Menelisik Sejarah dan Kehidupan ‘Kota Gereja’ di Negara Muslim

Tempat ibadah ini berada di kompleks agama atau yang dikenal 'Kota Gereja'. Dari luar, bangunan itu biasa saja, tak mencolok, dan tak ada Salib.

Dec 16, 2022 - 18:56
Menelisik Sejarah dan Kehidupan ‘Kota Gereja’ di Negara Muslim

NUSADAILY.COM - QATAR - Qatar adalah negara muslim yang banyak menuai sorotan saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Tak hanya soal gempita olahraga, sudut lain seperti tempat ibadah juga menuai perhatian.
Misalnya Gereja Katolik Our Lady of the Rosary di ibu kota Qatar, Doha.

Tempat ibadah ini berada di kompleks agama atau yang dikenal 'Kota Gereja'. Dari luar, bangunan itu biasa saja, tak mencolok, dan tak ada Salib.

"Ini sesuatu yang sangat unik di sini, di Timur Tengah. Minggu kami adalah Jumat," kata pastor paroki, Pendeta Reli Gonzaga, seperti dikutip Associated Press, Kamis (15/12).

Sebagaimana gereja pada umumnya, gereja ini juga melayani Misa hingga pembaptisan, pernikahan dan pengakuan dosa.

Gereja semakin tampak ramai saat Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Banyak pengunjung yang menyempatkan diri beribadah.

Selain itu, pekerja migran di Qatar yang berasal dari berbagai negara juga turut melakukan ibadah di gereja tersebut.

"Saya bisa merasakan semangat gereja yang sesungguhnya, gereja universal." ungkap dia.

Menurut laporan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat soal kebebasan beragama, kompleks yang dikenal sebagai Kota Gereja terletak di tanah milik pemerintah.

Namun, pihak berwenang melarang simbol atau atribut apapun yang berkaitan dengan Kristen di bangunan tersebut.

"Dengan instruksi pemerintah yang jelas bahwa simbol Kristen seperti salib, menara, dan patung tak diizinkan di bagian luar gedung gereja," demikian bunyi laporan AS.

Nyanyian lagu dan perayaan lain juga hanya berlangsung di dalam kompleks.

Qatar membatasi ibadah umum bagi agama non-Islam dan mengkriminalisasi dakwah atas nama organisasi, masyarakat, atau yayasan agama apa pun selain Islam di ruang publik.

Kelompok agama non-Muslim di Qatar beberapa di antaranya Hindu, Katolik, Budha, Anglikan, Protestan dan Koptik Mesir.

Namun, larangan tersebut tak meluruhkan niat dan semangat Umat Katolik dalam menjalankan ibadah.

Bagi Gonzaga, tak menggunakan salib di luar gedung adalah bentuk rasa hormat terhadap negara dan rakyatnya.

Pihak-pihak gereja juga memberikan layanan untuk agama Kristen dari mulai kelompok dewasa hingga anak-anak.

"Banyak orang mengira tak ada gereja Kristen di sini. Itulah mengapa mereka terkejut ketika melihat kami bisa melakukan semua yang kami lakukan di dalam kompleks gereja" kata dia.

Di luar kompleks, para pendeta juga kerap mengunjungi narapidana Kristen dan pergi ke rumah sakit untuk menanggapi permintaan Komuni, pengakuan dosa, atau mendoakan orang yang sedang sakit.

Saat melakukan perjalanan, para pendeta tetap mengenakan jubah Fransiskan.

Beberapa umat Katolik yang tinggal jauh dari kompleks ingin melihat gereja baru di wilayah lain, tak hanya di Doha.

Harapan ini mungkin akan membantu warga yang bekerja atau tinggal jauh dari Gereja Our Lady of the Rosary, sehingga bisa melaksanakan ibadah secara rutin.(han)