Melihat KIM ‘Sulit’ Bersatu di Pilgub Jabar-Jakarta dan Daerah Lainnya

Di Banten misalnya, Gerindra bersama PKS, NasDem, PAN, PPP, PKB, dan PSI mengusung Andra Soni-Dimyati Natakusumah. Koalisi itu meninggalkan Golkar yang menjagokan Airin Rachmi Diany, eks Wali Kota Tangerang Selatan.

Jul 16, 2024 - 08:39
Melihat KIM ‘Sulit’ Bersatu di Pilgub Jabar-Jakarta dan Daerah Lainnya

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Setelah berhasil membawa kemenangan untuk Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di Pilpres 2024, partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) berencana tetap bersama di Pilkada 2024.

Anggota parpol KIM kompak menyatakan mereka terus mengupayakan agar koalisi di Pilpres 2024 tetap berlanjut di pilkada, terutama di dua provinsi strategis Jakarta dan Jawa Barat. Namun, kini sinyal perpecahan KIM tampak di sejumlah daerah.

Di Banten misalnya, Gerindra bersama PKS, NasDem, PAN, PPP, PKB, dan PSI mengusung Andra Soni-Dimyati Natakusumah.

Koalisi itu meninggalkan Golkar yang menjagokan Airin Rachmi Diany, eks Wali Kota Tangerang Selatan.

Kemudian, perbedaan sikap juga terlihat di Jawa Barat. Gerindra mendorong Dedi Mulyadi, Golkar mendorong Ridwan Kamil, sementara PAN mendorong Bima Arya dan Desy Ratnasari.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah berpendapat KIM akan berpisah jalan di Pilkada Jabar.

Ia menyebut potensi KIM terpecah itu karena setiap parpol memiliki jagoan masing-masing untuk diusung.

"Di Jabar, besar kemungkinan KIM terpecah. Terlebih Golkar miliki Ridwan dan Gerindra ada Dedi Mulyadi," kata Dedi, Senin (15/7).

Ia berpandangan secara kalkulasi politik wajar jika Golkar lebih condong mendorong RK di Jabar.

Menurutnya, sebagai calon gubernur petahana, Ridwan Kamil punya kans tinggi untuk menang.

Sementara itu, Dedi melihat potensi KIM tetap solid di Pilgub Jakarta. Ia berpandangan KIM bisa bersama jika mereka sepakat mengusung Kaesang Pangarep.

Dedi menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga masih akan menjadi salah satu faktor penentu bersatu atau tidaknya KIM di pilkada nanti.

"Tetapi, jika Kaesang tidak berhasil diusung di Jakarta, bisa saja KIM kembali terpecah," ujarnya.

Senada, pengajar Jurusan Ilmu Politik UI, Aditya Perdana, juga berpendapat KIM takkan selalu kompak di ranah pilkada.

Ia menyebut dalam mengusung calon di polkada, parpol turut mempertimbangkan perolehan kursi DPRD serta kekuatan calon yang akan didukung.

Adit menilai kini sosok yang digadang KIM maju di Jabar dan Jakarta masih dalam posisi dilematis.

Semisal, RK yang memiliki kans menang cukup besar jika maju di Jabar. Namun di sisi lain, sejumlah partai juga mendorongnya maju di Jakarta.

"Potensi yang menghambat RK di Jakarta tentu adalah potensi elektabilitas yang sangat baik dimiliki oleh Anies," kata Adit.

Terpisah, Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin justru berpendapat KIM akan tetap bersatu di Pilkada Jabar dan Jakarta 2024.

Ia menyebut akan ada parpol yang mengalah nanti demi mencapai kepentingan yang lebih besar.

Ujang menyatakan untuk menang di dua provinsi itu tidaklah mudah, sehingga KIM pun harus tetap solid.

"Daerah dengan basis massa besar, strategis itu ya ingin kepala daerah dari KIM yang menang, maka harus bersatu, harus kompak. Jadi atas dasar itu saya melihatnya kemungkinan besar di DKJ dan Jabar akan," kata Ujang.

Ujang menyebut faktor yang paling menentukan kebersamaan KIM di pilkada nanti ialah Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih sekaligus tokoh sentral di KIM.

Ia mengatakan Prabowo pasti berkehendak sosok yang duduk sebagai kepala daerah di Jakarta dan Jabar nanti berasal dari koalisinya.

"Agar memang sejalan kebijakan antara Jabar, DKJ dengan pusat," ucapnya.

Ujang pun mencontohkan semasa Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta kerap berbeda pendapat dengan pemerintah pusat. Hal itu menurutnya juga turut berpengaruh atas berjalannya roda pemerintahan.

"Berseberangan terus terutama masalah penyelesaian Covid. Jadi susah membuat kebijakan," ujar dia.(han)