyi cacophony (kakofoni) bunyi yang menuansakan suasana batin kalut, bingung, psimis, putus asa, mencekam, takut, tersandera, dan semacamnya. Pengalaman imajery (citra), seperti pengalaman melihat, mencium, mendengar, merasa, mencicipi, menyentuh, menggerakkan, yang kita miliki juga diperlukan dalam penyuntingan. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki, data yang disediakan oleh Gemini AI akan mudah disunting sesuai dengan keinginan pengguna. Dengan demikian, kedalaman puisi yang diciptakan akan menggambarkan kedalaman pengetahuan dan pengalaman penulis.
Mengubah Puisi menjadi Lagu Favorit
Puisi yang telah ditulis tidak hanya dapat dinikmati dengan cara membaca verbal. Akan tetapi, dengan cara mendendangkan menjadi lebih mudah untuk menangkap pesan puisi. AI dapat membantu menganalisis struktur dan ritme puisi, untuk menghasilkan melodi yang sesuai dengan favorit penulis. AI juga dapat mengusulkan akord yang cocok dengan suasana batin dalam puisi yang kita ciptakan. Ada beberapa aplikasi AI yang dapat digunakan untuk mengubah puisi menjadi lagu favorit, antara lain Suno.ai, Soundful, dan MagicPen.
Suno.ai dirancang khusus untuk memusikalisasi puisi. Platform ini mudah diakses, tidak berbayar, dan sangat mudah untuk menggunakannya. Suno.ai merupakan platform yang sangat sensitif terhadap nuansa emosional dalam puisi. Suno.ai berusaha menangkap perasaan mendasar dari teks puisi dan menerjemahkannya ke dalam melodi dan harmoni yang sesuai. Suno.ai menawarkan pengguna untuk memilih genre musik, tempo, instrumen, dan bahkan nada suara yang diinginkan. Platform ini juga dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan penulis. Setelah menerjemahkan menjadi lagu, Suno.ai masih menawarkan dua pilihan hasil yang paling tepat bagi pengguna.
Cara menggunakan Suno.ai, setelah menginstal, penulis tinggal mengopi dan menempelkan puisinya ke platform Suno.ai, kemudian memilih genre musik yang diinginkan. Setelah itu, Suno.ai akan membuatkan lagu favorit penulis, misalnya rock, regee, jazz, dan lainnya hanya dalam hitungan detik. Kemudian penulis dapat mengunduh lagu yang dipilih dan melatih diri sebagai penyanyi sekaligus pencipta lagu. Cara seperti ini, dapat meningkatkan rasa percaya diri dan rasa bangga pada murid terhadap hasil kreativitasnya. Dengan Suno.ai, murid dapat mengembangkan kreativitasnya dengan mudah dan cepat.
Berbeda dengan Suno AI, platform Soundful lebih dikenal sebagai generator musik AI yang serbaguna. Selain puisi, platform ini juga dapat digunakan untuk menghasilkan musik berdasarkan berbagai jenis teks, seperti deskripsi atau narasi. Soundful memiliki beragam menu suara yang sangat banyak sehingga memungkinkan pengguna untuk memilih berbagai instrumen dan gaya musik yang sesuai. Soundful dapat menghasilkan luaran musik dengan kualitas produksi yang sangat baik. Selain itu, Soundful dapat secara langsung digunakan untuk berbagai keperluan, seperti video, podcast, atau album musik.
Platform lainnya untuk mengubah puisi menjadi lagu adalah Magickpen. Magickpen memiliki pendekatan yang lebih visual. Platform ini tidak hanya mengubah puisi menjadi musik, tetapi juga dapat menciptakan visualisasi yang sesuai dengan puisi tersebut. Magickpen lebih dibutuhkan untuk menciptakan karya seni multi-media karena dapat mengintegrasikan musik, visual, dan puisi menjadi satu karya yang koheren. Magickpen lebih mudah digunakan untuk eksperimen dan inovasi karena menawarkan fitur-fitur yang unik dan tidak ditemukan pada platform lainnya.
Dengan demikian, AI telah menyediakan fasilitas yang sangat banyak kepada pengguna untuk mengembangkan kreativitas tanpa batas dengan mudah. Namun, tanpa bekal pengetahuan esensial dan pengalaman yang kaya kita hanya berada dalam kendali AI. Sebaliknya, dengan pengetahuan dan pengalaman yang kaya, kita tetap menjadi pilot dalam berkreativitas dan berinovasi, sedangkan AI kita tempatkan sebagai alat dan teman untuk berbagi. (****)
Dr. Umi Salamah, M.Pd. adalah Dosen PPG Universitas Insan Budi Utomo Malang dan Pengurus Pusat Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI).
Editor: Dr. Indayani, M.Pd., Dosen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan Pengurus Pusat PISHI.