Ketika Jokowi Endorse Ganjar di Pilpres 2024 Dinilai Pengamat Manuver Nekat

Survei Litbang Kompas pada 24 September-7 Oktober 2022, misalnya, menyebut hanya 15,1 persen orang akan memilih capres yang di-endorse Jokowi. Sebanyak 35,7 persen akan mempertimbangkan pilihan Jokowi, sedangkan 30 persen lainnya enggan memilih pilihan Jokowi. Survei LSI Denny JA menyebut efek dukungan Jokowi tak sampai 2 persen elektabilitas. Dari tiga simulasi dalam survei itu, dukungan Jokowi hanya efektif jika diarahkan ke pasangan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto. Dengan pengaruhnya yang semakin melemah, kata Ujang, Jokowi memanfaatkan gimik politik di GBK itu untuk menegaskan arah dukungan pada 2024.

Nov 28, 2022 - 19:14
Ketika Jokowi Endorse Ganjar di Pilpres 2024 Dinilai Pengamat Manuver Nekat

NUSADAILY.COM – JAKARTA - Acara Nusantara Bersatu menjadi ajang pamer kekuatan Joko Widodo melalui relawan Jokowi di tengah konstelasi politik dan dinamika koalisi partai yang kian mencair menjelang Pilpres 2024.

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin bahkan menyebut acara di GBK itu sebagai langkah nekat Jokowi untuk unjuk kekuatan pengaruh politiknya yang mulai melemah.

Menurut Ujang, Jokowi juga ingin menegaskan ulang posisinya dalam peta politik, sekaligus masih ingin ambil peran pada Pilpres 2024.

"Jokowi ingin menunjukkan dengan pertemuan itu, 'Saya masih kuat, saya masih hebat, saya penentu di Pilpres 2024,'," kata Ujang, Minggu (27/11).

Ujang menekankan Jokowi dalam konteks kali ini ingin menjawab sejumlah survei yang sudah mengecap pengaruhnya kian melemah di 2024.

Survei Litbang Kompas pada 24 September-7 Oktober 2022, misalnya, menyebut hanya 15,1 persen orang akan memilih capres yang di-endorse Jokowi. Sebanyak 35,7 persen akan mempertimbangkan pilihan Jokowi, sedangkan 30 persen lainnya enggan memilih pilihan Jokowi.

Survei LSI Denny JA menyebut efek dukungan Jokowi tak sampai 2 persen elektabilitas. Dari tiga simulasi dalam survei itu, dukungan Jokowi hanya efektif jika diarahkan ke pasangan Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto.

Dengan pengaruhnya yang semakin melemah, kata Ujang, Jokowi memanfaatkan gimik politik di GBK itu untuk menegaskan arah dukungan pada 2024.

Jokowi pada titik ini mulai mengarahkan perahu besar relawan untuk memenangkan Ganjar Pranowo, seorang kader senior PDIP yang belum mendapat restu dari partainya.

Ini juga tak lepas dari elektabilitas Ganjar yang selalu masuk dalam tiga besar tokoh politik di sejumlah lembaga survei. Ganjar diyakini bisa menjadi lawan tangguh Anies Baswedan yang sudah lebih dulu diusung NasDem.

"Saya melihat jelas Jokowi arahnya mendukung Ganjar. Maka PDIP agak sedikit marah karena poin inti dari acara itu Jokowi mendukung Ganjar," ucap Ujang.

Jokowi pada acara akbar di GBK itu memang tak eksplisit menyebut nama Ganjar Pranowo dalam pidatonya. Dia hanya mengimbau relawannya memilih pemimpin berambut putih.

"Dari penampilan kelihatan, banyak kerutan karena mikirin rakyat, ada yang rambutnya putih semua, ada itu. Kalau wajah cling dan tak ada kerutan di wajah hati-hati. Lihat rambutnya, kalau putih semua, ini mikirin rakyat," kata Jokowi.

Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo memaknai pidato Jokowi di GBK sebagai bentuk tekanan kepada PDIP. Dia menilai Jokowi jelas ingin mengusung Ganjar di 2024, tetapi butuh dukungan partai.

"Kalau soal rambut putih, Ganjar, sebenarnya Pak Jokowi agak sedang nge-push PDIP. Jelas tembakannya ke PDIP," kata Kunto.

Kunto menilai tembakan Jokowi itu tepat sasaran. Hal itu dibuktikan dengan reaksi Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang mengkritik pernyataan Jokowi.

Meski demikian, ia menyebut langkah itu belum tentu efektif. Dia berpendapat langkah nekat Jokowi itu hanya akan menambah panas hubungan dengan PDIP.

"Hubungan Jokowi dan PDIP sebenarnya naik turun, kadang harmonis, tegang lagi, harmonis tenang lagi kayak sinetron. Saya kira ini akan menambah ketegangan lagi," ujarnya.(han)