Koalisi Parpol Pengusung Cawali Kota Malang Terancam Bubar
“Kalau DPC PDIP Kota Malang, selalu menunggu arahan DPP dalam hal ini Ketua Umum sesuai dengan yang sudah ditetapkan. rekom adalah Prerogatif Ketum,” kata I Made Riandiana Kartika, Ktua DPC PDIP Kota Malang.
NUSADAILY.COM – MALANG – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang menetapkan pendaftaran calon walikota dan wakil walikota Malang, dibuka 27 Agustus terhitung jam kerja. Artinya sudah kurang 23 hari lagi.
Namun partai politik yang bisa mengusung calon tanpa harus berkoalisi hanya PDIP ynag pada pemilu lalu mendapatkan 9 kursi.
Sementara, PKB sebagai pemenang kedua mendapatkan 8 kursi, PKS 7 kursi, Gerindra 6 kursi Golkar 6 kursi, NasDem 3 kursi, Demokrat 3 kursi, PSI 2 kursi dan PAN 1 Kursi.
PDIP, meski bisa mengusung calonnya tanpa harus koalisi, hingga berita ini diturunkan, tak terdengar kabar akan menjagokan siapa. Awalnya, santer kabar PDIP akan mencalonkan Dewanti Rumpoko, namun belakangan muncul kabar Wanedi.
“Kalau DPC PDIP Kota Malang, selalu menunggu arahan DPP dalam hal ini Ketua Umum sesuai dengan yang sudah ditetapkan. rekom adalah Prerogatif Ketum,” kata I Made Riandiana Kartika, Ktua DPC PDIP Kota Malang.
Hal yang sama juga dialami PKB, PKS Gerindra maupun Golkar, partai papan atas dan tengah ini juga belum terlihat geliatnya. “Para Calon masih berkutat pada saling klaim dapat rekom DPP partai masing-masing,” kata salah satu petinggi parpol kepada Nusadaily.com.
Dikabarkan sebelumnya, koalisi Gerindra, PSI dan PAN awalnya akan mendeklarasikan pasangan Wahyu-Ali (Wali) sebagai cawali dan cawawali.
Namun tak ada kabar lanjutan dari rencana tersebut. Bahkan di Kota Malang beredar foto Abah Anton bersama Kaesang Pangarep Ketua Umum PSI. Sehingga muncul kabar koalisi ini akan bubar karena PSI akan loncat pagar ke PKB dimana tempat Anton dicalonkan sebagai cawali.
Dihubungi terpisah, Anton juga tak menampik jika dirinya bertemu dengan Kaesang dan muncul pembicaraan koalisi PKB dan PSI. “Ya benar saya bertemu pak Kaesang, benar juga kalau ada pembicaraan tentang pilkada Kota Malang, tapi masih belum fix,” kata Anton.
Beberapa broker politik yang ditemui Nusdaily.com memprediksi, Ali Muthohirin, calon wawali dari PSI ini akan kepeleset jika terlalu lincah dan bermain zigzag dijalanan politik Kota Malang yang terkenal banyak lubang dan licin.
“Ya bisa saja Ali tak dapat pasangan jika terlalu lincah dalam memainkan perannya, karena perilaku politik kota malang sangat licin,” katanya sambil mewanti-wanti namanya di rahasiakan.
Namun dengan zigzagnya Ali Muthohirin, diramal oleh sang broker menguntungkan posisi Golkar, sehingga jika selama ini Gerindra secara kasat mata telah menutup pintu komunikasi dengan parpol lain jika masih menawarkan calonnya, maka Golkar ada peluang untuk masuk sebagai mitra koalisinya dengan mengusung Wahyu-Edy atau Edy-Wahyu, imbuhnya.
Sementara Sutiaji, petahana walikota Malang ini disebut oleh sang broker sebagai tipikal politisi yang tiba masa tiba akal. “Jadi saya yakin sekali kalau Sutiaji nantinya akan mendapatkan tunggangan maju sebagai cawali, entah lewat PDIP atau koalisi PKS-NasDem.(wan)