Mengenal Jalur Pendakian Gunung Kawi, Tempat Lihat Gagahnya Mahameru!
Gunung Kawi tidak populer seperti Semeru dan Arjuna di dunia pendakian. Meski begitu, gunung setinggi 2.551 mdpl ini punya daya tarik yang mungkin tidak dimiliki gunung lain. Dalam ulasan singkat mengenai Gunung Kawi ini, detikJatim berbincang dengan salah seorang pendaki asal Surabaya, Supatra Rojali. Ia mengaku sudah berulang kali mendaki gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Blitar ini.
NUSADAILY.COM - JAKARTA - Gunung Kawi tidak populer seperti Semeru dan Arjuna di dunia pendakian. Meski begitu, gunung setinggi 2.551 mdpl ini punya daya tarik yang mungkin tidak dimiliki gunung lain.
Dalam ulasan singkat mengenai Gunung Kawi ini, melansir detikJatim berbincang dengan salah seorang pendaki asal Surabaya, Supatra Rojali. Ia mengaku sudah berulang kali mendaki gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Blitar ini.
Pendaki yang akrab disapa Drax mengakui, Gunung Kawi tidak begitu populer di dunia pendakian. Tidak banyak pendaki yang berminat menapakkan kaki di puncak Kawi.
Menurut Drax, itu justru membentuk karakter Gunung Kawi, sebagai pembeda dengan gunung-gunung lainnya yang lebih populer. Kesan sunyi ala pegunungan, dan alaminya jalur pendakian menjadi magnet bagi pendaki yang tidak melulu berorientasi pada keindahan.
"Gunung Kawi itu sangat cocok bagi pendaki yang suka dengan kesunyian. Jalurnya saja masih terasa alami. Beda dengan gunung-gunung yang jadi favorit pendaki," kata Drax mulai bercerita.
Namun ia juga mengingatkan pendaki untuk waspada akan pacet. Sebab, Gunung Kawi cenderung lembab. Sehingga banyak pacet.
Mengenal Gunung Kawi:
1. Tempat yang Pas untuk Melihat Gagahnya Mahameru
Menurut Drax, Gunung Kawi kurang cocok untuk pendaki yang berorientasi pada keindahan. Karena tidak banyak spot foto yang menawan di gunung tersebut.
Namun demikian, pendaki akan mendapatkan sensasi yang tidak akan terlupakan saat camping di puncak Kawi. Begini kata Drax sambil mengenang pengalamannya di puncak Kawi.
"Kalau nge-camp di puncak Kawi, pagi-pagi kan bangun tuh, terus buka pintu tenda. Nah lho kaget pasti. Kita bisa langsung melihat gagahnya puncak Semeru, Mahameru. Asli keren banget," imbunya.
2. Mistik di Gunung Kawi
Sebelum mengulas singkat mengenai mistik di Gunung Kawi, ada baiknya untuk memahami apa itu mistik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua pengertian mengenai mistik.
Yang pertama, mistik merupakan subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi, untuk memenuhi hasrat manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan. Mistik seperti tasawuf atau suluk.
Pengertian yang kedua, mistik merupakan hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa. Ini merupakan pengertian mistik yang diketahui kebanyakan orang. Sehingga mistik hanya dikaitkan dengan hal yang berbau tak kasat mata, atau peristiwa di luar nalar. Seperti kemunculan jin, setan dan lain-lain.
Mengenai mistisisme di Gunung Kawi, detikJatim juga mengutip jurnal kebudayaan Jawa berjudul Mistisisme Islam-Jawa Dalam Ritual Haul RM Iman Soedjono di Pesarean Gunung Kawi. Jurnal ini ditulis Dwi Sulistyorini dari Fakultas Sastra, Universitas Negeri Semarang.
Dalam jurnal ini dijelaskan, untuk mencapai kesempurnaan hidup, manusia ingin mendekatkan diri kepada Tuhan dan itu disebut mistik. Mistisisme merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Jawa.
Dalam Islam, konsep perjalanan batin spiritual atau proses perjalanan mistik disebut tasawuf atau sufisme yang biasa dilakukan dalam aliran tarekat. Ajaran Islam dibawa ke Jawa dengan pendekatan kultural. Oleh sebab itu, dalam ritualnya masih digunakan ajaran tersebut, perpaduan Islam-Jawa.
Gunung Kawi dikenal sebagai gunung mistis tempat untuk ngalab berkah (mencari berkah). Sebab, banyak peziarah yang datang ke Gunung Kawi untuk ngalab berkah di Pasarean Gunung Kawi.
Pasarean Gunung Kawi merupakan makam laskar dan penasihat spiritual Pangeran Diponegoro yaitu Eyang Djoego (Kanjeng Kyai Zakaria II) dan RM Iman Soedjono.
Pasarean tersebut berada di lereng Gunung Kawi. Tepanya di tataran Bhuwarloka atau lereng tengah gunung.
Untuk diketahui, dalam tataran triloka suatu gunung ada istilah Bhurloka, Bhuwarloka dan Swargaloka. Bhurloka merupakan bagian kaki gunung sebagai tempat hidup manusia dan hewan. Bhuwarloka merupakan bagian tengah gunung tempat hidup kaum pertapa dan orang-orang suci yang telah menindas hasrat duniawi. Swargaloka merupakan tempat persemayaman para dewa.
Setiap tanggal 12 Sura digelar ritual Haul RM Iman Soedjono. Tujuannya untuk mengenang almarhum dan memberi penghormatan kepada arwah leluhur yang dimakamkan di pesarean tersebut.
Ritual Haul RM Iman Soedjono mencerminkan adanya mistisisme Islam-Jawa. Doa-doa yang dilantunkan menggunakan bahasa Jawa dan membaca Yasin maupun tahlil sebagaimana ajaran Islam dalam mendoakan orang yang sudah meninggal.
Seni tradisi karawitan dan campursari juga digelar dalam ritual ini. Nilai-nilai spiritual dan laku kejawen masih kental dan mengandung mitos maupun makna simbolik.(eky)