Mahasiswi UNY Terus Berjuang Dapatkan Keringanan Biaya Hingga Ajal Menjemput

Kisah pilu Nur Riska Fitri Aningsih mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang berjuang mendapatkan keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga ajal menjemputnya beberapa waktu lalu menjadi sorotan publik.

Jan 16, 2023 - 20:30
Mahasiswi UNY Terus Berjuang Dapatkan Keringanan Biaya Hingga Ajal Menjemput
UNY/Dok. UNY

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Kisah pilu Nur Riska Fitri Aningsih mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang berjuang mendapatkan keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) hingga ajal menjemputnya beberapa waktu lalu menjadi sorotan publik.

Juru bicara DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Furqan menyebutkan pihaknya semakin yakin bahwa kuliah gratis untuk seluruh rakyat Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

"Siapapun yang membaca kisah Riska, mahasiswi Program Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2020 ini di utas Twitter sahabatnya @rgantas, pasti akan teriris hatinya, bagai disayat-sayat sembilu," ujar Furqan, Senin (16/1/2023).

Walau sudah bolak-balik meminta keringanan UKT ke pihak kampus hingga Rektorat, anak penjual sayur dengan gerobak di pinggir jalan ini tak juga mendapatkan keringanan yang sepantasnya untuk bisa membuat ia tenang menjalani kuliah.

Dari kewajiban UKT sebesar Rp 3,14 juta yang harus dibayarkan, ia hanya mendapat keringanan Rp600 ribu saja.

Riska yang bercita-cita menjadi sarjana agar bisa jadi tulang punggung keluarga menopang hidup orang tua dan keempat adiknya yang belum lulus sekolah, harus berjibaku dengan UKT setiap awal semester.

Solidaritas guru-guru sekolah dan rekan-rekan kampusnya tak cukup menetralisir deritanya. Perempuan tangguh itupun akhirnya tutup usia 9 Maret 2022 setelah pembuluh darah di otaknya pecah di semester tiga karena hipertensi.

Menurut Furqan, Riska tidak sendiri, ada ribuan bahkan mungkin jutaan Riska-Riska lainnya harus menggantang nasib ingin jadi sarjana di Republik ini. Tak peduli di kampus negeri apalagi swasta.

Menurutnya, beasiswa-beasiswa yang ada hanya menjadi katup-katup pengaman sosial, yang hanya memoderasi krisis pendidikan yang makin hari makin akut. Mengandalkan kedermawanan tak cukup menutupi lubang krisis yang menganga di jantung pendidikan.

"Karena itu solusinya tak bisa lagi hanya charity, pendidikan harus direvolusi, kuliah gratis adalah tuntutan suci, yang harus direbut sampai mati," pungkasnya.

(roi)