Melihat Gonta-Ganti Ketum PSSI Ditengah Puasa Gelar

Ketua umum PSSI yang tidak fokus pada perannya bisa jadi masalah utama dari sepak bola Indonesia yang terus tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Sejak 2009 tidak ada klub Indonesia yang bisa tampil pada putaran final Liga Champions Asia sebagai turnamen tertinggi antarklub AFC.

Jan 17, 2023 - 16:18
Melihat Gonta-Ganti Ketum PSSI Ditengah Puasa Gelar

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Sepak bola Indonesia cenderung terasa jalan di tempat, alias prestasinya jauh panggang dari api, meskipun ketua umum PSSI datang dan pergi silih berganti.

Pergantian ketua PSSI terlihat tidak berpengaruh banyak pada kemajuan sepak bola Indonesia. Kompetisi, prestasi klub dan Timnas Indonesia hanya berkutat di situ-situ saja.

Ketua umum PSSI yang tidak fokus pada perannya bisa jadi masalah utama dari sepak bola Indonesia yang terus tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Sejak 2009 tidak ada klub Indonesia yang bisa tampil pada putaran final Liga Champions Asia sebagai turnamen tertinggi antarklub AFC.

Klub-klub seperti Persipura Jayapura, Persija Jakarta, hingga Persib Bandung pupus di babak kualifikasi.

Pada kasta di bawahnya, AFC Cup, klub-klub Indonesia belum juga berbicara banyak. itu semua karena faktor kualitas liga domestik.

Timnas Indonesia yang belum kunjung juara Piala AFF atau SEA Games juga terkait dengan faktor dari 'dalam negeri' sendiri.

Indonesia belum punya kompetisi yang baik, persiapan Timnas Indonesia juga cenderung tak berjalan mulus. Semua itu karena faktor pengurus yang tidak bekerja dengan serius, ketua umum PSSI juga tidak fokus.

Bukan hal aneh jika PSSI hanya menjadi kendaraan politik bagi seorang ketua umum demi mendapatkan posisi yang baik dalam bidang politik.

Sepak bola adalah olahraga masyarakat Indonesia. Tidak saja di atas lapangan atau stadion bagus, si kulit bundar tetap bisa menggelinding dan masuk ke gawang sekalipun hanya di atas tanah merah atau atap gedung.

Di mana-mana masyarakat Indonesia mengenal sepak bola. Tidak mengherankan jika sepak bola Indonesia jadi sorotan bagi berbagai kalangan.

Karena itu juga PSSI bisa jadi media bagi ketua umum yang memiliki target tertentu mendapatkan banyak sorotan, salah satunya dari Timnas Indonesia.

Biasanya ketua umum PSSI akan 'mati-matian' agar Timnas Indonesia, baik yang kelompok umur atau senior mendapatkan hasil bagus pada sebuah turnamen.

Lewat prestasi bagus di Timnas Indonesia, ketua umum PSSI akan mendapatkan nilai tambah dalam target politiknya tersebut.

Sejak era Djohar Arifin Husin, tidak ada lagi ketua umum PSSI yang bisa menuntaskan tanggung jawabnya hingga satu periode.

Di luar La Nyalla Mattalitti yang harus mengakhiri tugasnya sebagai ketua umum PSSI pada 2015-2016 lantaran Indonesia terkena sanksi FIFA, belum ada lagi ketua PSSI yang bertahan selama satu periode.

Edy Rahmayadi yang terpilih pada 10 November 2016 hanya bertugas sampai Januari 2019 karena harus mengisi jabatan sebagai gubernur Sumatera Utara.

Mochamad Iriawan atau Iwan Bule juga mengalami pemotongan tugas selama satu tahun. Tugas Iwan Bule yang dimulai pada November 2019 semestinya berakhir pada akhir 2023.

Akan tetapi akibat Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, muncul desakan digelar Kongres Luar Biasa guna mendapatkan ketua umum dan pengurus PSSI baru.

Di luar itu Iwan Bule juga disebut-sebut ingin mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Barat.

Ketua umum PSSI yang gagal fokus pada tugasnya bukan satu-satunya penyebab sepak bola Indonesia tidak maju-maju. Tetapi bisa dianggap sebagai faktor terbesar.

Seandainya saja ketua umum PSSI bisa fokus pada tugasnya, maka urusan Liga Indonesia yang masih amburadul, pembinaan yang tidak konsisten, dan Timnas Indonesia yang masih puasa gelar bisa dibereskan dengan baik lewat program-program yang terencana.

Maka dari itu penting dari pemilik suara guna mendorong calon ketua umum PSSI yang tidak memiliki tujuan politik ke depannya.

Sejauh ini sudah terbukti, berbagai latar belakang ketua umum PSSI: mulai dari politikus (Nurdin Halid), mantan pemain (Djohar Arifin), Edy Rahmayadi (TNI), hingga Iwan Bule (polisi) tidak juga mengangkat prestasi sepak bola Indonesia.

Dorong juga sosok yang terbukti memiliki kemampuan mengatur, terutama yang berkaitan dengan sepak bola, yang baik.

Sepak bola Indonesia ini terkait dengan banyak hal, mulai dari Pemerintah hingga ke kepolisian. Tanpa kemampuan lobi atau manajerial yang baik, program atau agenda PSSI sulit berjalan mulus.(han)