Membuka Masa Lalu Demi Mengangkat Masa Kini

Hati saya sungguh sedih. Kita semua pasti menyayangkan peristiwa itu dapat terjadi. Mereka melakukan tindakan nekat itu karena rasa frustasi. Mereka tidak memunyai solusi atas problem yang mereka hadapi. Mereka pun tidak mendapat bantuan solusi masalah yang dihadapi dari pihak lain. Mereka merasa sendirian.

Nov 2, 2022 - 21:58
Membuka Masa Lalu Demi Mengangkat Masa Kini
Ilustrasi Inovasi Masa Foto : Pixabay

Oleh: Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd.

TribunJateng.com pada tanggal 25 September 2022 memberitakan berita duka. Ada tiga mahasiswa yang melakukan percobaan bunuh diri di Semarang. Nyawa dua mahasiswa yang berusia 18 dan 19 tahun tidak dapat diselamatkan. Untungnya, mahasiswa ketiga yang tidak diketahui identitasnya dapat diselamatkan. Dugaan penyebab percobaan bunuh diri tersebut adalah masalah relasi dengan orang terdekat.

 Hati saya sungguh sedih. Kita semua pasti menyayangkan peristiwa itu dapat terjadi. Mereka melakukan tindakan nekat itu karena rasa frustasi. Mereka tidak memunyai solusi atas problem yang mereka hadapi. Mereka pun tidak mendapat bantuan solusi masalah yang dihadapi dari pihak lain. Mereka merasa sendirian.

Kenekatan semacam itulah yang saya takutkan apabila dilakukan oleh mahasiswa saya. Mengapa? Karena saya juga memunyai beberapa mahasiswa dengan problem yang sangat besar. Mereka pun tidak dapat bercerita kepada keluarga dan teman untuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi.

Ketika mereka menceritakan masalah mereka kepada saya, saya sangat terkejut. Saya tidak pernah menyangka bahwa mereka memunyai pengalaman yang begitu buruk di usia semuda itu. Mereka putus asa dan tidak tahu jalan keluar apa yang harus diambil unruk masalah yang dihadapi. Mereka selalu dihantui rasa takut terhadap kemungkinan hal buruk tersebut dapat terulang kembali. 

Mereka mau bercerita kepada saya karena saya lebih dahulu bercerita kepada mereka, pengalaman yang pernah saya alami. Saya menceritakan pengalaman baik dan buruk kepada mahasiswa, baik di kelas maupun di luar kelas. Pengalaman pribadi tersebut saya ceritakan karena saya ingin mahasiswa belajar dari pengalaman tersebut. Saya juga ingin mereka mengetahui bahwa mereka tidak sendiri.

Saya membuka masa lalu saya agar masa kini mereka terangkat. Saya tindak ingin mereka menjadi manusia yang lemah. Persoalan hidup boleh menerjang bertubi-tubi, tetapi mereka harus bangkit dan menjadi pemenang.

Sebetulnya kegiatan bercerita ini sudah saya lakukan sejak saya masih menjadi guru SMA. Keterbukaan saya sering menginspirasi murid saya untuk terbuka. Mereka menceritakan persoalan pribadi dan keluarga mereka kepada saya. Saya membantu memberikan solusi terbaik menurut saya. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa sayalah yang seharusnya menjadi guru BK mereka.

Saya bahagia mengingat masa indah bersama mereka. Untungnya masa indah itu berlanjut. Meskipun mereka telah lulus SMA, mereka tetap bercerita kepada saya hingga saat ini. Bahkan tidak canggung-canggung ada yang menceritakan problem berhubungan intim dengan pasangan hidupnya.

Kegiatan bercerita ini sangat penting bagi saya karena saya memunyai misi di balik kegiatan tersebut. Ketika menjadi dosen saya tetap melakukannya. Bukan hanya materi, pengalaman hidup juga saya bagikan. Apakah kegiatan saya ini selalu berjalan mulus?

Suatu siang saya kembali dari kelas dan seorang dosen senior menegur saya  karena menceritakan pengalaman pribadi ke mahasiswa. Dia tidak setuju dengan apa yang saya lakukan. Saya kaget dan bertanya dalam hati “Apa salah saya? Kenapa tidak boleh? Apakah ada larangan untuk melakukannya?”. Di kemudian hari, salah satu mahasiswa bimbingannya yang terbilang pandai menjadi gila karena frustasi dan akhirnya tidak bisa menyelesaikan skripsinya.  Ternyata dua dosen senior lainnya mengaku tidak nyaman menceritakan pengalamannya ke mahasiswa. Mereka menganggap pengalaman buruk itu memalukan. Mahasiswa tidak akan menghargai mereka.

Teguran ini saya anggap serius. Jika memang saya tidak boleh membagikan pengalaman hidup saya, lebih baik saya pindah. Memang itulah yang saya lakukan. Saya pindah tempat mengajar. Bagi saya pengalaman hidup harus dibagi. Pengalaman tersebut akan sia-sia datang dalam hidup jika harus berhenti di diri kita. Tuhan mengizinkan pengalaman itu terjadi untuk kebaikan kita dan orang lain, termasuk murid kita.

Di tempat mengajar yang baru, saya bebas membagikan pengalaman pribadi saya kepada mahasiswa. Saya sesuaikan cerita saya dengan kondisi mahasiswa. Jika ada mahasiswa yang malas belajar, saya menceritakan perjuangan saya ketika bekerja sambil kuliah setelah ayah meninggal. Saya mmenceritakan kepada mereka bahwa saya harus tetap memberi kursus bahasa Inggris sampai pukul 22.00, meskipun dalam keadaan banjir dan saya tetap menyediakan waktu untuk belajar.

Di lain kesempatan saya membagikan pengalaman dalam memilih pacar. Saya menceritakan bahwa saya berkomunikasi dengan Allah secara serius supaya saya tidak salah pilih. Allah pun menghindarkan saya dari pria biseksual dan nakal. Cerita ini membuat mahasiswa sadar bahwa melibatkan Allah dalam percintaan sangatlah diperlukan.

Cerita lainnya adalah perundungan, yang dilakukan oknum guru SMA kepada saya. Suatu ketika nilai ulangan saya jelek sekali. Bukannya berusaha membantu saya, guru tersebut malah mempermalukan saya di hadapan teman sekelas dan murid kelas lainnya.  Saya “diborgol seperti penjahat”. Setelah mendengar kisah saya, beberapa mahasiswa mulai bercerita bahwa mereka juga mendapat pengalaman serupa.  

Pada awalnya mahasiswa sulit percaya kalau saya pernah sangat bodoh dan gagap. Mereka melihat saya pandai bicara dan bergelar S3. “Dengan tersenyum” saya katakan bahwa ketika saya putus asa saya berbicara kepada Allah, baik di rumah maupun di gereja. Saya meminta kepandaian untuk berpikir dan berbicara. Itulah rahasia keberhasilan saya.     

Saya selalu menunjukkan cara Allah menolong saya mengatasi masalah. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu bersama dengan kita, meskipun tidak kelihatan. Kehadirannya adalah untuk menolong kita.  

Membuka masa lalu kita demi mengangkat masa kini mahasiswa sangat berharga untuk dilakukan. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Demi menolong mahasiswa bangkit dari keterpurukan, mari kita membuka pintu masa lalu kita lebar-lebar.

Dr. Dra. Yuli Christiana Yoedo, M.Pd. adalah dosen Prodi PGSD Universitas Kristen Petra dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh Dr. Indayani, M.Pd., dosen Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, dan pengurus PISHI.