Mencari Tahu Penyebab Elektabilitas Ganjar-Mahfud Merosot, Anies-Imin Melesat

Hasil survei yang digelar IPO pada November 2023 juga memperlihatkan pasangan Prabowo-Gibran berada di posisi puncak dengan elektabilitas 36,2 persen. Sementara elektabilitas personal Anies jika disandingkan dengan Muhaimin Iskandar menjadi 34,1 persen. Di sisi lain, personal Ganjar yang disandingkan dengan Mahfud menjadi 27,1 persen.

Nov 22, 2023 - 21:49
Mencari Tahu Penyebab Elektabilitas Ganjar-Mahfud Merosot, Anies-Imin Melesat

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD merosot berdasarkan survei teranyar versi LSI Denny JA dan Indonesian Political Opinion (IPO). Bahkan, elektabilitas mereka disalip pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

LSI Denny JA mencatat periode November 2023 elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 40,3 persen, disusul oleh Ganjar-Mahfud 28,6 persen dan pasangan AMIN 20,3 persen.

Survei ini dilakukan pada 6-13 November 2023 terhadap 1.200 responden dengan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 2,9 persen.

Berdasarkan survei LSI Denny JA, elektabilitas Prabowo-Gibran terus mengalami peningkatan. Prabowo-Gibran misalnya pada bulan September lalu memiliki elektabilitas 39,3 persen. Kemudian naik menjadi 40,3 persen pada bulan ini.

Sementara Ganjar-Mahfud memiliki elektabilitas 36,9 persen pada September. Lalu elektabilitasnya terjun bebas menjadi 28,6 persen saat ini.

Sedangkan pasangan Anies-Cak Imin sekitar 8,8 persen pada hasil survei LSI Denny JA pada dua bulan lalu. Kini elektabilitas mereka naik menjadi 20,3 persen.

Hasil survei yang digelar IPO pada November 2023 juga memperlihatkan pasangan Prabowo-Gibran berada di posisi puncak dengan elektabilitas 36,2 persen.

Sementara elektabilitas personal Anies jika disandingkan dengan Muhaimin Iskandar menjadi 34,1 persen. Di sisi lain, personal Ganjar yang disandingkan dengan Mahfud menjadi 27,1 persen.

IPO melakukan survei ini pada 10-17 November 2023 terhadap 1.400 responden dengan metode multistage random sampling dan margin of error kurang lebih 2,50 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Setelah kritik terhadap Jokowi

Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah mengatakan setidaknya ada dua faktor menonjol yang mempengaruhi turunnya elektabilitas Ganjar-Mahfud.

Pertama, terkait tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang masih cukup tinggi atau hampir menyentuh angka 50 persen.

Di tengah tingginya tingkat kepuasan ini, Ganjar selaku capres justru kerap melontarkan kritikan terhadap kinerja pemerintah. Teranyar, Ganjar memberi nilai 5 terhadap kinerja penegakan hukum di masa pemerintahan Jokowi.

"Ganjar justru melakukan kritik-kritik yang menurut saya kontra-produktif jika dibandingkan dengan loyalis atau pemilih-pemilih Ganjar yg sebetulnya sebagian besar adalah loyalisnya Jokowi," kata Dedi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (21/11) malam.

"Jadi peperangan opini semacam itu saya kira memungkinkan pemilih Ganjar Pranowo kemudian lebih memilih Jokowinya dan itu sudah dipastikan bergerak ke Prabowo Subianto," sambungnya.

Kandang banteng terkoyak

Sementara faktor kedua dipengaruhi turunnya dominasi PDIP di sejumlah wilayah yang selama ini dikenal sebagai basis suara partai berlambang banteng tersebut.

Dedi mencontohkan wilayah-wilayah itu di antaranya Jawa Tengah, Bali, Lampung, hingga Kalimantan Barat. Berdasarkan survei, kata dia, pasangan Ganjar-Mahfud sebenarnya masih menduduki posisi puncak, namun tak lagi dominan.

"Tetap yang tertinggi tetapi tidak dominan, bahkan tidak menyentuh angka 60 persen di Jateng, ini menunjukkan bahwa masalah di internal juga, PDIP tidak solid ke Ganjar Pranowo," ujarnya.

"Saya rasa dua hal itu yang memungkinkan menjadi faktor kenapa Ganjar menurun dalam periode sejak Juni sampai November," lanjutnya.

Dedi berpendapat Ganjar harus mengubah pola komunikasi politiknya dan tidak menyerang ataupun mengkritik pemerintah. Terlebih Mahfud MD yang menjadi pasangannya, saat ini juga masih tergabung dalam pemerintahan selaku Menko Polhukam.

"Seharusnya tidak menyentuh hal-hal yang sifatnya adalah kritik terhadap pemerintah, jangan sampai seperti mendulang air atau menepuk air tapi justru terpercik muka sendiri, kan kira-kira begitu," ucap dia.

Menurutnya, PDIP maupun Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud bisa memberikan pengarahan terhadap capres yang diusungnya itu buntut kritikan yang selama ini disampaikan.

"Memanggil Ganjar Pranowo memerintahkan Ganjar Pranowo hanya boleh berbicara sesuatu yang keluar dari TPN, artinya sudah hasil mufakat, sudah hasil kajian dan lain-lain, jangan dibiarkan Ganjar Pranowo bicara tanpa ada referensi dari tim itu akan menyulitkan mereka," kata Dedi.

Terkait hal ini, Ketua DPP PDIP sekaligus Dewan Penasihat TPN Ganjar-Mahfud,Puan Maharani mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi terhadap sejumlah narasi kritik Ganjar ke pemerintah dalam beberapa waktu terakhir.

"Ini akan menjadi evaluasi bagi kami PDIP untuk bisa melihat secara baik dan secara jelas, apakah kemudian hal itu memang harus dievaluasi atau tidak. Artinya terkait dengan substansi yang akan disampaikan Pak Ganjar," ucap Puan.

Puan mengatakan kritik-kritik yang dilontarkan tersebut murni atas inisiatif Ganjar mengenai sebuah isu yang harus disampaikan. Namun, kata dia, Ganjar melontarkan kritikan itu karena memang memiliki data.

Unjuk prestasi daripada kritik diri sendiri
Dihubungi terpisah, pengamat politik Universitas Andalas, Asrinaldi juga menyebut turunnya elektabilitas Ganjar-Mahfud dalam survei tak lepas dari berbagai pernyataan yang disampaikan ke publik.

Terutama, terkait kritikan terhadap pemerintah. Sebab, tak bisa dipungkiri PDIP masih merupakan bagian dari pemerintah.

"Kecuali PDIP mengatakan berpisah dengan Jokowi atau Jokowi mengatakan keluar dari PDIP, selama mereka masih bagian dari PDIP orang akan melihat ini kritik terhadap diri sendiri yang sebenarnya membuka apa yang mereka lakukan," tutur Asrinaldi.

Asrinaldi mengatakan salah satu cara yang bisa dilakukan TPN Ganjar-Mahfud untuk menaikkan elektabilitas pasangan tersebut adalah dengan menunjukkan prestasi yang mereka miliki.

Misalnya, prestasi Ganjar selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dan Mahfud MD selaku Menko Polhukam.

"Kalau menurut saya lebih idealnya blow up juga prestasi dari capres-cawapres, barang kali itu saja yang di-blow up, itu akan bangun persepsi positif," kata Asrinaldi.(han)