Ketika Nama dan Jasa BJ. Habibi Mendadak Raib dari Kantor BRIN

'Tugu' paling kiri, yang memuat gambar Sukarno, menuturkan sang proklamator sebagai pelopor riset usai membentuk Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam (OPIPA) pada 1948. Lini masa berikutnya mengungkapkan pembangunan reaktor nuklir pertama di Indonesia pada 1960, lalu peluncuran roket Kartika-1 pada 1964. Selanjutnya, ada bagian panel yang menyebutkan soal penerbangan perdana Pesawat N-250 pada 1995. Namun, nihil keterangan siapa yang memprakarsai pengembangan pesawat pertama buatan Indonesia itu.

Feb 4, 2023 - 00:50
Ketika Nama dan Jasa BJ. Habibi Mendadak Raib dari Kantor BRIN

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Sebuah panel berjudul Sejarah Riset dan Inovasi Indonesia menyambut saat masuk ke lobi utama kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Kamis (2/2). Desainnya berpola tugu merah putih berderet dengan ketinggian beragam.

Dari jauh terlihat jelas dua foto animasi Presiden pertama RI Sukarno dan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko. Sisanya berupa logo besar G20 dan tulisan-tulisan aneka tema.

Dicermati lebih jauh, alat peraga yang dipamerkan di dekat lobi itu memperlihatkan lini masa perjalanan riset di tanah air.

'Tugu' paling kiri, yang memuat gambar Sukarno, menuturkan sang proklamator sebagai pelopor riset usai membentuk Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam (OPIPA) pada 1948.

Lini masa berikutnya mengungkapkan pembangunan reaktor nuklir pertama di Indonesia pada 1960, lalu peluncuran roket Kartika-1 pada 1964.

Selanjutnya, ada bagian panel yang menyebutkan soal penerbangan perdana Pesawat N-250 pada 1995. Namun, nihil keterangan siapa yang memprakarsai pengembangan pesawat pertama buatan Indonesia itu.

Deret lini masa iptek di sebelahnya lantas menjelaskan soal Undang-undang Sisnas P3 IPTEK (UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Pada saat itu, Indonesia dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri, yang kini menjabat Ketua Dewan Pengarah BRIN.

Bagian terakhir lini masa, yakni sisi paling kanan panel, mengungkap pembentukan BRIN yang dikepalai Handoko, lengkap dengan nama, foto, dan tanggal pelantikan si pejabat.

BRIN merupakan lembaga yang didirikan oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2019. Didirikan pada 2021, lembaga ini mencaplok semua lembaga riset hingga menjadikannya institusi iptek raksasa.

Di mana Habibie?
Tak perlu membaca ratusan buku dan artikel berita untuk tahu bahwa Bacharuddin Jusuf Habibie adalah salah satu tokoh yang signifikan dalam perkembangan iptek modern RI.

Presiden ketiga RI itu menjadi sosok utama di balik pembuatan pesawat N250 Gatotkaca.

"Prof. Habibie sebagai Tokoh Bangsa, Presiden Republik Indonesia ke-3, dan juga sebagai Bapak Teknologi Indonesia, telah menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia," dikutip dari siaran pers Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Masalahnya, tak ada nama besar itu di panel sejarah iptek di kantor BRIN. Tak ada pula keterangan yang menautkan namanya dengan pesawat produksi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) itu.

Memang, ada foto seorang pria dengan gaya klasik hitam putih berkostum jas di bagian paling kiri panel. Ia sedang berpose agak menyamping sambil memegang pesawat miniatur. Tak ada papan nama atau keterangan apa pun soal sosok pria ini.

Jika diperhatikan baik-baik, sosok ini adalah Habibie. Tapi siapa pula yang ngeh bahwa foto tersebut adalah Habibie muda?

Dalam sebuah video viral tahun lalu, Laksana Tri Handoko sempat meminta para peneliti untuk lebih realistis dan tak mengulangi praktek era Habibie.

"Kita harus realistis lah, jangan diulangi lagi praktek kita yang sudah sejak zaman, mohon maaf nih ya, eyang kita ya, eyang Habibie," ujarnya, dalam kutipan video yang beredar.

"Karena itu memang sudah eranya sudah beda. Ya zaman dulu aja enggak berjalan, apalagi zaman sekarang," imbuhnya.

Dalam video yang sama, Handoko juga berulangkali terekam menggembar-gemborkan manfaat sehari-hari dan nilai guna kencur.

Narasi itu pun sempat menuai kritik dari Anggota DPR Fadli Zon. Ia menyebut Handoko masih jauh levelnya ketimbang Habibie.

Merespons video itu, Handoko menyatakan "Kebijakan di BRIN dan riset di Indonesia saat ini tidak dimaksudkan untuk membuat dikotomi antara era Habibie dan saat ini. Karena hal tersebut tidak relevan dan tidak penting".

Mengutip CNNIndonesia.com, yang sudah berusaha meminta klarifikasi kepada Humas BRIN Dyah Rachmawati via pesan singkat dan telepon terkait deret masalah di lembaganya, termasuk soal keberpihakan anggaran bagi program deteksi dini tsunami.

Klarifikasi coba dilakukan secara langsung ke kantor BRIN. Sambutan 'hangat' pun didapat. Sejak masuk di lobi utama BRIN, disambut wajah muram para petugas keamanan, Kamis (2/1) jelang makan siang.

"Sudah ada janji? Sudah dihubungi humasnya?" cetus seorang personel keamanan lobi di pintu masuk BRIN, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (2/1).

Sekadar bertemu dengan staf humas pun tak diizinkan. Alasanya, tak ada sambungan telepon yang terhubung dengan ruangan humas.

Salah satu personel mewanti-wanti untuk tidak mengambil gambar di dalam ruangan. "Jangan ngambil gambar atau foto ya, karena enggak boleh dari atasan," ujarnya.

Suasana yang sama ini masih sama seperti saat berkunjung pada Selasa (31/1), sehari usai Kepala BRIN diminta mundur oleh Komisi VII DPR RI lantaran rentetan masalah yang tak kunjung tuntas di badan hasil peleburan empat lembaga riset itu.

Terkait desakan pencopotan dari DPR, Handoko sempat merespons singkat.

"Saya enggak ada tanggapan kalau mengenai itu, entar aja," ucapnya, saat ditemui di kantor BRIN, Senin (31/1).(CNN/han)