Ketika Lawatan Jokowi ke Ukraina-Rusia Tak Berhasil Luluhkan Putin Hadiri KTT G20 Bali

Pemerintah Indonesia saat itu mengatakan misi Jokowi mengunjungi dua negara yang tengah berperang untuk membawa misi damai. Di Ukraina, Jokowi bertemu Zelensky di Kyiv. Mereka membahas perang hingga kerja sama bilateral. Selain itu, Jokowi juga menawarkan diri untuk menyampaikan pesan dari Zelensky ke Putin. Setelah dari Kyiv, Jokowi terbang ke Rusia untuk bertemu Putin. Dalam pertemuan ini, Putin tak banyak membahas soal perang dan misi damai Jokowi.

Nov 26, 2022 - 17:35

NUSADAILY.COM – MOSKOW – Presiden Rusia, Vladimir Putin, dipastikan tidak akan menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di Bali meski Presiden Joko Widodo sudah menyampaikan langsung undangan ke Rusia.

Sejumlah pengamat memang sudah meragukan Putin akan datang ke KTT G20 di Bali, termasuk pengamat lembaga think tank Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Waffa Kharisma.

"Ketidakhadiran Putin sebetulnya sudah lama bisa diprediksi," kata Waffa.

Keraguan ini bahkan sudah muncul setelah Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk mengundang langsung Presiden Volodymyr Zelensky dan Putin pada akhir Juni lalu.

Kini hal itu dipertegas oleh juru bicara Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Alex Tumaykin, mengonfirmasi Putin absen dari forum ekonomi itu.

"Saya bisa mengonfirmasi bahwa Ketua Delegasi Rusia yang bakal hadir di pertemuan G20 adalah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov," ujar Alex dalam pernyataan resmi, Kamis (10/11).

Meski demikian, Alex menyatakan bahwa Putin kemungkinan bakal hadir secara virtual.

Misi Perdamaian
Pemerintah Indonesia saat itu mengatakan misi Jokowi mengunjungi dua negara yang tengah berperang untuk membawa misi damai.

Di Ukraina, Jokowi bertemu Zelensky di Kyiv. Mereka membahas perang hingga kerja sama bilateral. Selain itu, Jokowi juga menawarkan diri untuk menyampaikan pesan dari Zelensky ke Putin.

Setelah dari Kyiv, Jokowi terbang ke Rusia untuk bertemu Putin. Dalam pertemuan ini, Putin tak banyak membahas soal perang dan misi damai Jokowi.

Orang nomor satu di Rusia itu malah menyinggung kerja sama ekonomi, perdagangan, investasi, pasokan pangan, dan tawaran bantuan untuk ibu kota baru Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN).

Usai melawat dua negara itu, Jokowi panen pujian.

"Ada pujian bahwa misinya Pak Jokowi berperan untuk menggolkan konsesi Rusia dalam hal blokade pangan, tetapi karena dinamika-dinamika perseteruan yang besar, akhirnya banyak komitmen yang kemudian terlanggar juga," kata Waffa.

Namun, Waffa menegaskan Indonesia masih perlu menambah peran kepemimpinan di luar negeri secara konsisten, sehingga memperkuat daya tawar RI sebagai penengah atau negara yang ingin memediasi konflik.

"Kebetulan memang kepemimpinan di luar negeri agak tertinggal di era Pak Jokowi karena prioritas dalam negeri beliau," ucap dia.

Waffa lalu berkata, "Kita perlu sadar bahwa dinamika ancaman perdamaian itu nyata di luar, dan kalau ditinggal, peran kita ya akan terasa dampaknya."

Selain itu, Waffa menyoroti untung-rugi ketidakhadiran Putin di G20. Salah satu keuntungannya, menurut dia, mempermudah sedikit urusan Indonesia sebagai penyelenggara.

Pengamat tersebut menilai sulit memastikan interaksi dalam KTT lancar tanpa ada momen ganjil.

Sementara itu, ada pula kerugian bagi Indonesia dengan ketidakhadiran Putin, yaitu mengganggu presidensi RI.

Terlebih, RI sempat menawarkan diri menjadi juru damai. Beberapa pihak sudah terlanjur berharap ada penyelesaian konflik antara Rusia-Ukraina saat KTT G20.

"Itu memukul agenda kepemimpinan Indonesia di G20. Tidak hanya untuk pemenuhan dan keberlanjutan agenda-agenda global yang diusung, tapi juga terlihat buruk bagi upaya Indonesia menjadi penengah," ujar Waffa.(han)