LPEM UI Prediksi PDB Q4-2022 Dan Awal 2023 Turun Lebih Rendah Dari Q3-2022

Sementara angka keseluruhan di tahun 2022 berkisar 5.18%-5.20%, dan di tahun 2023 PDB ini akan berada di posisi 4.9%-5.0%.Angka ini tentunya dipicu adanya dorongan dari efek dari basis rendah (low-base) yang berkurang dan penurunan harga komoditas.

Feb 4, 2023 - 03:43
LPEM UI Prediksi PDB Q4-2022 Dan Awal 2023 Turun Lebih Rendah Dari Q3-2022
LPEM UI - Prediksi PDB Q4-2022 Dan Awal 2023 Turun Lebih Rendah Dari Q3-2022.

NUSADAILY.COM - JAKARTA - Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia memprediksi  angka Produksi Domestik Bruto (PDB) Quartal 4 tahun 2022 (Q4-2022) Indonesia akan tumbuh lebih rendah dari Q3-2022. Angka Q4 - 2022 diperkirakan akan berada dikisaran  4,56% year over year (y.o.y) di Q4-2022, sedangkan untuk Fiskal Year (FY) 2022 berada diangkat 5,19% . 

Sementara angka keseluruhan di tahun 2022 berkisar  5.18%-5.20%, dan di tahun 2023  PDB ini akan berada di posisi  4.9%-5.0%.Angka ini tentunya dipicu adanya dorongan dari efek dari basis rendah (low-base) yang berkurang dan penurunan harga komoditas. 

Selain itu prediksi itu juga sesuai dengan kondisi  perekonomian Indonesia ditengah tekanan inflasi dan potensi stagflasi saat Serta telah mencakup forecast untuk angka PDB Indonesia untuk keseluruhan Fiskal Year (FY) di tahun  2022 dan 2023.

"Prediksi ini merupakan kajian kami dalam Indonesia Economic Outlook 2023 yang berjudul “No Time for Complacency”. Untuk menyongsong rilis data PDB Q4 2022 Indonesia oleh BPS pada Senin 6 Februari 2023 mendatang, " kata Peneliti LPEM UI Teuku Riefky dalam ketaranganya kepada Nusadaily .Jumat (3/2//2023). 

Ia juga menyebut, pada Q4-2022 neraca perdagangan masih akan bertahan positif, Meskipun lebih rendah dari kuartal sebelumnya Karean tren harga komoditas yang turun secara bertahap.

Sementara, kata Riefky Investasi mencatat rekor tertinggi baru di kuartal terakhir 2022,Tentunya hal itu menunjukkan kepercayaan investor masih sangat tinggi meski Indonesia berada di tengah gejolak ekonomi global. 

Disamping itu, neraca perdagangan masih bertahan positif pada Q4-2022 ini, meskipun lebih rendah dari kuartal sebelumnya. karena tren harga komoditas yang turun secara bertahap.

"Neraca transaksi berjalan dapat berkurang lebih lanjut pada akhir tahun 2022 dan awal tahun 2023 karena kinerja surplus perdagangan barang yang lebih rendah dan defisit jasa yang melebar,terlepas dari prospek ekonomi, " ungkapnya.

Riefky menjelaskan, saat ini Indoensia menghadapi ancaman tingginya tingkat harga dengan inflasi umum yang masih berlanjut lebih tinggi dari kisaran target BI sebesar 3.0±1%.Akibatnya lonjakan harga komoditas yang menyebabkan perlunya penyesuaian harga BBM. 

Namun demikian,lanjut Riefky tekanan inflasi pada tahun 2022 lebih rendah dari prakiraan awal dan masih relatif terjaga.Hal ini berkat adanya penundaan kenaikan harga BBM dan kebijakan normalisasi inflasi yang terkoordinasi dengan baik oleh BI dan PemerintahIndonesia. 

"Selain itu, periode surplus perdagangan yang berkepanjangan mungkin akan segera berakhir, karena tren penurunan harga komoditas secara bertahap,"terangnya.

Ia juga mengungkapkan, jika  low-base effect dan harga komoditas yang lebih rendah pada akhir tahun 2022 dibandingkan dengan kuartal kedua dan ketiga tahun 2022 itu menghilang. Maka Indonesia tidak akan akan dapat tumbuh diatas 5% pada Triwulan-IV 2022.

"Meski demikian, perekonomian masih akan tumbuh pada wilayah positif di 4,56% (y.o.y) pada Q4-2022 (kisaran perkiraan dari 4,51% hingga 4,61%); membuat estimasi FY2022 sebesar 5,19% (kisaran estimasi 5,18% - 5,20%)," beber Riefky. 

Seperti diketahui, pertumbuhan PDB yang tinggi pada Q3-2022 disumbang oleh kuatnya permintaan dan aktivitas produksi. Selain itu adanya windfall profit komoditas,dan penundaan kenaikan harga BBM. 

Sehingga hal. Itu memicu konsumsi rumah tangga terus tumbuh di atas 5% menjadi 5,39% (y.o.y) di Q3-2022 . Dengan pertumbuhan yang mengesankan pada pengeluaran transportasi & komunikasi tersebut  menunjukkan mobilitas terus meningkat mengingat Covid-19 relatif terkendali. Total kredit meningkat menjadi 10,78% (y.o.y) pada Q3-2022, lebih tinggi dari 9,6% (y.o.y) pada kuartal sebelumnya. (sir)