Melihat Misteri ‘Mata Sahara’ dari Luar Angkasa

Hingga saat ini, Mata Sahara masih dianggap sebagai salah satu fitur geologis yang paling mengesankan di dunia. Pada tahun 2022, Mata Sahara menjadi salah satu dari 100 situs warisan geologi pertama yang diakui oleh International Union of Geological Science (IUGS).

Jan 23, 2023 - 15:17
Melihat Misteri ‘Mata Sahara’ dari Luar Angkasa

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Jika dilihat dari atas, Eye of the Sahara atau Mata Sahara terlihat seperti mata yang tampak menatap ke luar angkasa. Mata Sahara sebenarnya adalah kawah tumbukan besar yang berada di tengah Gurun Sahara di Mauritania, di bagian barat laut benua Afrika.

Mata Sahara adalah sebuah struktur geologis berbentuk melingkar dengan diameter 50 kilometer. Formasi geologi kuno yang spektakuler ini digunakan pada tahun 1960-an oleh astronot Gemini sebagai landmark.

Para ahli geologi awalnya percaya Mata Sahara atau disebut juga Struktur Richat, sebagai kawah tubrukan yang sangat besar. Namun, studi lebih lanjut ke dalam batuan sedimen yang membentuk kubah pusat, menentukan bahwa struktur tersebut terbentuk pada zaman Proterozoikum akhir, antara 1 miliar dan 542 juta tahun yang lalu.

Dikutip dari IFL Science, beberapa orang masih percaya bahwa struktur tersebut sebenarnya adalah sisa-sisa dari kota Atlantis yang hilang, karena bentuknya yang melingkar menyerupai tanah yang dijelaskan oleh Plato. Namun tidak ada temuan lebih lanjut yang bisa mendukung keyakinan ini.

Struktur tersebut kemungkinan besar benar-benar terbentuk melalui proses yang disebut "pelipatan", menciptakan apa yang disebut antiklin simetris. Lipatan terjadi ketika gaya tektonik yang bekerja dari kedua sisi menekan batuan sedimen. Jika batuan tersebut dingin dan rapuh, ia bisa patah. Tetapi jika cukup hangat, ia akan menjadi lipatan. Lipatan yang ke atas disebut antiklin, sedangkan lipatan ke bawah disebut sinklin.

Namun, dalam makalah tahun 2014 yang diterbitkan dalam Journal of African Earth Sciences, para peneliti mengusulkan penjelasan formasi yang sangat berbeda untuk menjelaskan fenomena Mata Sahara.

Menurut para peneliti, kehadiran batuan vulkanik menunjukkan bukti batuan cair yang didorong ke permukaan, menyebabkan bentuk kubah, sebelum terkikis menjadi cincin seperti yang kita lihat sekarang. Makalah tersebut mengusulkan teori bahwa pemisahan superbenua Pangea mungkin telah berperan dalam formasi vulkanik dan pergeseran tektonik ini.

Struktur Mata Sahara terdiri dari campuran batuan sedimen dan batuan beku. Erosi di seluruh permukaan struktur mengungkapkan batuan riolit halus dan gabro kristal kasar telah mengalami perubahan hidrotermal.

Jenis batuan yang ditemukan di seluruh cincin terkikis dengan kecepatan berbeda, sehingga menciptakan pola warna berbeda di seluruh permukaan. Fragmen besar batuan sedimen bersudut tajam yang disebut megabreccia menambah ketidakteraturan pola warna-warni yang berputar-putar yang membentuk formasi ini.

Sedangkan pusat kubah diketahui berisi paparan batu kapur-dolomit dengan breksi selebar satu kilometer, tanggul cincin, dan batuan vulkanik alkali. Struktur geologis yang kompleks dari Mata Sahara telah membingungkan dan membuat penasaran para ahli geologi sejak penemuannya.

Hingga saat ini, Mata Sahara masih dianggap sebagai salah satu fitur geologis yang paling mengesankan di dunia. Pada tahun 2022, Mata Sahara menjadi salah satu dari 100 situs warisan geologi pertama yang diakui oleh International Union of Geological Science (IUGS).

Karena ukurannya yang luas, Mata Sahara paling sempurna dilihat dari tempat yang sangat tinggi, kalau bisa dari luar angkasa. Jadi untuk saat ini kita baru bisa mengandalkan citra satelit untuk bisa melihatnya secara utuh.(han)