Menebak Langkah RI Merapat Ditengah Kedigdayaan China Semakin Mampu Saingi AS

Pengamat dari Institut Pertahanan dan Studi Strategis di Singapura, Collin Koh, juga berpendapat hubungan Indonesia dengan China lebih condong kepada ekonomi, sementara Indonesia memiliki relasi pertahanan dan keamanan yang dekat dengan Amerika Serikat.(

Nov 26, 2022 - 16:59

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Posisi China di kancah internasional kini semakin kuat. Di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, Beijing mulai mengembangkan sektor ekonomi, teknologi, hingga militer negara itu.

Sejak Xi menduduki kekuasaan sepuluh tahun lalu, pria itu berhasil membawa jutaan warga China keluar dari kemiskinan ekstrem.

Sebagaimana diberitakan AFP, Beijing pada 2020 mengklaim berhasil mengakhiri kemiskinan parah di negara itu.

Jutaan permukiman kumuh direlokasi ke desa dengan peluang ekonomi yang lebih besar.

Berdasarkan data World Bank, setahun setelah Xi memimpin China, 82 juta warga berada dalam kemiskinan parah. Namun, pada 2019, angka ini berkurang drastis hingga menjadi enam juta orang.

Tak hanya itu, China berhasil mengirimkan pesawat luar angkasa ke bulan dan berupaya memangkas emisi gas rumah kaca mereka.

Sebagaimana diberitakan The Diplomat, China kini memiliki angkatan laut terbesar di dunia, mengalahkan Amerika Serikat.

Kantor Intelijen Angkatan Laut AS mengonfirmasi bahwa Angkatan Laut China telah melewati AS dari segi jumlah kapal perang, yakni 360 (milik China) dan 297 (milik AS).

Lantas, di tengah pertumbuhan China yang semakin digdaya, kemana Indonesia akan mendekat?

Pengaruh AS-China
Menurut pengamat hubungan internasional Universitas Indonesia, Suzie Sudarman, RI bakal "memilih jalan yang paling baik untuk bangsa dan menjaga persahabatan antar bangsa."

"Indonesia harus benar-benar waspada dan cermat untuk menentukan sikap yang bebas aktif," kata Suzie, mengutip CNNIndonesia.com pada Kamis (6/10).

Selain itu, Suzie menilai Indonesia mungkin bakal mengadakan Garuda Shield dengan lebih sering merespons gerak China yang lebih agresif.

Garuda Shield sendiri merupakan latihan militer gabungan antara AS dan Indonesia.

Pendapat yang senada juga diungkapkan pengamat hubungan internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah.

"Inilah cantiknya bebas aktif, kita dekat dengan mereka berdua. Dan kita mengambil manfaat dari hubungan ekonomi, hubungan pendidikan, dan hubungan pertahanan keamanan [dengan AS dan China]," ujar Rezasyah, Kamis (6/10).

"Kalau misalnya secara ekonomi kita sangat dekat dengan China, tetapi secara pertahanan keamanan kita sangat dekat dengan Amerika Serikat," lanjutnya.

Selain itu, Rezasyah menilai penting bagi Indonesia untuk berhati-hati agar tidak terseret persaingan kedua negara.

"Untuk itu perlu kehati-hatian, agar jangan sampai terkesan kita itu memihak salah satu [negara]. Maka kita bekerja sama dengan mereka berdua," tutur Rezasyah lagi.

Sebagaimana diberitakan The Diplomat, sejauh ini, Indonesia secara relatif berhasil menjaga hubungan bilateral dengan Washington dan Beijing, pun menjaga prinsip politik luar negeri "bebas aktif."

Pengamat dari Institut Pertahanan dan Studi Strategis di Singapura, Collin Koh, juga berpendapat hubungan Indonesia dengan China lebih condong kepada ekonomi, sementara Indonesia memiliki relasi pertahanan dan keamanan yang dekat dengan Amerika Serikat.(han)