Lembaga Adat Melayu Sebut Temuan Kapal di Bintan Bukan Lancang Kuning

Namun begitu, menurut Datok Sri Mustafa kapal tersebut sudah ditemukan sejak tahun 2016 dan bukan Kapal Lancang Kuning. Menurut dia itu hanya kapal perompak yang mengambil Benda Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT), seperti guci dan lainnya diperairan perbatasan antara Bintan dengan Malaysia dan Singapura.

Sep 2, 2024 - 06:41
Lembaga Adat Melayu Sebut Temuan Kapal di Bintan Bukan Lancang Kuning

NUSADAILY.COM – BINTAN - Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Bintan Kepulauan Riau Datok Sri Mustafa Abbas tak percaya bangkai kapal yang ditemukan di pesisir pantai di Nirwana Resort, Bintan, bukan Kapal Lancang Kuning.

Penemuan bangkai kapal kuno yang diduga dari abad ke-12 Masehi di Lagoi, Bintan itu viral beberapa hari terakhir. Kapal tersebut kemudian diteliti lebih lanjut oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama arkeolog dari University of Napoli I'Orientale, Italia.

Namun begitu, menurut Datok Sri Mustafa kapal tersebut sudah ditemukan sejak tahun 2016 dan bukan Kapal Lancang Kuning. Menurut dia itu hanya kapal perompak yang mengambil Benda Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT), seperti guci dan lainnya diperairan perbatasan antara Bintan dengan Malaysia dan Singapura.

Dia menyebut, benda-benda antik sudah menjadi buruan, sebab mulai dari perairan Pulau 7 Natuna hingga perairan Bintan cukup banyak barang antik dari peninggalan sejarah ditemukan oleh para pemburu.

"Kami dari masyarakat Bintan, khususnya Lembaga Adat Melayu Bintan Kepulauan Riau, belum langsung mengiyakan, meskipun ada beberapa kalangan juga sudah beritakan bahwa ini salah satu kapal sangat bersejarah itu. Karena apa yang menjadi cerita hari ini, ketika kita sinergikan dengan Kapal Lancang Kuning ini, memang banyak yang tidak mirip. Karena, bentuknya saja memang tidak sama kalau itu yang ditemukan", Kata Datok Sri saat dihubungi, Sabtu (31/8).

Dia mengatakan bangkai kapal yang ditemukan karyawan Nirwana merupakan kapal pemburu barang antik di laut Bintan yang diduga tenggelam, sehingga terdampar di perairan Lagoi.

Dia juga tidak yakin bangkai kapal yang ditemukan adalah kapal Lancang Kuning, sebab buku yang dibaca dari para sejarahwan dan budayawan tidak seperti apa yang ditemukan dan di klaim pihak Nirwana.

Selain itu, menurutnya tidak mungkin Kapal Lancang Kuning terdampar di situ, karena pantai Nirwana dekat dengan daratan. Dia juga menyayangkan kepada pihak Nirwana yang terlalu cepat menyimpulkan hasil temuan mereka demi nilai jual dan nilai hunian hotel dengan menghadirkan para peneliti dari BRIN dan Arkeolog.

"Kami masyarakat Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau secara garis besar, secara menyeluruh, kita tidak mempercayai hal itu, tidak mudah kami mempercayai temuan seperti itu", ujarnya.

Dia meminta kepada pihak Nirwana dan pengelola kawasan ekslusif Lagoi tak lagi menjual nama Kapal Lancang Kuning demi kepentingan bisnis agar warga luar Bintan datang melihat langsung dan menginap di Lagoi.

Menurut dia ini bukan kali pertama kabar penemuan Kapal Lancang Kuning di Lagoi yang membuat heboh. Namun menurutnya, hal tersebut masih sebatas asumsi dan diklaim oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan segelintir orang.

Dia juga meminta pemerintah daerah, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mengecek kembali kebenaran bangkai kapal yang ditemukan diklaim Kapal Lancang Kuning dengan isi barang antik.

Menurutnya Kapal Lancang Kuning merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Kepulauan Riau, bahkan Johor dan masyarakat Malaysia lainnya, karena kapal ini dianggap keramat, bagi masyarakat Melayu.

"Hal ihwal macam begini dianggap sepele, mudah saja menganologikan bahwa yang dijumpa ini bahwa kapal lancang kuning, nanti ada juga yang jumpa bangkai perahu, kapal Vietnam, kapal apa, diklaim lagi", tambahnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Arief Sumarsono saat dikonfirmasi terpisah mengenai hal ini belum bisa memberi jawaban pasti terkait penemuan bangkai kapal tersebut.(han)