Memiliki Mindset-Significant
Oleh: Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I*
Pola pikir kita memainkan peran penting dalam cara kita menghadapi tantangan kehidupan di tengah masyarakat. Ketika kita memiliki pola pikir berkembang dan maju, maka cenderung memiliki keinginan untuk terus belajar dan bekerja keras serta termotivasi menemukan hal-hal baru demi kemaslakhatan hidup bersama di tengah masyarakat. Hal ini sering kali menghasilkan prestasi akademis dan terakuinya kita sebagai insan rahmatal lil alamin.
Dalam suatu kesempatan, banyak dan bahkan gampang kita temui orang-orang yang hebat di sekeliling kita. Akan tetapi orang-orang hebat tersebut belum mampu mengubah dunia atau masyarakat kian lebih baik. Salah satu faktor utamanya adalah karena orang hebat tersebut belum mempunyai mindset-significant. Artinya dalam hal ini, ia hanya mampu membuat dirinya sukses dan hebat dalam pandangan orang lain akan tetapi belum mampu membuat sukses dan berhasil orang lain.
Terkait dengan pentingnya memiliki mindset-significant, Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Beliau tidak hanya sukses bagi dirinya akan tetapi juga mampu membuat sukses orang lain. Diantara orang lain yang dimaksud disini adalah sahabatnya sendiri. Beliau bina sahabat-sahabatnya ini mulai dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Ibnul Khattab, Usman Bin Affan, Ali Bin Abi Tholib d.s.t. Mereka inilah hasil didikan beliau yang dikemudian hari mampu mengharumkan nama Islam. Hasilnya bisa kita lihat dalam rekam jejak sejarahnya, ketika beliau wafat para sahabat ini mampu mengendalikan tongkat estafet kepemimpinan Islam. Bahkan Islam dibawah kepemimpinan para sahabat ini, tidak hanya dikenal dan berkembang di kawasan jazirah Arab melainkan ke kawasan internasional. Contoh pada masa kepemimpinan Umar Ibnul Khattb dakwah Islam bisa sampai ke Spanyol. Ini berarti Umar mampu dicetak oleh beliau menjadi seorang yang significant.
Sebagai catatan penting dalam hal ini, membangun peradaban kian lebih baik dari keadaan sebelumnya adalah bukti nyata keseriusan kita dalam menempah perjuangan, untuk menciptakan tahapan kehidupan terbarukan. Semuanya dimulai dari diri kita terlebih dahulu, sebagai titik start-nya. Ibarat sebuah telur, jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar maka kehidupan di dalam telur akan berakhir. Akan tetapi, jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari dalam maka kehidupan baru telah lahir, dan hal-hal besar selalu dimulai dari dalam yaitu diri kita.
Untuk itu, banyak cara untuk menjadikan setiap pribadi kita benar-benar memiliki mindset-significant diantaranya:
Langkah Pertama, adanya kemauan yang keras. Kemauan kita yang keras akan dapat memberikan relasi nilai manfaat kepada orang lain. (1) Jika kita memunyai harta, kita bisa memberikan nilai manfaat kepada orang lain dengan harta. (2) Jika kita memunyai ilmu, kita bisa memberikan relasi nilai manfaat ilmu kepada orang lain. (3) Jika kita memunyai tenaga, kita bisa memberikan relasi nilai manfaat dari tenaga kita kepada orang lain. Ini adalah sebuah langkah awal. Kita harus memiliki kemauan yang keras untuk memberikan relasi nilai manfaat kepada orang lain. Patut menjadi catatan bersama, bagaimana pun kondisi kita. Jangan malah mencari-cari cara untuk mendapatkan relasi nilai manfaat dari orang lain, bahkan memanfaatkan orang lain, ini malah bahaya dan merusak kentraman. Jika kita mau, bagaimana pun kondisi kita, kita bisa memberikan relasi nilai manfaat kepada orang lain. Bagaimana? Maunya seperti apa atau tidak? Jadi kata kuncinya disini adalah “kemauan yang keras.”
Langkah kedua: Take Action Now (Lakukan Sekarang). Apa yang bisa kita lakukan sekarang untuk memberikan relasi nilai manfaat kepada orang lain? Misalkan dari suatu hal terkecil kita bisa berbagi (melakukan sharing) artikel, info terpenting, atau tips-tips tertentu melalui WA, instagram, facebook atau twitter kita, dan seterusnya. Ini jauh lebih memberikan relasi nilai manfaat kepada teman-teman kita dari pada kita sibuk menulis atau meng-update status yang tidak penting, bahkan hanya berisi keluhan dan caci maki atau malah guyonan belaka yang jauh dari relasi nilai manfaat. Kita harus bisa melihat di sekitar kita, adakah yang bisa kita bantu. Adakah yang bisa kita lakukan untuk memerbaiki lingkungan sekitar, kondisi di rumah, di lingkungan kantor atau tempat kerja kita? Sehingga akan banyak yang bisa kita lakukan untuk memberikan relasi nilai manfaat kepada orang lain.
Langkah ketiga: membiasakan diri untuk memberikan relasi nilai manfaat, dan jadikan hal itu menjadi gaya hidup kita. Jika memberikan relasi manfaat kepada orang sudah menjadi kebiasaan kita, maka kita sudah mulai menjadi pribadi yang memiliki mindset-significant. Pada langkah kedua, kita baru disebutkan melakukan kebaikan (belum menjadi akhlak), namun jika sudah menjadi kebiasaan dan menjadi gaya hidup kita, maka kita sudah mulai menjadi pribadi yang benar-benar memiliki mindset-significant. Tidak hanya memiliki manfaat bagi diri kita sendiri namun benar-benar bermanfaat bagi orang lain.
Simpulnya, selamat mencoba langkah-langkah tersebut, mulai dari diri kita, mulai dari hal terkecil, dan mulai saat ini juga. Dan, kita harus selalu ingat tidak ada manusia yang sempurna. Tidak pula kita, atau bahkan orang-orang yang paling sukses di planet ini. Kesempurnaan tidak mungkin dicapai. Akan tetapi sebenarnya yang ingin kita capai adalah membuat orang bertanya-tanya apakah kita berusaha menjadi sempurna. Inilah beberapa langkah yang membuat kita ragu apakah mungkin kesempurnaan sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipahami. (****)
*Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo