Literasi: Hakikat, Fakta dan Dampaknya
Oleh: Siti Faridah
Menyebut kata literasi tentu sudah tidak asing lagi di benak kita. Literasi bukan hanya milik segelintir orang, melainkan harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, literasi diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Namun, sesungguhnya literasi memiliki makna lebih kompleks dan dinamis, mencakup kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan memanfaatkan informasi secara bijak.
Literasi penting bagi setiap individu dan masyarakat di berbagai aspek kehidupan. Kemampuan literasi sangat krusial untuk memfilter informasi secara akurat. Tingkat literasi seseorang dapat berdampak besar pada kehidupan. Di era kini, informasi dapat dengan mudah diakses melalui media sosial. Oleh karena itu, saat menerima informasi, kita tidak boleh langsung mempercayainya begitu saja karena belum tentu semuanya benar. Tingkat literasi yang baik membantu seseorang menilai kualitas dan akurasi informasi, sehingga tidak mudah terpengaruh berita palsu.
Contoh orang berliterasi tinggi, Elon Musk termasuk sosok abad ini dengan kemampuan literasi tertinggi. Ia sanggup membaca belasan buku dalam seminggu dengan beragam perspektif. Mayoritas sumber bacaannya dari sains dan teknologi. Ini menjadikanya sebagai tokoh dunia dengan prestasi penemu beragam rekayasa tercanggih saat ini. Dengan Tesla & SpaceX. - temuannya mampu menghadirkan dan menyempurnakan produksi mobil listrik maupun jaringan internet bertenaga satelit.
Baru-baru ini ia sudah menyiapkan perangkat ponsel yang akan mengguncang dunia. Teknologi ponselnya bahkan mencemaskan para pesaing produsen ponsel saat ini karena tak perlu lagi dicharge karena otomatis tercharge berbasis energi matahari. Ponsel tersebut tak perlu kuota, belum lagi beragam spesifikasi unik. Produk teknologi temuan lainnya, yakni pesawat supersonik sekencang melebihi suara yang prototipenya sudah ia siapkan. Bayangkan hanya dalam 1 jam pesawatnya bisa menembus lebih 1.000 kilometer dengan power spesifik yang super irit dan efektif.
Di usia 53 tahun Elon Musk, semua temuannya merupakan wujud hasil intensitas literasinya. Ia melahap beragam bacaan dan menganalisisnya secara sangat saintifik hingga inovasinya melebihi para pakar fisika sebelumnya. Kedahsyatan ilmu pengetahuan dan teknologinya tidak didapatkan begitu saja tapi melalui hasil literasi, riset ilmiah dan uji coba secara intens berkesinambungan.
Dampak Buruk Literasi Rendah
Jika literasi seseorang rendah, maka dampaknya bisa sangat fatal. Banyak orang yang hancur akibat hanya menerima informasi sepihak. Tanpa kemampuan untuk menyaring dan memahami informasi dengan baik, seseorang rentan membuat keputusan yang salah, yang dapat menghancurkan nasib mereka. Itu makanya, penting untuk mengembangkan kemampuan literasi baik dalam menyaring informasi maupun berpikir kritis. Dengan literasi yang baik seseorang dapat meminimalkan risiko yang ditimbulkan oleh informasi menyesatkan. Jadi betapa pentingnya literasi di era digital ini.
Contoh, Santi, seorang ibu rumah tangga, menerima pesan berantai tentang "obat ajaib". Dia langsung membagikan pesan itu ke teman-temannya tanpa memverifikasi kebenarannya. Teman-temannya membeli produk tersebut, namun akhirnya menyadari itu adalah penipuan. Santi merasa menyesal karena tidak memeriksa informasi lebih lanjut sebelum membagikannya. Akibatnya, Santi dan teman-temannya mengalami kerugian dan kebingungan.
Berdasarkan contoh kasus tersebut menunjukkan bagaimana literasi rendah dapat berdampak pada pengambilan keputusan. Santi menerima pesan berantai tanpa memverifikasi kebenarannya melalui sumber yang terpercaya. Ketidakmampuannya membedakan informasi valid dan hoaks menyebabkan penyebaran informasi yang salah. Selain itu, Santi lebih mempercayai teman-temannya daripada bukti atau fakta yang akurat. Akibatnya, Santi dan teman-temannya mengalami kerugian finansial dan emosional.
Esensi Literasi Digital
Literasi digital adalah salah satu dari enam literasi dasar yang wajib dikuasai. Literasi ini sangat diperlukan dalam penggunaan teknologi dan internet dengan bijak. Kemampuan pengoperasian perangkat teknologi dan pemanfaatan internet sebagai alat untuk belajar dan bekerja sangat menentukan daya saing individu di era globalisasi. Tanpa keterampilan tersebut, seseorang akan tertinggal dalam aspek pendidikan, pekerjaan, dan interaksi sosial.
Pendidikan yang berkualitas dimulai dengan literasi yang baik. Anak-anak yang menguasai literasi sejak dini memiliki peluang lebih besar untuk meraih kesuksesan. Baik sukses dalam pendidikan formal maupun kehidupan sosial mereka. Pendidikan literasi yang dimulai sejak usia dini akan membentuk kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan berpikir kritis. Kemampuan dasar ini menjadi landasan bagi pengembangan kompetensi lainnya, seperti matematika, sains, bahasa asing, dan keterampilan sosial.
Masyarakat dengan literasi digital baik lebih mudah beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Mereka dapat memanfaatkan internet dan perangkat digital secara efektif. Dengan demikian, mereka dapat memperluas pengetahuan dan keterampilannya. Keterampilan digital menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan zaman. Hal ini sangat mendukung daya saing di pasar global yang mengutamakan kemampuan digital.
Selain literasi akademik dan digital, literasi sosial dan ekonomi juga sangat penting. Literasi sosial melibatkan kemampuan memahami isu-isu sosial dan berkomunikasi secara efektif. Literasi sosial juga mengajarkan peran aktif dalam masyarakat serta interaksi dengan orang lain. Literasi ekonomi memberikan pemahaman tentang pengelolaan sumber daya dan perencanaan keuangan pribadi. Individu yang terampil dalam literasi sosial dan ekonomi lebih mampu berkolaborasi dan bernegosiasi.
Sebagai contoh, kiblat pendidikan di Eropa menunjukkan pentingnya literasi tinggi. Literasi yang tinggi menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi dan sosial mereka. Sistem pendidikan di negara-negara ini mendukung pengembangan literasi dalam berbagai aspek. Literasi mencakup membaca, menulis, berpikir kritis, dan literasi digital dengan baik. Hasilnya tercermin dalam kualitas hidup tinggi, kemiskinan rendah, serta inovasi berkembang.
Masyarakat cerdas dan terampil dalam literasi lebih siap menghadapi tantangan global. Mereka dapat memanfaatkan peluang ekonomi dan berpartisipasi aktif dalam kehidupan. Literasi mendorong individu untuk berpikir kritis, mandiri, dan kreatif. Hal ini meningkatkan inovasi, kreativitas, dan daya saing di berbagai bidang. Keterampilan literasi menjadi bekal utama untuk menghadapi perkembangan dunia yang makin dinamis demi tantangan dan peluang baru.
Perlu ada perhatian lebih pada kurikulum pendidikan berbasis literasi. Pendidikan harus mendorong anak untuk membaca, memahami, dan menganalisis bacaan. Kecakapan berbicara pun termasuk elemen kuat berliterasi. Anak-anak juga harus dilatih untuk mengkritisi informasi yang mereka terima. Misalnya mengajarkan cara menganalisis berita akan membantu mereka menyaring informasi. Sehingga, mereka lebih paham dalam membedakan informasi yang benar dan salah.
Kesimpulan
Dengan demikian, literasi adalah pondasi pendidikan yang mempersiapkan anak menjadi individu mandiri. Literasi juga mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis untuk siap menghadapi tantangan global. Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk bekerja sama. Mereka harus menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan literasi sejak dini. Sehingga generasi yang cerdas, terampil, dan siap bersaing akan tercipta. Dengan literasi yang baik, generasi akan percaya diri dan tidak akan ketinggalan zaman. (****)
Siti Faridah, adalah Guru SMKN 6 Makassar dan anggota Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI). Tulisan ini disunting oleh Sulistyani, dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri sekaligus anggota PISHI.